Resensi Buku: To Tokyo To Love
Mimpinya hampir menjadi kenyataan. Namun sesaat sebelum pernikahannya, Ian Prayogo, tunangannya, memberi kabar buruk: ia punya affair dengan mantan pacarnya dan harus segera menikahi perempuan itu.
Nina harus mengubur mimpinya. Tanpa impian, tanpa cinta, dan tanpa jiwa, Nina pergi ke Jepang untuk melupakan Ian. Di Tokyo, Nina berusaha menata hatinya kembali.
Yang menjadi penghiburnya adalah seorang laki-laki misterius bersetelan jas hitam yang ia temui setiap hari di kereta dan seorang laki-laki sahabat maya bernama Takung, yang belum pernah ia temui.
Sedikit demi sedikit, Nina mampu berjalan tegak. Semua itu karena dukungan dari sahabat mayanya dan rasa cintanya yang tumbuh bersemi kepada laki-laki misterius di kereta.
Namun, ketika Nina hampir mampu melupakan masa lalunya, Ian datang ke hadapan Nina, memintanya kem-bali ke pelukannya. Dia tidak sendiri. Karina, istri Ian, juga datang menemuinya, memintanya menjauhi suaminya, atau ia akan membunuhnya.
Setidaknya begitulah ringkasan cerita yang ada dalam novel karangan Mariskova ini yang membuat kamu akan sedikit penasaran dengan kisah selanjutnya.
Namun sayang sekali konflik yang dimunculkan oleh penulis terkesan basi dan kurang bisa dilogikakan. Lepas dari itu semua, novel yang bersettingkan ibu kota Jepang, Tokyo, ini cukup menarik.
Deskripsi yang dituturkan penulis lewat tulisannya ini membuat pembaca seakan turut merasakan kereta cepat Jepang, nikmatnya duduk di bawah pohon sakura di musim semi, kesibukan Sibuya, dan lain sebagainya. Walau demikian, ternyata masih ada deskripsi yang kurang jelas.
Komentar Mariskova
I wrote this novel the first week I arrived in Jakarta from Tokyo. After spending several years in Japan, and especially after 1 month living in Tokyo, I hadn’t been able to get rid of the feelings whenever I rode the Tokyo’s train (oftentimes, Yamanote).
The quietness, the rush, the catch-and-miss train, the sight of Japanese people sitting calmly in the train… like a sponge, I absorbed them too much. So, when I arrived in Jakarta, the first thing that I did was to put all the feelings into paper.
Well, I hope you, lovely readers, like the novel. And, don’t forget to comment on the novel, alright? I need that for improvement. Thank you, guys!
Tuilet
BAGI yang sudah baca buku Stephenie Meyer, jangan sakit kepala diparodiin sama buku Oben Cedric ini. Awalnya saya juga agak ogah-ogahan mau mengambil Tuilet dari rak toko buku.
Iseng-iseng saya skimming (baca: baca cepat), eh malah dapat bagian yang buat perut saya mules. Ternyata isinya gokil dan gila banget, agak lain dari buku-buku komedi sejenis.
Namanya Edi Wardiman. Ia lucu, dan sekaligus agak pandir alias bloon. Kombinasi yang bagus dan kemudian lebih cocok disebut culun. Dan itulah yang kemudian melekat pada dirinya.
Edi Wardiman lebih sering disebut sebagai Edward Culun karena keculunan dan segala sikapnya. Tidak ada yang tak pernah mengerjainya, termasuk teman dekatnya sendiri.
Tapi semua berubah ketika Bella datang. Cewek blasteran itu mengubah Edward Culun menjadi ‘’lelaki sejati’’ nan penuh pesona. Bella memang menularkan virus pesonanya kepada Edward Culun. Cewek blasteran itu ternyata vampir dan tanpa sengaja menularkan virus vampir itu kepada Edward Culun.
Edward memang menjadi cowok beruntung karena ditaksir Bella, si cantik blasteran yang anak baru, dan menjadi incaran cowok-cowok satu sekolah. Adalah hidung big size Edward yang ditaksir Bella.
Selera yang aneh tentunya. Namun itu sekaligus menjadi petaka bagi Edward Culun. Ia pun sama seperti Bella, mampu menebar pesona, namun hakikatnya adalah vampir yang mengerikan.
Tuilet adalah singkatan dari tuh iler melet, yang menggambarkan si culun saat telah menjadi vampir, yang kemudian mengubahnya menjadi keren. Edward, bagaimana pun ingin kembali menjadi normal, kendati ia harus menjadi culun lagi.
Tak lagi keren. Novel teenlit ini menarik, lucu, dan menggemaskan. Jalan ceritanya lancar, bahasanya gaul dan menarik.
Bagi yang belum baca Twilight, buku ini tetap lucu, namun buat yang sudah menonton film Twilight sekaligus baca bukunya, buku ini bisa buat kita cekikikan nggak karuan. Buruan baca!