Menghentikan Kotbah yang Menghina
Beberapa waktu lalu, tiba-tiba saya dimasukkan ke sebuah grup WhatsApp (WA) komunitas di sebuah daerah di Jateng, ingat ya, JAWA TENGAH. Setengah isi grup adalah militan 02. Mereka ini memilih 02 karena anti 01, bukan krn suka sama 02.
Rata-rata Khilafah fenboy. Seperti biasa, pendukung 02 di WAG manapun, pasti lebih berisik ketimbang pendukung 01 yang cenderung mengalah dan menghindari keributan. Sepertinya, saya sengaja dimasukin ke WAG itu oleh seorang teman, dengan niat biar "dibully" berjamaah.
Isinya chat-chat grup itu, Naudzubillah busuknya: Berita Bohong, Kebencian, Hinaan, PKI, Anti Islam, seliweran tiap jam, pendukung 02 berkuasa penuh di WAG, tanpa bantahan sedikitpun dari pendukung 01. Hingga saat saya datang.
Saya tidak melayani satu per satu hoax yang ada, karena akan datang silih berganti, percuma. Jika kita berhasil bantah satu, datang lagi yg lain, begitu seterusnya, energi dan ilmu yang kita dimiliki tidak akan mampu mengimbangi urat malu mereka yg sudah putus.
Saya balas cukup dgn satu chat sederhana: "Sudah jgn ribut, kita jalin silaturahmi, hidup tdk semata politik, mari saling mendoakan yg baik2, pendukung 01 jadi seperti 01, pendukung 02 jadi seperti 02, sama persis: Keluarga, Karir, Nasib, Ibadah, plus Anak2nya, aminkan, AMIN!"
Setelah chat di atas, grup sempat senyap 30 menitan, dan lalu, satu per satu pendukung 02 muncul marah-marah : Doa tdk etis, menyerang personal, cebong kafir laknat, admin kick dia min, dst dst. Saya ketawa.
Tidak saya tanggapi, cukup doanya saya ulangi lagi. Dan mereka ngamuk lagi. Baru setelah chat saya itu, satu per satu pendukung 01 bermunculan, berani bersuara, berani menanggapi, dan lalu tugas saya selesai.
Mereka bahas tol, saya bahas 02. Mereka bahas TKA, saya bahas 02. Mereka bahas kafir & LGBT, apalagi, saya seneng banget, foto-foto 02 kebaktian melimpah. Di WAG harus hemat energi, krn modal kita adl otak waras dan ilmu, sedangkan modal mereka hanya urat malu yang putus.
Kita pasti kalah. Maka, langsung hajar 02, karena terkadang mereka lupa, saking bencinya terhadap 01, lupa kalau 02 itu busuknya juga menembus batas. Cukup kita ingatkan saja. Ada sekitar 1 harian penuh grup WAG itu panas....yang panas itu pendukung 02, pendukung 01 mah bahagia, dan makin berani menyatakan posisinya.
Chat hoax masih ada, tapi sehari hanya 1-2, tidak semasif sebelumnya. Cukup dilayani di saat senggang, dengan cara langsung hajar prabowo-nya. Ada chat menarik dari pendukung 02: "Awas ya kamu, tunggu besok kalau Jokowi kalah, jangan lari!"
Lah, ngancem? Padahal, pendukung 01 tidak ada tuh yang ngancam-ngancam gitu. Ternyata, kebiasaan mengancam ini bkn cuma di twitter/fb/IG, di WAG juga iya. Persekusi: itu yang mereka andalkan, karena memang tidak punya otak.
Tinggal ditanggapi: "Loh, ngancem? Emangnya kalau besok Jokowi kalah saya mau diapain mas? Mas tdk berpikir jika Prabowo kalah juga mas bakal akan dibalas dengan ancaman yang sama? Lagian, Jokowi mah pasti menang. Bukan saya yang harus khawatir, justru mas yg harus mulai mikir."
Sekarang, grup WAG itu aman damai terkendali, Bahkan, kemarin sudah ada aturan: Dilarang bahas politik di grup. Mission complete! Rumusnya satu: WAG rusuh dan tdk tenang = 02 menang, WAG damai dan ayem = 01 menang.
Begitu juga di real life. Terserah mau pilih yang mana. Abaikan SJW dan Golputer, mereka tdk hidup dialam nyata karena di alam nyata, isu PKI Kafir Anti Islam masih merajai, dan hanya bisa dilawan dgn cara menyerang pendukung 02.
Sekelas Yusuf Mansur TGB KH. Ma'ruf KH Maimun Zubair dan seterusnya saja dibantai, apalagi cuma ente yang remahan gergaji kayu. Semua berusaha dengan caranya: Ada halus, ada lembut, ada ilmiah, ada kasar, ada ngawur, ada yang ceramah, ada yg door to door, ada yg via WAG/Twitter/fb/ig.
Semua benar, tidak ada yang salah, saling melengkapi, karena urat malu pendukung 02 sudah tidak ada, hajar saja, dengan caranya masing-masing.
Sumber : I'm Just Budi (@CumaSiBudi), 9 Februari 2019.