Rusiyati, Tapol dan Pengasingan (6)
MILITER dari Kodam V Jaya yang mengontrol dan mengurus tahanan pada akhirnya mempunyai ruangan kantor tersendiri. Untuk itu, golongan Tapol mempunyai Komandan Blok yang disingkat Danblok. Kantor Danblok berfungsi sebagai penghubung antara Tapol dengan penguasa militer di penjara. Tujuan pokoknya ialah untuk mengontrol dan melaporkan kepada pihak yang berwajib bilamana Tapol dalam keadaan sakit keras atau kecelakaan.
Sebelumnya, memang selalu ada pengawasan dua orang perempuan dari kepolisian tapi pengawasan tersebut tidak bisa dilakukan pada malam hari. Selain itu, Danblok dibutuhkan untuk penanganan secara langsung dari militer dalam urusan makanan. Misalnya, pembagian kerja secara bergantian untuk memasak sedangkan para penjaga militer bertugas untuk belanja ke pasar.
Kemudian hari beberapa Tapol secara bergantian pernah mendapat kepercayaan untuk pergi belanja dengan didampingi pengawalan militer. Pembiayaan kebutuhan hidup di penjara sebagian didapat dari hasil penjualan barang-barang kerajinan tangan menyulam. Sulaman yang dibuat Tapol, seperti taplak meja lengkap dengan serbetnya, seprei beserta sarung bantalnya, saputangan dan pakaian dengan motif bagus dan indah.
Sementara itu, pegawai penjara menjualkannya ke luar penjara lalu hasil dari penjualan dibelikan bahan-bahan baru keperluan kerajinan tangan dan bahan makanan sebagai penambah gizi supaya bertahan hidup sehat. Kehidupan di penjara tidak lepas dari pengontrolan ketat dan interogasi. Pengontrolan dilakukan oleh satuan militer angkatan darat dalam jumlah banyak, yang datang dari luar penjara.
Mereka menginstruksi para TAPOL keluar dari sel-kamar masing-masing untuk berbaris dan kemudian disuruh berhitung. Sebagian dari rombongan kesatuan militer lainnya masuk ke dalam tiap sel-kamar dan memeriksa semua isi dalam sel-kamar.
Suatu kali, para militer menemui kertas-kertas tua di dalam buku agama. Memang kehidupan di penjara tanpa secarik kertas, bolpoin atau alat tulis lainnya. Buku bacaan yang diperbolehkan hanya terbatas pada buku-buku agama. Karena Rusiyati eragama Islam maka buku bacaan kitab Al Quran. Pengontrolan dilakukan cukup sering, jadi di dalam penjara pun masih ada penggeledahan.
Interogasi dilakukan dengan cara satu per satu dipanggil untuk menghadap. Biasanya, dilakukan pada malam hari sewaktu para tahanan sedang tidur nyenyak. Dalam interogasi pertama, Rusiyati ditangani oleh seorang kapten dari Angkatan Darat. Pertanyaan pertama yang diajukan antara lain. "Apakah Anda sudah mengetahui bahwa Anda termasuk golongan A?”
Rusiyati menjawab,"Saya belum mengetahui hal itu, lagi pula saya belum mengerti mengenai pembedaan kategori antara golongan A, B dan seterusnya.” Rupanya pertanyaan Rusiyati, dianggap sebagai pertanyaan lucu lalu kapten itu menerangkan bahwa golongan A termasuk kategori berat untuk dihadapkan ke proses pengadilan dengan vonis hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Sedangkan golongan C termasuk kategori paling ringan serta tidak perlu melalui proses pengadilan.
Rusiyati bertanya kembali mengepa dirinya termasuk kategori berat dengan golongan A. Ia mendapat penjelasan, bahwa bahwa DP Karim (Ketua PWI Pusat, Persatuan Wartawan Indonesia) juga termasuk kategori berat dengan golongan A.
Lantas Rusiyati menjelaskan mengenai dirinya yang bekerja sebagai wartawan di Antara serta hubungannya dengan PWI sebagai organisasi Persatuan Wartawan yang berfungsi melindungi hak kerja wartawan. Untuk itu, bagi orang bekerja sebagai wartawan dengan sendirinya ingin juga menjadi anggota PWI.
Rusiyati menegaskan, dirinya di PWI hanya sebagai anggota biasa karena status pekerjaannya sebagai wartawan dengan demikian hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi persatuan wartawan, sama sekali tidak ada. Kemudian kapten dari Angkata Darat itu menyatakan bahwa Rusiyati memang tergolong dalam kategori B dan kedatangannya khusus untuk mengecek segala sesuatu yang diperlukan.
Interogasi kedua, Rusiyati berhadapan dengan seorang Letnan dari ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia). Rupanya dia pernah menginterogasi Rusiyati sewaktu berada di LIDIKUS. Setelah interogasi kedua, Rusiyati tidak tahu lagi sampai berapa kali harus berhadapan dengan Letnan tersebut. Yang jelas prosesnya cukup lama serta pertanyaannyapun sangat teliti.
Tini juga untuk beberapa kali diinterogasi tapi ditangani oleh militer dari Angkatan Darat. Berapa lama kemudian, Tini dibebaskan karena ternyata yang dicari bukannya dia. tapi seorang gadis lain bernama Hartinah bekerja sebagai sekretaris direksi. (*)
Pemuatan ini untuk sekadar menambah kekayaan sejarah bangsa kita, dan kebetulan yang mengalami ada seorang wartawan. Silakan cek juga alamat ini :
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/