Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Love for Life (Belajar lewat Film Air Bah di Noah Ark Hongkong)

TUBUH saya bergetar. Tempat duduk yang saya tempati bergoyang. Ada suara duk...duk..duk. Di depan saya, sebuah layar cembung, ukurang besar, memperlihatkan gambar : gempa, hujan dan kilat menyambar, diikuti banjir besar. Iringan musik menyempurnakan adegan ’air bah’ yang menyeret kapal Nabi Nuh, hingga terdampar di suatu tempat.

Saya tidak bermimpi. Saya melihat film berdurasi 15 menit ini di salah satu tempat di Noah’s Ark, Hong Kong, beberapa waktu lalu. Salah satu tempat, yang saya maksud, karena ada lima bagian (tingkat), di dalam kapal yang dianggap sebagai replika (tiruan) kapal Nabi Nuh itu.

Sebuah inspirasi dari Alkitab, yang tujuannya mengingatkan kepada umat manusia untuk mencintai kehidupan.

Lebih spesifik lagi, mencintai bumi dan isinya, segala yang telah diciptakan Tuhan untuk manusia. Di masa itu, Alkitab mencatat : ’Allah menilik bumi, sungguhlah rusak berat, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.”


Tuhan kemudian meminta Nabi Nuh membuat kapal (bahtera), dengan panjang 300 hasta dan tinggi 30 hasta. Kapal ini menjadi tempat Nabi Nuh dan keluarganya, disertai sejumlah pasang binatang menyelamatkan diri dari air bah (banjir besar).

Setelah tujuh hari masuk di bahtera, turunlah hujan, 40 hari, 40 malam. Ketinggian air mengangkat kapal sehingga terapung. ”Dan, berkuasalah air itu di atas bumi, seratus lima puluh hari lamanya.”

Air surut dan dalam bulan ketujuh, pada hari ke-17 bulan itu, terkandaslah kapal itu di pegunungan Ararat. Sesudah 40 hari, Nabi Nuh membuka tingkap (penutup) kapal. Ia melepas seekor burung gagak, lalu burung merpati.

Baru pada minggu ketiga, Nabi Nuh melepas merpati lagi, yang kembali membawa daun zaitun segar, yang berarti, air telah berkurang dari atas bumi.

Pada 11 Agustus 1979, para arkeolog menemukan sesuatu di atas Gunung Ararat, perbatasan antara Turki dan Iran, yang diyakini sebagai kapal Nabi Nuh itu.

Lokasi temuan persisnya di ketinggian 2.515 meter di atas permukaan laut (dpl). Ini mengindikasikan, kisah yang terjadi ratusan tahun silam, adalah benar adanya. Meski begitu, kajian lebih dalam tetap harus dilakukan.

Bagi manusia, bukan benar tidaknya kisah itu. Bukan betul tidaknya temuan kapal Nabi Nuh. Bagi manusia, apapun kisah itu, memberikan peringatan bahwa hal yang terjadi di masa silam, sangat mungkin terulang.

Hanya waktunya tak dapat diramalkan. Noah’s Ark di Hong Kong, atau Noah’s Ark di negara-negara lain, seperti di Belanda, menjadi momentum bagi manusia untuk kembali mencintai bumi, mencintai kehidupan yang ada di dalamnya.

Nilai-nilai seperti inilah yang dikabarkan dengan dibangunnya replika Noah’s Ark. Kalau kapal Nabi Nuh terdiri atas bagian bawah, tengah dan atas, maka Noah’s Ark di Hong Kong, terbagi atas lima tingkat (level).

Di lantai lower ground ada restoran, di lantai ground adalah Ark Expo dan Noah’s Hall. Lantai pertama khusus untuk Ark Life Education House dan lantai kedua menawarkan Treasure House. Bagian lantai paling atas, ada Noah’s Resort.

Kapal ini dikelilingi oleh berbagai wahana lain yang menawarkan berbagai fasilitas. Di antaranya, Ark Garden, Noah’s Adventureland, Noah’s Stadium and Fun Fun Track.

Di belakang, yang agak berbukit, ada bangunan tradisional, dan sebagai tempat bagi pengunjung melakukan berbagai atraksi, seperti permainan luar yang menantang (outbound).

Sejak dibuka, bangunan Noah’s Ark yang telah menjadi salah satu objek wisata di Hong Kong, menjadi jawaban atas ancaman global. Replika kapal direncanakan selama 17 tahun.

Lokasinya berada di bawah jembatan Tsing Ming, di Pulau Ma Wan, atau sekarang dikenal sebagai Park Islands. Proyek ini merupakan hasil refleksi Thomas Kwok, seorang evangelis, yang tahun 1990-an juga membangun gereja di lantai 75 di bangunan milik Sun Hung Kai (perusahaan properti) di Central Plaza.

Dari sekian banyak tempat yang pernah saya kunjungi, baru kali ini saya merasakan objek wisata yang benar-benar memberikan pesan terdalam. Memberi inspirasi dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi.

Sebenarnya, di berbagai sekolah, nilai-nilai seperti ini sudah diajarkan. Bahkan, saya pernah mendapati, sekolah yang mengajarkan ekstra kurikuler daur ulang, atau bahkan yang sekolahnya berkembang ke arah ’Green School.”

Noah’s Ark tidak menyampaikan pesan agama tertentu, tapi menyampaikan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh umat manusia di bumi. ”Banyak orang sekarang, mengalami krisis,” bisik Liz Cheung, Program Officer Noah’s Ark kepada saya.

”Kami di sini bicara tentang harapan, ada kehidupan baru, asal mulai sekarang kita bisa menjaga apa yang ada di sekitar kita.”

Dalam bahasa yang lebih sederhana, Noah’s Ark Hong Kong mempromosikan nilai-nilai positif. Nilai-nilai itu adalah tentang mencintai kehidupan, keluarga dan alam (lingkungan).

Saya melihat banyak kejadian alam yang merusak terdokumentasi di sini. Saya melihat beragam banjir di berbagai tempat di dunia, yang kalau dipetakan, hampir di setiap negara, banjir selalu ada.

Kalau inspirasi Noah’s Ark dianggap sebagai peringatan sekaligus hukuman Tuhan, seperti yang saya tulis di atas, maka beberapa waktu lalu, ada film, judulnya 2012, yang berbicara mengenai doomsday (hari kiamat).


Kalau dikatakan kontroversial, biarlah itu menjadi milik yang mempermasalahkan. Bagi saya, film garapan Rolland Emmerich (sutradara The Day After Tommorow dan Independence Day), bisa dianggap sebagai peringatan juga.

Film mengisahkan kepanikan warga dunia saat ramalan suku Indian Maya Inca Peru tentang kiamat menjadi kenyataan. Bumi dijatuhi hujan meteor berbola api, disusul gempa yang mengguncang hebat. Kecanggihan efek khusus ini seolah menyuguhkan dahsyatnya kiamat pada 12 Desember 2012.

Saya, Anda, dan kita semua tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada tanggal itu? Kita mungkin juga tak percaya benar tidaknya sebuah ramalan. Tapi, kita percaya, seperti yang Alkitab telah menyebutkan bahwa ‘hari itu akan datang.”

Sebelum hari itu datang, selalu ada harapan baru, asal kita tidak menyia-nyiakan kehidupan. Harapan baru membuat kita selalu bersiaga. Senyampang belum 2012, berjaga-jagalah, karena kita tidak akan pernah tahu, kapan pintu akan diketuk. (Hari, Pembina Ekstra Jurnal SMA Kr Petra 5 Surabaya)
Auto Europe Car Rental