Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Rusiyati, Tapol dan Pengasingan (9)


Pengantar : Inilah wawancara yang dilakukan oleh Kerry Brogan di Belanda, 15 dan 16 November 1998, ketika Rusiyati berusia 76 tahun. Hasil wawancaranya disunting oleh Mira. Judul di atas adalah judul dari pemilik blog ini.

SUASANA dalam perjalanan menuju Semarang agak tegang karena si komandan masih kelihatan marah. Para tahanan termasuk Rusiyati belum ada bayangan maupun gambaran mengenai nasib yang akan dihadapi di penjara Bulu-Semarang.

Setibanya di penjara Bulu, tahanan diterima oleh ibu pimpinan penjara, yaitu seorang sarjana hukum, yang penampilannya kelihatan anggun. Rombongan disambut dengan upacara serah terima, lalu komandan Mayor Prayogo mengatakan, 45 tahanan, yang diserahkan termasuk golongan keras.

Setelah upacara penyerahan selesai, lantas para tahanan digiring ke ruangan yang sudah dipersiapkan. Rusiyati merasa heran sekali ketika berjalan melalui halaman penjara, terlihat pagar tembok mengelilingi gedung.

Untuk memasuki ruangan besar, para tahanan berjalan melalui sepasang pintu terbuat dari besi tebal. Perasaan Rusiyati saat itu, sepertinya berada di penjara dalam penjara karena gedung yang ditinggali sebenarnya terpisah dengan gedung penjara Bulu beserta penghuninya.

Gedung tempat tinggal Rusiyati dkk berada di halaman penjara Bulu, namun masih ada tiga tembok, yang mengelilingi ruangan tempat untuk tidur. Tempat tidurnya terbuat dari papan dan dilapisi tikar.

Hanya pegawai penjara datang mengontrol, selebihnya Rusiyati dkk tidak diperbolehkan berhubungan dengan siapapun. Bahkan, para petugas pembina rohanin (kaum agamawan) tidak datang mengunjungi para tahanan.

Rusiyati merasa khawatir karena ternyata dirinya dan Tapol lain dimasukan dalam ruang isolasi. Ketika itu pikirannya, hanya tertuju pada anak-anaknya. "Proses isolasi tidak dapat kuhitung dengan jari, karena kami tidak mengetahui lagi pembedaan antara siang hari dan malam hari," papar Rusiyati.

Rusiyati dkk tidak diizinkan untuk menerima maupun mengirim surat kepada siapapun. Suatu ketika, dirinya dipanggil menghadap ibu kepala penjara. Dengan rasa tidak menentu, ia berjalan dengan didampingi pengawal.

Ketika menemuinya, ternyata sikap ibu kepala penjara baik-baik saja bahkan menunjukan keramahannya sehingga Rusiyati menjadi tenang kembali. Saat bertemu, dikatakan ada kiriman ‘pos-tercatat’ buat, untuk itu, dirinya diminta membubuhkan tandatangan.

Rusiyati mengira kiriman pos-tercatat itu dari anak-anaknya, tapi ternyata kirimannya berasal dari Hong Kong, yang nama pengirimnya saya tidak tahu. Rusiyati berkesimpulan bahwa surat tersebut berasal dari seorang, yang memperhatikan masalah Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Tentunya, ini membuat Rusiyati sangat gembira karena menandakan bahwa keberadaan para tahanan sudah diketahui oleh internasional. Untuk itu, dirinya sangat senang serta mengucapkan rasa terimakasih biarpun kiriman pos-tercatat tersebut tidak sempat sampai ke tangannya. (*)

Pemuatan ini untuk sekadar menambah kekayaan sejarah bangsa kita, dan kebetulan yang mengalami ada seorang wartawan. Silakan cek juga alamat ini :
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
Auto Europe Car Rental