Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

My Journey in Singapore

MUNGKIN beberapa dari kalian sudah mengenalku sejak kelas 7 sebagai teman seangkatan. Ada juga beberapa yang mengenalku sebagai kakak kelas, adik kelas dan sebagainya. Sebelum itu, namaku Chrisentia Birgitta, atau biasa lebih dikenal dengan Chrisen atau Cisen.

Aku masuk ke SMPK Santa Clara karena aku mendapatkan ‘jalur ekspres’. Aku mendapatkan gelar murid anak pindahan, dan aku butuh waktu untuk beradaptasi di sekolah. Mungkin beberapa dari kalian tahu bahwa aku melanjutkan pendidikank di Singapura, sejak lulus kelas 8.


Saat aku menulis ini, aku hanya ingin membagikan pengalamanku dan kerja kerasku untuk mencapai kesuksesan selama kurang lebih 8 bulan terakhir. Memang berat untuk meninggalkan kota asal, keluarga dan teman-teman. Dengan disertai deraian air mata, aku berpisah dengan teman-temanku (especially for SCC, jensenphem and bovege! Waktu itu adalah tepat setelah misa penutup tahun ajaran 2008-2009.

Semua yang mereka berikan pada waktu itu, membuatku semakin berat untuk meninggalkan Santa Clara, baik dukungan moral atau material. Tapi aku harus pergi. Aku masih ingat, aku meninggalkan kota Surabaya pada 21 Juni 2009.

Sebelum itu, aku sudah mempersiapkan diri dengan les-les tambahan setelah sekolah usai. Memang capek, tetapi aku tidak ada pilihan. Aku harus mempersiapkan diriku dengan pelajaran-pelajaran di Singapura, yang semuanya menggunakan bahasa Inggris.

Aku mengalami kesulitan dengan bahasa, karena selama ini aku hanya asal mengerti bahasa Inggris, tidak pernah belajar terlalu mendalam, seperti vocab dan sebagainya. Di Singapura, aku tinggal bersama teman-teman Indonesia lainnya. Hahaha. Kami semua berasal dari kota yang berbeda-beda.

Tempat tinggal kami seperti macam apartemen dan kami juga mempunyai guardian (penjaga) yang mengontrol kehidupan kita. Kapan waktu untuk belajar dan kapan waktu untuk bermain.

Sebenarnya sistem pendidikan di Singapura jauh berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia. Di Singapura, setelah menyelesaikan Primary selama 6 tahun, dilanjutkan dengan Secondary.

Kalau murid bisa menangkap pelajaran dengan cepat dan kemampuannya di atas rata-rata, dia akan masuk ke Express Stream. Di sini, dia bisa menamatkan Secondary nya selama 4 tahun.

Jika siswa tersebut tidak terlalu bagus dalam belajarnya, dia akan masuk ke Normal Stream dan akan menamatkan sekolahnya selama 5 tahun. Setelah memperoleh ijazah GCE 'O' level (semacam UNAS di Indonesia), kita bisa melanjutkan ke JC (Junior College) atau politeknik selama 2 tahun dan selanjutnya ke universitas.

Pertama, aku masuk ke Private School. Hampir 90% murid di Private School tersebut adalah anak  Indonesia, dan sisanya berasal dari China, Thailand, Kamboja, Vietnam, Taiwan.

Private School ini bertujuan mempersiapkan para foreign students (siswa dari negara lain di luar Singapura) yang mau mengambil AEIS (Admission Examination International Student). Nah, kalau kita bisa pass (lulus) di ujian itu, pemerintah akan mencarikan sekolah untuk kita.

Pelajaran yang diujikan hanya bahasa Inggris dan matematika. Wah, It seems very simple, right? Tapi tidak dengan kenyataannya. Karena aku mau masuk ke Secondary 3, maka aku harus menyelesaikan pelajaran Secondary 2, dalam waktu kurang lebih 5 bulan.

Kami semua harus belajar dengan sangat keras untuk bisa mengikuti pelajaran tersebut. Pertama-tama aku merasa kaget dengan pelajaran yang diberikan karena benar-benar berbeda dengan yang ada di Indonesia.

Tidak mudah untuk bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena adanya halangan bahasa. Tapi aku selalu berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menangkap materi dan berusaha sebaik-baiknya di Examination tersebut.

Satu bulan menjelang AEIS, tepatnya 13 Oktober 2009, kami mulai meningkatkan semangat belajar kami, mencoba memperbanyak kosakata. Sampai akhirnya, di hari H aku bisa mengerjakan soal dengan sukses, baik matematika maupun bahasa Inggris.

Lolos Jalur Ekspres
Sempat ada terpikir, bahwa aku tidak akan lulus karena soalnya yang lumayan susah dan peserta yang mengikuti AEIS itu ada kurang lebih 4.000 orang. Tetapi aku tetap berpikiran positif bahwa aku akan pass dan mendapatkan Government School.

Akhirnya, aku mengetahui hasil dari ujian itu, selama kurang lebih 2 bulan setelahnya. Rasa deg-degan menyertaiku ketika aku membuka MOE website untuk melihat hasilku. Dan, ternyata aku pass dan mendapatkan jalur ekspres.

Tertulis disitu nama sebuah sekolah yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Mungkin beberapa dari kalian tahu di mana aku bersekolah sekarang. Aku baru menyadari bahwa sekolah itu sekolah yang cukup bagus setelah aku melihat ranking sekolah-sekolah di Singapura.

Penjagaku di apartemen juga mengatakan bahwa sekolah yang aku masuki, tidak banyak pelajar dari luar negeri yang bisa masuk ke sekolah tersebut. Aku sangat bersyukur karena aku mendapatkan sekolah ini. Apalagi, banyak teman lain yang tidak lulus dan tidak mendapat sekolah dan terpaksa kembali ke Indonesia.

Jadi, jika kamu ingin mendapatkan hasil yang sempurna, berusahalah sebisamu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Terima kasih untuk semua dukungan teman, guru dan semuanya atas selama ini, selama aku masih di Santa Clara maupun tidak. Proficiat!
Auto Europe Car Rental