Ini 7 Faktor yang Memicu Munculnya Perilaku Terorisme
SAYA membaca sebuah jurnal tentang analisis perilaku kejahatan Osama bin Laden yang dirilis Universitas Diponegoro. Menariknya, dalam jurnal itu membahas 7 faktor timbulnya perilaku terorisme menurut Luis de la Corte, Profesor Intelijen dari Autonomus University of Madrid.
1. Klaim terorisme sebagai kepentingan kaum minoritas.
Terorisme digunakan oleh minoritas untuk menentang kaum mayoritas. Dlm berbagai kasus terorisme, biasanya kelompok minoritas akan menggunakan aksi teror guna memberontak dan menunjukan eksistensinya.
Al Qaeda dulu melawan hegemoni Uni Sovyet, lalu musuh berganti menjadi Amerika. Teroris mengejewantahkan perjuangan mereka ibarat David vs Goliath, di mana David yang inferior mampu mengalahkan Goliath.
2. Interaksi dan lingkungan sosial.
Interaksi sosial sangat penting dalam hal rekruitmen untuk seseorang didoktrin terorisme. Hidup di lingkungan yang ekstrem dan radikal, akan mendukung seseorang untuk terjerumus dalam lingkaran terorisme dan radikalisme. Kantong-kantong ekstremisme merupakan wadah.
3. Kerja sama dengan kelompok/individu lain berdasarkan kesamaan kepentingan.
Banyak kelompok terorisme yang akhirnya berkespansi kepada grup antinasionalis. Kebencian terhadap pemerintah/penguasa merupakan salah satu faktor bersatunya aliansi2 radikal dan ekstrim.
4. Sarana prasarana terorisme.
Sumber finansial sama pentingnya dengan SDM. Bagi kelompok-kelompok terorisme, ada 1001 macam cara yang bisa digunakan mengamankan keuangan mereka yg nantinya akan menetukan jalan semua operasi teror yang mereka rencanakan. Waspada!
5. Ideologi yang diterima umum.
Terorisme merupakan sebuah kegiatan berdasarkan ideologi umum yang diterima beberapa kalangan, bahkan kalangan itu tidak harus ikut secara langsung atau tergabung sebaga anggota kelompok.
Semakin luas penyebaean ideoligi yang digunakan sebagai dasar kegiatan terorisme, kekuatannya akan semakin bertambah sekaligus semakin banyak diikuti oleh orang-orang awam.
Contoh kecil adalah kasus Osama bin Laden. Selama 2001-2011, banyak sel teroris di penjuru dunia "menuhankan" tokoh itu. Tanpa perlu bertemu, mereka rela berbaiat kepada Osama dan menjadi kepanjangan tangan Al Qaeda di manapun.
Iniliah mengapa TNI-POLRI begitu gencar menjalankan progran deradikalisasi, guna "membersihkan" ideologi mereka.
6. Rasionalitas individu dalam kelompok.
Dengan rasionalitas yang terbatas, kegiatan terorisme cenderung memiliki ekspetasi yg berlebihan, namun pada kenyataannya, rencana mereka tdk terlalu bagus. Saya jadi ingat penyambutan seseorang tempo hari yang menjadi bola liar sampai saat ini.
7. Aktivitas yang dilakukan oleh kelompok terorisme.
Aktivitas ini adalah cerminan karakteristik internal organisasi itu sendiri. Sikap dan pandangan kelompok terorisme cenderung terpolarisasi dan ekstrem daripada individu. Cenderung destruktif dan berdampak merugikan bagi masyarakat.
So, setelah membaca ke-7 poin di atas, saya teringat 2 peristiwa di dlm negeri beberapa waktu kebelakang. Kasus Sigi dan Petamburan. Sigi jelas merupakan aksi terorisme yang berbaiat ke ISIS.
Yang disayangkan adalah Petamburan, jangan sampai citra FPI sebagai ormas Islam tergerus dan dicitrakan teroris oleh awam karena kecenderungan FPI mengadopsi ke-7 faktor di atas.
Bagi para simpatisan FPI yg membaca utas ini, silahkan dipahami baik-baik, bukan demi rezim, tapi demi Indonesia yg Gemah Ripah Loh Jinawi.
Sumber: IG: areatigatiga (@Aan_Hantorov), 10 Desember 2020.