Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Rusiyati, Tapol dan Pengasingan (5)


Pengantar : Inilah wawancara yang dilakukan oleh Kerry Brogan di Belanda, 15 dan 16 November 1998, ketika Rusiyati berusia 76 tahun. Hasil wawancaranya disunting oleh Mira. Judul di atas adalah judul dari pemilik blog ini.

SUASANA awal di penjara Bukit Duri terasa sangat tegang. Beberapa dari para penghuni anak-anak terkadang berteriak-teriak, bicara sendirian atau menangis yang menyayat hati. Nasib semua penghuni sama. Setiap hari sel-kamar selalu dalam keadan terkunci. Para tahanan hanya diperkenankan dua kali sehari untuk pergi ke kamar mandi atau ke kamar kecil. Itupun dilakukan dengan cara berkelompok pada pagi dan sore hari.

Awal tahun 1967, Rusiyati didatangi ibu polwan (polisi wanita) dan memberitahukan bahwa ibu Rusiyati pernah datang ke penjara dengan tujuan untuk minta ketemu dengan dirinya tapi tidak diizinkan untuk bertemu. Ibu Rusiyati berpesan supaya dirinya tidak usah mengkhawatirkan keadaan anak-anakku karena dialah yang mengurusnya dengan didampingi seorang pembantu yang setia.

Setelah mendengar pesan dari polwan itu, Rusiyati terharu serta mengucapkan banyak terima kasih kepada ibunya. Tidak berapa lama kemudian, Rusiyati diperkenankan untuk menerima makanan dari keluarga. Itu terjadi untuk setiap satu bulan sekali, dan kiriman makanan itu datangnya dari ibu Rusiyati.

Akhir tahun 1967, untuk pertama kali Rusiyati diperkenankan bertemu dengan keluarga. Pada saat itu saya sangat gembira bisa bertemu dengan ibu dan anak-anaknya. Dengan rasa gembira Rusiyati berjalan dari sel-kamar menuju ruangan pertemuan.

Dari kejauhan Rusiyati melihat ibu sedang menggendong anak bungsunya yang sudah berusia 2 tahun. Sesampainya di ruang pertemuan, dirinya mencoba untuk memeluk si bungsu, tapi hanya bisa merasakan sentuhan jari tangannya yang halus dan mungil.

Keinginan untuk memeluk serta mencium pipi si bungsu yang lembut tidak dapat dirasakan karena dibatasi oleh jeruji besi. Biar bagaimanapun hati Rusiyati tetap senang walaupun kesempatan pertemuan hanya berlangsung sampai 10 menit. Sejak itu, ia bisa bertemu keluarga sebulan sekali.

Karena sel-kamar Rusiyati persis di pintu masuk untuk ke sel-kamar lainnya, ia sering melihat melalui lubang pintu orang yang keluar dan masuk blok sel-kamar. Dengan begitu, dirinya mengikuti proses penambahan penghuni penjara dan ternyata kebanyakan mereka pindahan dari berbagai rumah tahanan militer.

Misalnya, Suwardiningsih pindahan dari Palembang, Sundari pindahan dari Bengkulu. Ibu-ibu pendatang baru itu mengalami isolasi ketat dan ditempatkan di blok baru bernama blok A.

Setelah itu, Rusiyati baru mengerti bahwa TAPOL G30S terbagi atas 3 bagian, yaitu blok kategori A sampai kategori C. Blok kategori A dilihat sebagai kategori berat dan tempatnya terpisah dengan blok kategori lainnya. Pemisahan tersebut dilapisi dengan kayu tebal.

Penghuni blok kategori A antara lain, Dokter Sumiarsih dikenal sebagai dokter yang ramah dan baik karena suka menolong orang-orang sakit, Sri Ambar, Dr Sutanti Aidit dan Nyonya Nyoto. Pertengahan tahun 1970, Carmel Budiardjo, orang Inggris, masuk di penjara Bukit Duri. Rusiyati sangat kaget dan marah karena kenapa perempuan asing juga ditangkap dan dimasukan ke penjara?

Sebelum peristiwa G-30-S, Rusiyati sering melihat Carmel di Deparlu (Departemen Luar Negri). Ketika itu Rusiyati bekerja di Antara. (*)

Pemuatan ini untuk sekadar menambah kekayaan sejarah bangsa kita, dan kebetulan yang mengalami ada seorang wartawan. Silakan cek juga alamat ini :
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
Auto Europe Car Rental