Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ironi di Negeri Ini: Aturannya Emang Gitu


INI kisah seorang anak, yang bapaknya bekerja dengan status PNS Golongan II. Kata si empunya cerita, si bapak ini gajinya 'hanya' Rp 2 juta. Masalah muncul saat sang anak yang kuliah di PTN hendak mengajukan Kartu Indonesia Pintar Kuliah.

"Bapak, Alhamdulillah nih saya keterima tes jurusan impian di PTN Favorit"
"Alhamdulillah, tapi Bapak cuma PNS golongan II nak, gaji cuma 2 jutaan, susah biayainnya."
"Gak apa Pak, saya coba daftar program pemerintah."
"Oh, ada ya?"
"Ada namanya Kartu Indonesia Pintar Kuliah."
"Ya udah kamu urus ya nak."

***

"Pak RT, saya mau minta Surat Keterangan Tidak Mampu, buat urus KIPK."
"Kamu anaknya Pak Solihin kan?"
"Iya Pak."
"PNS di Dinas Pertanian kan? Kok minta SKTM?"
"Bapak saya cuma tukang jaga malam di sana Pak."
"Oh gitu. Ya udah, ini pengantarnya ya, kamu bawa ke Dinas Sosial."
"Ok Pak"

***

"Pak Dinsos, saya mau minta SKTM, ini pengantar dari RT."
"Oke ini ya, buat apa?"
"Buat daftar KIPK Pak."
"Pekerjaan Bapak kamu PNS?"
"Iya Pak."
"Waduh, agak susah, tapi coba dulu aja."
"Walaupun gajinya cuma 2 jutaan?"
"Iya."

***

"Pak TU Kampus, saya mau daftar ulang."
"Oke, kasih tagihan listrik, air, foto rumah, sama slip gaji orang tua buat nentuin UKT."
"Ini Pak, sekalian ini SKTM buat daftar KIPK."
"Oke, bentar saya cek sama masukin datanya. Ini coba kamu cek. Buat KIPK, besok kamu datang lagi."
"Hah, kok UKT-nya paling tinggi Pak?"
"Oh, ortu kamu PNS?"
"Iya Pak."
"Memang aturannya gitu, kalau PNS kita memang UKT-nya paling tinggi."
"Hah?"

***

"Pak TU Kampus, gimana KIPK saya?"
"Oh ini udah ada hasilnya, coba kamu cek."
"Gak keterima Pak. Kok bisa? Gaji bapak saya kan cuma 2 jutaan, setengah UMK?"
"Ini karena ortu PNS kata sistem Kemendikbud."
"..."

***

"Halo, ini Kemendikbud?"
"Iya, ada keperluan apa?"
"Mau tanya, ini emang kalau PNS gak bisa dapet KIPK?"
"Iya gak bisa, semua PNS emang gak bisa?"
"Tapi gaji Bapak saya aja cuma 2 jutaan, temennya yang golongan I bisa cuma 1 jutaan Pak."
"Aturannya memang gitu, PNS gak bisa. Kita udah bikin rilis di koran kemarin."
"..."

***

"Pak TU kampus, gak bisa nih KIPK."
"Ya, terpaksa harus bayar kalau gitu."
"UKT maksimum kami gak kuat bayar, ada alternatif?"
"Coba ke bank sama Bapak, siapa tahu bisa ada pinjaman."

***

"Bu CS Bank, saya mau ajukan pinjaman buat bayar UKT anak saya"
"Baik Pak, saya cek."
"Pak Solihin, setelah kita cek penghasilan, kita gak bisa kasih pinjaman."
"Kenapa Bu?"
"Mohon maaf Pak, resiko gagal bayarnya tinggi."
"Waduh, terus gimana ini Bu?"
"Coba sekolahin SK PNS Pak."
"Wah, udah disekolahin buat nyicil rumah dan biaya hidup Bu."
"Mohon maaf Pak, kami gak bisa bantu lagi. Memang aturannya begitu."

***

"Pak TU kampus, gak bisa Pak"
"Kenapa?"
"Gak bisa Pak, penghasilan Bapak saya gak cukup."
"Coba ini, perusahaan fintech yang kerjasama sama kampus"

***

"Mas, kalau saya pinjam 25 juta buat UKT 2 semester, saya mesti nyicil berapa?"
"Sekitar 2.6 juta per bulan selama setahun"
"Wah jatuhnya 31 juta dong? Bunganya 6 juta sendiri?"
"Iya mas"
"Waduh, gak mampu bayarnya Mas"
"Emang aturannya gitu."
"..."

***

"Pak TU kampus, gak bisa Pak, saya gak kuat bayarnya"
"Kamu cuti dulu aja. Kerja dulu time gitu."
"Bisa ya Pak? Gimana prosedurnya?"
"Kamu bayar 50% UKT, jadi 6.25 juta per semester."
"Hah? Kok gitu? Kan saya belum juga ngapa-ngapain Pak?"
"Emang aturannya gitu."
"..."

***

"Pak TU kampus, kalau saya gap year dulu aja gimana?"
"Oh ya bisa. Kamu tahun depan tes lagi."
"Tes lagi? Kan saya udah keterima? Gak bisa ditunda kaya univ di LN?"
"Gak bisa."
"Kan saya udah lulus tes?"
"Emang aturannya gitu."
"..."

***

"Bapak, kayanya saya mau kerja dulu aja deh, gap year."
"Ya udah, ini coba lamar, ada lowongan jadi sopir bus."
"Ya Bapak, coba saya apply dan kerja dulu."

***

"Bapak, ini udah setahun saya nyopir, tapi belum cukup uangnya."
"Gak apa nak, kita coba lagi tahun depan. Nabung lagi."

***

"Waduh nak, kok kamu demam tinggi gini, minggu depan tes tahun kedua. Kita ke RS segera."
"Pak, anak bapak kena demam berdarah. Mesti istirahat tiga minggu."
"Gak apa ya nak, yang penting sehat dulu. Kita coba lagi tahun depan."

***

"Minggu depan tes tahun ketiga nak, belajar ya."
"Duh, tapi udah dua tahun nyopir, nggak pegang buku. Saya belajar sebisanya ya Bapak."
"Iya gak apa, nak."

***

"Gak keterima Pak."
"Masih bisa tes lagi tahun depan?"
"Coba saya tanya kampusnya."

***

"Pak TU Kampus, saya udah tiga kali tes, bisa tes lagi?"
"Gak bisa, udah maksimum."
"Walaupun yang kedua gak bisa karena sakit?"
"Iya, emang aturannya gitu."
"..."

sumber: twitter