Karakter Superman dan Hasrat Kekuasaan Tunggal
Bruce Wayne bertekat mengabdikan hidupnya untuk menaklukkan Superman. Bukan karena Bruce iri kesaktian Clark, namun karena Bruce percaya kepada kemanusiaan. Dia menolak gagasan pada sesuatu yang suci dan tak terbatas.
Bruce menganggap akan tiba masanya 'the living god' menyalahgunakan kekuatannya untuk mencelakakan manusia. Kekuatan Superman tidak akuntabel kepada siapapun. Betul bahwa Superman adalah orang baik dan mulia. Yang menakutkan adalah: satu-satunya orang yang bisa mencegah Superman menghancurkan dunia adalah Superman itu sendiri.
"Men are still good, we fight, we kill, we betray one another, but we can rebuild, we can do better, we will. We have to," kata Batman. Kekuatan tak terbatas itu membuat tak ada seorangpun yang bisa menantang standar benar-salah pada Superman. Seperti ketika dia menghipnotis Batman menjadi Nightman.
Manusia (biasa) tak berani melawan Superman, meski seringkali si Kal El sering kehilangan kontrol. Tak seperti pada Batman yang dikenal sebagai pemberontak, yang mesti mengalami jatuh bangunnya sebagai manusia.Meski keduanya hidup di luar hukum, namun hanya Batman yang dianggap vigilante. "Tell me, do you bleed," kata Batman. Superman adalah seorang hero, dan Batman adalah anti-hero dengan berbagai kompleksitasnya sebagai manusia. Sebenarnya, tidak ada seorang hero (pahlawan) tanpa villain (penjahat), namun keduanya sama-sama hidup dalam diri setiap manusia. Itu sebabnya saya mengidolakan Batman: bahwa setiap manusia itu dhaif.
Kisah rivalitas Superman dan Batman adalah bagaimana pop culture menerjemahkan kebutuhan akan kekuasaan atau kekuatan yang mesti dibagi, didistribusikan, terbatas, dan akuntabel. Dia tak boleh tanpa batas. Itu sebabnya dalam dalam peradaban modern kita mengenal kekuasaan negara yang berdiri di atas trias politica: eksekutif, legislatif, yudikatif.
Tak ada winner takes all, karena itu akan menyebabkan kekuasaan tak bisa dikontrol. Bahkan Zeus masih diimbangi oleh Hades dan Poseidon. Sejarah menceritakan bahwa setiap kekuasaan tunggal yang terlalu kuat, yang meski didukung oleh mayoritas, akan selalu berakhir pada bencana. Hitler, Mussolini, Castro, Kim, Saddam, Khaddafi, Louis, Soeharto.
Setiap orang akan memilih dan membela pahlawannya masing-masing, seperti kita memilih bergabung ke tim Captain America atau tim Iron Man. Kita memilih berdasarkan preferensi masing-masing yang kadang tidak masuk akal. Misal saya memilih Iron Man karena Stark seorang jenius, dan saya tidak percaya pada manusia yang jadi super hanya karena ia hasil eksperimen laboratorium.
Kemudian kencangnya perseteruan antar hero akan membuat rasa permusuhan dan upaya penaklukkan di kedua belah pihak menjadi bertambah-tambah. Dan makin jadi tidak masuk akal. Hari pertama kita berbuat kesalahan adalah ketika kita mulai percaya bahwa ada seorang manusia tunggal, sistem tunggal, atau obat tunggal yang tanpa cela bisa menyelesaikan segala masalah.
Kita memang membutuhkan hero, namun bukan hero yang membuat kita tunduk. Seperti Leonidas yang menolak segala kenikmatan dan kekuasaan dunia yang ditawarkan Xerxes hanya dengan cara berlutut di hadapannya. Batman menegaskan hal serupa kepada Superman: You are not brave. Men are brave.
Sumber : Motivate Provoke (@MotivateProvoke), 19 September 2019.