Rusiyati, Tapol dan Pengasingan (10)
CUACA di penjara Bulu sudah mulai terang, ketika para pembina rohani mulai mengunjungi para tahanan. Pekerjaan tangan menyulam kembali diperbolehkan, bahkan hasil dari pekerjaan itu, bisa dijual ke luar tembok penjara oleh para ibu petugas.
Perubahan di penjara semakin baik setelah penyediaan beberapa fasilitas seperti mesin jahit. Selain itu, penjara Bulu, boleh dikunjungi tamu dari International Red Cross, dan kali ini para tahanan diperkenankan menemuinya.
Suasana pertemuan lebih leluasa, begitupun percakapannya dengan Dokter Sumiarsih. Tidak lama kemudian, Rusiyati dkk mendapat kunjungan 2 wanita dari Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat) yang pernah bertugas di Plantungan. Mereka tidak menunjukan sikap marah, sehingga dalam pertemuan sangat memberikan perasaan lebih tenang.
Kondisi di penjara menjadi lebih baik dengan adanya kunjungan dari kolonel Taswar Akib. Karena kunjungannya mempunyai tugas untuk menangani dan menyelesaikan masalah Tapol golongan B.
Beberapa waktu, setelah kolonel berkunjung, maka perubahan kehidupan di penjara semakin membaik, seperti kiriman sebuah televisi. Dengan adanya televisi di penjara, berarti menunjukan perkembangan menjadi lebih positif.
Para tahanan paling sedikit bisa mendapat gambaran mengenai kehidupan di luar tembok penjara. Rusiyati ingat betul, akhir tahun 1977, penjara Bulu dikunjungi oleh seorang ibu yang tidak berpakaian militer.
Saat bertemu Rusiyati, ibu ini seperti mengenali dirinya. Padahal, Rusiyati merasa sebelumnya tidak pernah berkenalan dengan ibu itu. Ia mempernalkan diri sebagai pegawai Departemen Penerangan dan mengatakan bahwa sebelum peristiwa G-30-S, pernah melihat dirinya di Istana Merdeka.
Rusiyati menjawab,"Kemungkinan itu benar karena saya dulu menjabat sebagai wakil kepala Desk Dalam Negeri di Pusat Kantor Berita Antara, jadi saya punya kartu izin masuk istana karena sehubungan dengan tugas kerja saya sebagai wartawan. Kadang saya ke Istana juga sifatnya menggantikan tugas rekan saya, yang berhalangan dalam menangani berita-berita istana. Disamping itu, saya juga ditugaskan menangani berita luar negeri, untuk itu saya juga setiap hari harus pergi ke Departemen Luar Negeri."
Waktu berlalu, kunjungan kolonel Taswar Akib ke penjara Bulu dilakukan untuk beberapa kali. Setelah itu, para tahanan merasakan bahwa cuaca dalam penjara semakin cerah dan gembira.
Tiba saatnya rombongan pertama dibebaskan untuk kembali kekeluarganya di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Mengenai jumlahnya, Rusiyati tidak ingat dan yang jelas, ia belum termasuk dalam rombongan.
Biar bagaimana, Rusiyati merasa gembira karena pembebasan itu berarti akan dilanjutkan dengan pembebasan untuk semua Tapol.
Tahun 1978, untuk pertama kali Rusiyati menghitung masa dikurung dalam penjara. Ia sama sekali tidak dapat menggambarkan keadaan kehidupan di luar penjara, karena 13 tahun berada di tempat pengasingan. Tapi pada saat itu hanya sekejap saja diliputi pikiran demikian.
Rusiyati dan ibu-ibu lainnya lebih sering mencurahkan rasa kegembiraan bilamana berkumpul kembali dengan keluarga. Hampir 100 persen pembicaraan mengenai gambaran perkembangan dan perubahan kehidupan anak-anak.
Umpamanya mengenai anaknya yang sudah menikah sehingga bisa merasakan menggendong cucu pertamanya. Ada pula yang mengira anaknya sudah menyelesaikan sekolah dan sudah bekerja. Masih banyak lagi bayangan.
Yang ditunggu-tunggu datang juga! Pembebasan para tahanan diumumkan! Luar biasa! Lama sudah hidup terisolasi dalam penderitaan di satu ruangan dengan ibu-ibu dari berbagai tempat. (*)
Pemuatan ini untuk sekadar menambah kekayaan sejarah bangsa kita, dan kebetulan yang mengalami ada seorang wartawan. Silakan cek juga alamat ini :
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/