Rekayasa Aplication Monitoring System (AMS) untuk Kontrol Anak Main Game
GAME online menjadi alternatif hiburan menarik bagi anak-anak saat bosan karena harus berada di rumah terus menerus. Seringkali anak menghabiskan waktu berjam-jam setelah 'kecanduan' game.
Rini, warga Jagiran Tambaksari Surabaya merasa khawatir saat anaknya secara berlebihan bermain game. Begitu selesai sekolah daring, langsung asik di kamar.
"Saya harus jualan di pasar. Jadi, tidak bisa lihat anak saya main game apa saja. Sampai saya pulang, masih lihat dia asik main game," ujar perempuan 30 tahun ini.
Kekhawatiran itu rasanya akan sirna jika orang tua mengetahui dan menggunakan Aplication Monitoring System (AMS) untuk mengontrol kegiatan anak selama bermain game.
Aplikasi berbasis mobile phone ini berhasil diciptakan lima mahasiswa Teknik Elektro UK Petra. Mereka, Jeremy Winston, Yansen Suwanto, Joshua Alexander Heriyanto, James David TM dan Jerich Elia Santoso.
Ketua Tim, Jeremy Winston menjelaskan, AMS menjadi sebuah sistem aplikasi yang dirancang untuk memenuhi ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Pengembangan Aplikasi Telematika (PAT).
"Kami khawatir anak-anak lebih sering main game di masa pandemi. Tentu orang tua akan susah mengontrol aktivitas anak saat bermain game di laptop atau komputer," ujarnya.
Melalui aplikasi ini, orang tua dapat dengan mudah mengatur durasi bermain game anak. Jika bermain game melebihi durasi yang sudah ditentukan, game akan berhenti dengan sendirinya.
Namun, untuk dapat menggunakan sistem ini, orang tua harus menginstall aplikasi pada ponsel maupun PC komputer dan perlu terkoneksi dengan jaringan internet.
"Orang tua dan anak harus membuat akun lebih dulu agar mendapatkan username. Orang tua memasukan username, durasi bermain dalam satuan menit, dan interval dari durasi itu (hari/minggu/bulan),” ujarnya.
Setelah pengaturan berhasil, pada home aplikasi orang tua tampil game apa saja yang dimainkan pada aplikasi anak beserta durasinya, termasuk sisa waktu bermain.
Jeremy Winston dan teman-temannya membutuhkan waktu hingga tiga bulan sampai tahap akhir aplikasi itu. Tak jarang, tim ini menemui berbagai kendala. Misalnya, tidak bisa berkumpul langsung dalam proses pembuatan.
Berkat inovasi ini, kelima mahasiswa UK Petra itu sukses meraih juara 2 Kategori Aplikasi Mobile/Web dalam Lomba Nasional Kreativitas Mahasiswa LO KREATIF 2020 yang digelar APTISI Wilayah VII Jawa Timur. (zia)