Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Busana Gunung Patuha Karya Desainer Irmasari Joedawinata Tampil di Moskow


DESAINER Irmasari Joedawinata merancang tampilan busana yang terinspirasi dari keindahan gradasi warna Gunung Patuha yang terletak di Kawasan Ciwidey, Jawa Barat.

Ia mengajak para penikmat fesyen untuk melihat keindahan alam Indonesia melalui koleksi yang ditampilkan. Koleksi bertajuk Creater of Mount Patuha ini tampil di Moscow Fashion Week 2024.

Inspirasinya kawah putih Gunung Patuha Jawa Barat. Warna air di kawah itu yang menarik unik, ada pink, hijau, kebiruan. Bahan-bahan yang dipilihnya adalah organza, silk sifon, silk, organza jepang dan parasut.

Busana berpotongan loose, oversized, tunik maupun boxy sesekali tampil di fesyen show. Gaya busana ready to wear ditampilkan dengan penggunaan bahan dan palet warna yang terinspirasi dari landskap alam.

Irmasari menilai, gaya busana bergaya wearable, modern yang universal bisa digunakan untuk berbagai acara dan dalam jangka waktu lama.

Arahnya yang lebih modern, cuttingnya mudah digunakan, bisa dipakai kapan pun yang bisa dipadu-padan, bisa kapan pun, misal satu koleksi bisa dipakai tahun depan dan di banyak acara.

Pada Moscow Fashion Week 2024, Irmasari membawa 24 look busana dengan warna-warna mint, pink, abu-abu, hijau emerald, biru. Irmasari menyebut, penerimaan pengunjung di Moscow Fashion Week cukup antusias. Rangkaian acara tertata dengan rapi.

Sedang dari sisi peminat fesyen, dia menyebut, ada perbedaan minat gaya busana antara Moscow dan Indonesia. Kalau di Moskow lebih simpel, di Indonesia lebih berani bereksperimen.

"Masih fungsi kalau di Moskow, modis trendy tapi simpel misal coat navy blue, trus aksen marun. Kalau cutting an dan lain-lain masih berani di Indonesia,” ungkapnya.

Penampilan di Moscow Fashion Week 2024 dipersiapkan Irmasari selama satu bulan. Beberapa detail dari rancangannya disebut dibuat dengan handmade atau banyak pembuatan tangan.

Ia membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk membuat lipitan atau aksen pleats secara handmade. Kesan abstrak muncul dari detail tersebut.

“Aku bikin pleats bukan dari mesin, tapi manual, tali-tali sendiri jadi agak abstrak. Yang bikin menarik itu karena mereka (pengunjung Moscow Fashion Week) suka dengan busana yang masih ada sentuhan tangan,” sebut Irmasari.

Setiap koleksi yang dirancang berfokus pada gaya busana perempuan. Ia menggabungkan teknik serta kontruksi busana dalam perpaduan gaya two pieces maupun three pieces untuk menghasilkan look yang wearable, eksentrik, glamour namun tidak berlebihan.

Pada sebuah acara pameran busana di Surabaya, Irmasari sempat mengkombinasikan tampilan busana tersebut menjadi modest wear atau modest fesyen. Bisa juga distyling modest, tapi tidak selalu tertutup. Semua fokus ke busana wanita, cuttingan A dan H, lebih banyak itu.

Selain busana, ia juga menampilkan kolaborasi bersama tegepboots yakni pembuatan sepatu dengan bahan jok mobil. Melalui tangan Etnawati, sepatu para model yang melenggang di Moskow dibuat menggunakan bahan tersebut.

“Sepatu aku kerja sama dengan brand di Bandung, beliau (Etnawati) mendapatkan bahan sisa jok mobil yang dimanfaatkan menjadi sepatu untuk show,” tambahnya. (*)