Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Rusiyati, Tapol dan Pengasingan (2)


Pengantar : Inilah wawancara yang dilakukan oleh Kerry Brogan di Belanda, 15 dan 16 November 1998, ketika Rusiyati berusia 76 tahun. Hasil wawancaranya disunting oleh Mira. Judul di atas adalah judul dari pemilik blog ini.

KEESOKAN harinya, pada 16 Oktober 1965 pagi, Rusiyati dkk dipanggil oleh pimpinan LIDIKUS, Letnan Adil, untuk berkumpul di ruangan besar. Dikatakannya bahwa tempat gedung LIDIKUS kurang memadai buat kami dan untuk itu akan dipindahkan ke tempat yang lebih baik. Letnan Adil tidak menyebutkan nama tempatnya tapi ternyata pada siang harinya Rusiyati dkk diangkut dengan mobil militer menuju kantor Corps Polisi Militer (CPM) di Jalan Guntur. Sesampainya di CPM-Gundur segera diadakan pemeriksaan barang-barang yang kami bawa.

Pada waktu itu, Rusiyati hanya membawa tas berisi kartu pers, kartu izin masuk istana, surat undangan untuk pertemuan ‘Angkatan 45' dan uang. Tas beserta isinya dan jam tangan yang dipakai Rusiyati disita. Rusiyati dan Tini dipisahkan dari rombongan laki-laki kemudian disuruh berjalan menuju ruangan gang panjang, koridor, yang lebarnya kurang lebih 2 meter. Di dalam koridor tersebut, ada 2 meja dan 2 kursi.

Ketika tengah malam, saat Rusiyati dan Tini sedang tidur nyenyak di atas meja, Rusiyati dibangunkan oleh seorang berpakaian militer. Rusiyati dibawa melalui koridor menuju ke ruangan lain. Ruangannya besar dan di situ sudah ada 3 orang berpakaian militer sedang diinterogasi oleh satu orang militer. Mereka duduk di barisan belakang, sementara itu Rusiyati disuruh duduk di barisan paling depan supaya berjauhan dengan 3 orang tersebut.

Dalam proses interogasi, Rusiyati ditanya khusus mengenai suami saya. Dengan jujur dijawab, suami sedang berada di RRT dalam rangka kunjungan resmi sebagai wakil generasi Angkatan ‘45 bersama delegasi MPRS, pimpinan Chaerul Saleh.

Dijelaskan oleh Rusiyati, suaminya juga anggota SOBSI (Sentral Organisasi Seluruh Indonesia). Dalam interogasi, orang militer ini tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fungsi kerja Rusiyati di Antara. Bahkan juga tidak menyinggung masalah penerbitan buletin terbitan 1 Oktober - siang hari, yang memuat berita mengenai peristiwa GESTOK (Gerakan Satu Oktober).

Setelah melalui proses interogasi cukup lama, lantas Rusiyati dikembalikan ke tempat semula. Sementara itu Tini kelihatannya sudah tidur nyenyak. Perasaan dan pikiran Rusiyati terpancang pada anak-anaknya yang tidak mengetahui keberadaan dirinya. Rusiyati berusaha untuk bisa tidur tapi kekhawatiran terhadap anak bungsunya, yang masih membutuhkan ASI (Air Susu Ibu).

Keesokan pagi harinya, Rusiyati dan Tini dipanggil untuk kembali ke tempat ruangan di mana kemarin harinya diterima. Mereka berdua disuruh duduk dan tidak lama kemudian rombongan laki-laki datang dari arah ruangan lain memasuki ruangan.

Lantas Rusiyati dan Tini disuruh duduk di atas lantai dengan masing-masing kedua tangannya ditaruh dibelakang kepala. Rusiyati sangat kaget dan cemas karena para militer memperlakukan mereka dengan kasar, bahkan bajunya sudah penuh dengan lumuran darah dan juga tidak bersepatu. (*)

Pemuatan ini untuk sekadar menambah kekayaan sejarah bangsa kita, dan kebetulan yang mengalami ada seorang wartawan. Silakan cek juga alamat ini :
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
Auto Europe Car Rental