Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cerita Kaca Buram Istana (3)


SELEPAS dua pertemuan dengan SBY, kami dengan cepat menjadi teman diskusi, baik via telpon maupun lewat pertemuan, dan juga forum-forum khusus. Diskusi via telpon amat terbatas karena saya belum memiliki HP kala itu. Kami diskusi via telpon rumah saja. Atau pernah juga SBY telpon untuk ajak ketemu.

Selama SBY jadi Asops Kasdam Jaya, seingat saya, ada sebuah forum diskusi yang ia buat di Kodam: Ia jadi moderator, Pangdam Jaya Mayjen Wiranto juga hadir. Seingat saya, diskusi itu bertema ‘Kodam Jaya di Tengah Dinamika Sosial, Ekonomi dan Politik’. Pembicaranya : Salim Said, Juwono Sudarsono, Taufik Bahaudin dan saya sendiri.

Saya menggunakan forum itu untuk sampaikan beberapa hal:
1. Dinamika baru politik Indonesia (yang menggeliat dalam bentuk grafik naik unjuk rasa) tidak bisa diabaikan.
2. Pemerintah Orba dan tentara harus berubah menyesuaikan diri dengan dinamika yang tak terelakkan itu. Jika tidak, bisa memfasilitasi ledakan politik.
3. Dwifungsi ABRI harus ditinjau ulang. Yang dibutuhkan masyarakat Indonesia (1995) adalah ABRI yang profesional dan mengawal dinamika politik masyarakat.

Banyak yang tidak sepakat dengan saya. Saya dinilai terlalu dramatis. Sebagian menghubungkan dengan umur saya yang masih terlalu muda (28 tahun) sehingga terlalu bersemangat. Tapi setelah forum selesai, SBY menyatakan persetujuannya untuk 2 poin pertama dan mengaku ingin mengkaji poin ke-3. SBY membuka pintu bagi diskusi lebih lanjut.

Saya tidak tahu bagaimana pendapat Wiranto sebab ia sangat ‘dingin’ dengan ekspresi amat datar dalam forum itu. Sementara perwira lain umumnya masih konservatif. Ada cerita menarik tentang diskusi itu. Para pembicara diberi cendera mata dalam kotak beberapa jam tangan warna emas dengan nama Wiranto dan 2 bintang.

Saya hanya simpan jam itu. Tapi suatu hari saya pakai saat mengajar (sebagai asisten Prof Masswadi Rauf) di UI dalam mata kuliah 'Konsensus dan Konflik Politik.' Jam yang terlihat mentereng itu ternyata mati pas saya menyelesaikan kuliah tentang Teori Konflik Karl Marx itu. Dan tak pernah hidup lagi!

Ke beberapa teman kolega di UI saya becanda: Hebat betul Marx! Bukan cuma memesona anak-anak muda, tapi juga menaklukkan Jenderal bintang 2! (24082010/Eep S Fatah)
Auto Europe Car Rental