Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kenali Risiko Awal Kanker Payudara dan Ovarium dengan BRCA Screening

JUMLAH penderita kanker payudara terus meningkat dari tahun ke tahun. Kurangnya edukasi dan kepedulian menjadi satu di antara penyebab terlambatnya penanganan, sehingga kanker baru terdeteksi saat sudah stadium lanjut.

“Kalau masih stadium awal-awal, itu kemungkinan sembuhnya lebih besar,” ujar dokter Jessica Lepianda dari Genetics Indonesia, dalam talkshow ‘BRCA Screening: Ketahui Resiko Kanker Payudara dan Ovarium Sejak Dini’ yang  merupakan bagian dari Breast Cancer Awareness Campaign di atrium Tunjungan Plaza 6, Surabaya,  Jumat (12/10/2018).

Faktor keturunan, menyumbang 26% kemungkinan kanker, sedangkan faktor lain seperti gaya hidup, pola makan, dan lainnya memegang 74%.  Untuk menghindari deteksi yang terlambat, Jessica menganjurkan baik perempuan maupun laki-laki melakukan BRCA Screening.

Pemeriksaan genetik melalui BRCA Screening dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Semua orang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 di dalam tubuhnya, yang diturunkan dari kedua orang tua.

Menurut dokter Jessica, mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 berhubungan erat dengan meningkatnya resiko seseorang terkena kanker payudara dan ovarium.
BRCA1 dan BRCA2 adalah gen yang memproduksi tumor supressor protein, yang bertugas memperbaiki DNA yang rusak dan mengontrol pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh.

“Ketika terjadi mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2 tersebut, pertumbuhan sel-sel menjadi tidak terkontrol, yang kemudian dapat berkembang menjadi sel-sel kanker,” terangnya.

Yang perlu pemeriksaan BRCA Screening antara lain mereka  yang memiliki anggota keluarga terdiagnosis kanker payudara akibat variasi gen BRCA1 atau BRCA2, punya anggota keluarga yang didiagnosis kanker payudara atau ovarium pada usia di bawah 50 tahun, punya anggota keluarga yang didiagnosis Triple Negative Breast Cancer (TNBC) pada usia di bawah 60 tahun.

Selain itu, yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat dua atau lebih jenis kanker yang berkaitan dengan gen BRCA1 atau BRCA2 seperti kanker payudara, ovarium, prostat dan pankreas, serta memiliki anggota keluarga laki-laki yang terkena kanker payudara.

Dokter Jessica menganjurkan, kalau ada yang masuk kelompok itu, segera screening karena ada kemungkinan mutasi. Tetapi kemungkinan mutasi itu bukan berarti sudah terkena kanker, namun hanya menandakan oang itu punya risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara atau ovarium dibandingkan dengan rata-rata orang lainnya.


Pemeriksaan dilakukan menggunakan Buccal Swap, sebutan alat milik Genetics Indonesia, yang bentuknya seperti cotton buds besar. Pemeriksaan menggunakan Buccal Swap dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

Buccal Swap cukup dioleskan ke area dalam pipi sebanyak sepuluh kali, kemudian langsung ditutup. Lewat sampel DNA yang didapatkan dari dalam pipi, bisa dilihat apakah BRCA1 dan BRCA2 seseorang bermutasi atau tidak. (del surya)
Auto Europe Car Rental