Cerita Horor Santet Sewu Dino (26) : Mbah Krasa, Sengarturih dan Banarogo
"Banarogo." Sri terbangun, dengan kaki lumpuh, ia melihat Mbah Tamin, menatapnya di depanya. Dela berdiri, meski berlumuran darah yang sama seperti Sri, Dela menatapnya. Ia membungkuk berterimakasih. Dini duduk, matanya kosong. Mereka semua sama, berbagi rasa sakit, namun tidak bagi si pengirim santet, mungkin ia, sudah tewas saat ini.
Mbah Krasa mendekati Sri, memberinya handuk untuk membersihkan badannya, dan ikut menuntun Sri, membasuhnya dengan air, lalu mengantarkanya ke kamar. Sri butuh istirahat, sampai tubuhnya, pulih kembali. Sri hanya diam saja, ia terus mendengar Mbah Krasa bahwa si pengirim pantas mendapatkanya atas perbuatanya selama ini terhadap keluarganya.
Bahkan, Mbah Krasa sudah berjanji, Sri akan mendapatkan sesuatu yang pantas, uang. Bukan masalah baginya. Setelah, Mbah Krasa selesai memandikan Sri, ia mengantarkanya di kamar, untuk terakhir kalinya. Mereka saling melihat satu sama lain, sebelum akhirnya, Mbah Krasa bersiap untuk pamit pergi, namun Sri, mengatakanya.
"Sing asline jahat, iku dee opo njenengan mbah." (Yang sebenarnya jahat disini, dia apa anda mbah?). Ucapan itu membuat Mbah Krasa menghentikan langkah. Tanganya yang tengah membuka pintu, kembali menutupnya. Senyuman yang tadi terpancar di wajahnya, kini, kian pudar menatap wajah Sri yang penasaran.
Mbah Krasa kembali duduk, menatap wajah Sri. Mereka saling menantang satu sama lain. "Tau krungu gak Sri, peribahasa, gak eroh iku ngunu berkah tekan pangeran." (Kamu pernah dengar, peribahasa, ketidaktahuan adalah berkah dari Tuhan). Sri yg mendengarnya, menegang.
"Kuncoro, opo iku keluarga sing njenengan babat, sampe wani gawe kulo kangge mbales keluarga njenengan." (Kuncoro, apakah itu nama keluarga yang semuaya sudah anda habisi, dan untuk membalasnya, ia sampai rela menggadaikan nyawanya biar keluarga anda menerima balasan).
Mbah Krasa menatap Sri, tersenyum. Sudut bibirnya seakan memuji dan memberi pujian betapa Sri pintar dalam menghubungkan semua ini. Hanya dengan mengikat batin, antara Sri dan Kuncoro, Sri langsung tahu semuanya. "Teros" (lalu?), kata Mbah Krasa, menunggu kejutan lain dari ucapan Sri.
"Sengarturih lan Banarogo iku ngunu ingu-inguan njenengan, sing njenengan gawe mbabat nyowo keluarga Kuncoro, tapi, keturunane sing ragil, nyekel Banarogo ben Sengarturih isok nyikso Dela, gantine, dee sing nerimo duso iki."
(Sengarturih dan Banarogo adalah peliharaan anda, yang anda jadikan alat untuk menghabisi semua keluarga Kuncoro, tapi rupanya, keturunan terakhirnya, bisa menangkap Banarogo, menggunakanya, agar Sengarturih bisa menyiksa Dela, sebagai gantinya, ia yang menerima semua dosanya). (*)