The Last Request
Dengan jawaban yang seadanya itu, sang ratu pergi meninggalkan raja dengan perih di hati. Ratu Kasei sudah terbiasa mendengar jawaban Raja Eklesia yang seenaknya itu. Berbulan-bulan sudah Raja Eklesia pergi meninggalkan kerajaan tanpa kabar yang jelas. Selama tidak ada raja, Ratu Kasei sering berbuat kebaikan untuk para rakyat dan pegawai kerajaannya,
meskipun hatinya sedang resah karena memikirkan sang raja.
Rakyat dan pegawai senang mempunyai ratu seperti Ratu Kasei ini. Tiap 3 bulan sekali, Ratu Kasei memberikan beberapa hasil yang dihasilkan kerajaan pada rakyatnya. Rakyat sering bermain ke kerajaan hanya untuk saling tegur sapa dengan Ratu Kasei. Mereka sudah seperti saudara sendiri.
Di saat Ratu Kasei sedang berjalan jalan, ia bertemu dengan salah seorang teman lama yang bekerja sebagai koki di kerajaan Kaluhami. “Hei ratu! Apa yang sedang anda kerjakan?”, sapa Hamid. “Oh tidak, saya hanya berjalan jalan. Bagaimana keadaan kerajaan tempat kamu bekerja?.” jawab sang ratu dengan nada lembut. “Baik baik saja, tapi baru baru ini saya dengar kalau kerajaan Kaluhami kalah berperang melawan kerajaan Sinaraga. Apalagi yang memimpin perang ini adalah Raja Eklesia.”, seru Hamid.
“Apa? Raja Eklesia berperang lagi?”, dengan segera ratu kembali ke istana dan meninggalkan Hamid tanpa salam perpisahan. Raja Eklesia mempunyai sikap yang tidak mau mendengarkan nasehat orang lain. Berkali kali ratu menasehatkan pada raja agar mengurangi atau bahkan meniadakan hobi berperangnya ini.
Sejak mendengar kabar tersebut, Ratu Kasei menjadi sangat pendiam. Bahkan ia juga tidak mau keluar kamar untuk menemui pegawai kerajaannya dan para rakyat tercinta. Berminggu minggu sudah sang ratu tidak keluar kamar. Sesuap nasipun tidak pernah ratu lahap. “Ada apa ya baginda?”,tanya seorang pegawai kerajaan pada yang lain.
![]() |
foto : flickr |
“Iya ya.. Setelah bertemu teman lamanya saat jalan jalan, beliau berubah jadi murung.” jawab seorang pegawai yang saat itu menemani Ratu Kasei jalan jalan. “Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Raja Eklesia!”,sahutnya dengan ketus. “Sssst, jangan mengada ada, nanti kedengaran ratu!”
Kerajaan menjadi sangat hening. Para rakyat yang sayang kepada ratu selalu pergi ke istana. Hanya untuk membujuk sang ratu agar mau makan. Karena kasihan melihat para rakyatnya, ratu beranjak keluar dari kamar. Tubuhnya terlihat sangat kurus. Wajahnya pucat pasi.Ia berjalan dengan tertatih tatih. Tanpa pikir panjang, para pegawai menyiapkan obat dan menyediakan masakan khusus untuk ratu.
Tabib kerajaan sudah dipanggil untuk mengobati sang ratu. Namun sayang, ratu menderita penyakit yang sangat serius dan tidak dapat diobati. Sisa hidupnyapun sudah tak lama lagi. Rakyat menjadi sangat kaget. Tak lama, berita ini sudah menyebar ke seluruh penjuru kerajaan. Di hari yang sama berita mengagetkan datang juga. Raja Eklesia yang sudah berbulan bulan menghilang, pulang ke kerajaan Sinaraga dengan raut muka kemenangan.
“Ratu! Ratu! Aku berhasil mengalahkan kerajaan Kaluhami!”,dengan senangnya sang raja berteriak. Namun tak seperti biasanya, tidak ada yang menyahut kepulangannya. Rajapun segera berlari dengan langkah semangat ke kamar sang ratu. Tetapi begitu kamar terbuka, raja melihat sesosok tubuh mungil yang tak ia kenali.
“Siapa dia?”,Tanya raja kebingungan. “Ia Ratu Kasei. Beliau tergolek lemah sejak 3 minggu ini.”,jawab seorang pegawai kerajaan sambil menyalahkan sang raja. “Apa? Ia adalah istriku..”, dengan cepat sang raja memeluk Ratu Kasei. Suasana di kamar mulai menjadi haru.
Ratu Kasei sudah lama tidak membuka matanya. Dan sering memanggil manggil nama Raja Eklesia saat malam hari. Karena merasa bersalah sang raja selalu menemani saat saat terakhir ratu. Tiba tiba dirasakan genggaman tangan yang kuat. “Raja.. Kamu sudah
kembali.!”,kata ratu dengan suara lirih. “Iya ratu, semua ini salahku! Kamu jadi begini semua karena salahku!”,jawab raja yang menyalahkan diri sendiri. “Tidak..Aku tidak menyalahkan siapapun. Aku hanya ingin permintaan terakhir dalam hidupku.” kata ratu sambil meneteskan air mata. “Sebutkan semua permintaanmu karena aku akan mewujudkannya untuk menebus semua salahku ini.” jawab raja.
“Kakiku sudah tidak mampu untuk berjalan, tapi aku masih punya semangat yang terpendam untuk para rakyatku. Aku akan turun dari ranjang ini dengan usahaku sendiri dan aku akan memutari perkebunan halaman belakang. Seberapa aku mengelilingi perkebunan itu, aku mohon berikan hasil perkebunan yang aku putari untuk para rakyatku tercinta.” kata ratu memberikan permintaan terakhirnya.
Tanpa pikir panjang Raja Eklesia langsung menyetujui permintaan sang ratu. Para pegawai dikerahkan seluruhnya untuk melihat pengorbanan terakhir ratu. Mereka berusaha membantu ratu berjalan, namun ratu tidak mau. Karena ia ingin hasil usahanya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Sampai di perkebunan, seluruh rakyat sudah berkumpul untuk menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri.
Sang ratu nulai memutari perkebunan itu. Dengan jerih payah ia berusaha berjalan. Tetesan peluh jatuh bergantian, tapi tidak ratu rasakan. Sampai pada putaran ke 3, ratu terjatuh dan tak mampu bangun. Raja dengan sekuat tenaga membawanya ke kamar, tapi apa daya ratu sudah tiada saat perjalanan di kamar.
Setelah Ratu tidak ada, Raja menjadi raja yang bijaksana. Seluruh permintaan Ratu Kasei sudah ia laksanakan dan raja tidak lagi memiliki hobi berperang.Suasana kerajaan pun kembali cerah meskipun harus kehilangan Ratu Kasei tercinta. (*)