Cerita Horor Santet Sewu Dino (1) : Sri Melamar Jadi Pembantu
Saya ingin menyampaikan cerita ini dengan tempo pelan, sehingga bisa menggambarkan pengalaman dari peristiwanya, sedetail mungkin. Mari kita mulai ceritanya. Bermula di tahun 2001, ketika Sri berniat pergi ke ibukota Jakarta. "Yakin, awakmu budal gok ibu kota, kok gak nggolek gok kene ae, idekkan, bekne onok sing butuh." (kamu yakin mau pergi ke ibu kota, kenapa gak nyari sekitaran sini, yang deket aja dulu, kali aja tenaga kamu di butuhkan).
Sri terdiam, seperti butuh waktu untuk mencerna kalimat bapak. "Kerjo opo Pak nang kene, wong Sri ae mek lulusan SD" (kerja apaan Pak disini, lha saya itu cuma lulusan SD)," kata Sri sembari menghela nafas.
"Trus nek awakmu budal, bapak yo' opo to, sopo sing ngerawat ndok" (kalau kamu berangkat, nasib bapak gimana, siapa yg nanti merawat nak).
"Nggih Pak, Sri ngerti, tapi nek Sri gak budal, yo opo, ben Sri isok ngekek'i bapak duit" (iya Pak, Sri paham, tapi kalau Sri tidak cari kerja, bagaimana saya ngasih duit).
Sore itu, matahari mulai terbenam, sebelum, seseorang, mengetuk pintu gubuk rumah Sri. Rupannya, Bu Menik, tetangga yang paling mampu di kampung itu. Ia mengabarkan, ada seorang penelepon dari Griya Zainah, salah satu agen penyalur pembantu, yang tempo hari, di titipi oleh Sri bila ada yang membutuhkan tenaganya.
Sri bergegas. Di kampung itu, hanya Bu Menik yang punya pesawat telepon. Banyak warga selalu minta tolong kepada beliau, termasuk untuk urusan ini. Sri menjawab telepon, menyampaikan kesiapannya. Ia diinta datang esok hari, ke rumah si penyalur. Untuk sementara, Sri menunda keberangkatannya. Bila memang rezekinnya tidak jauh dari tempatnya tinggal, ia tidak akan menyanggupi mengingat, bapak sudah tua, dan mungkin tidak mau jauh dari anak semata wayangnya, yang hanya lulusan SD, seperti kebanyakan anak perempuan di kampung itu.
Bagi Sri sekarang, yang terpikirkan adalah, harus mencari uang untuk menopang kebutuhan yang kian hari semakin melejit. Buat makan sehari-hari saja sudah susah. Alasan ini sehingga Sri nekat melamar menjadi pembantu di rumah orang yang mampu. Langit masih gelap, Sri begitu antusias, meski ia janjian akan datang pukul 08.00. Sri sudah bergegas keluar rumah, saat fajar pertama menyingsing tinggi.
Ia harus naik angkutan kota. Kampungnya ada di pinggiran. Butuh waktu 90 menit untuk sampai ke kota. Tibalah Sri, di depan rumah besar itu. Meski dalam bentuk rumah, si pemilk sudah sangat terkenal sebagai agen penyalur tenaga kerja untuk orang yang mencari jasa PRT. Sri baru tiba, dan dilihatnya, banyak sekali orang menunggu. Tampaknya, Sri bukan satu-satunya yang datang. (*)