Cara Aman Bermain Sepatu Roda bagi Anak-anak
TIDAK hanya bersepeda, olahraga sepatu roda atau rollerblade kini kembali eksis. Bermain sepatu roda menjadi aktivitas yang seru bagi anak-anak sekaligus melatih keseimbangan dan meningkatkan kesehatan.
Bahkan, mengusir jenuh setelah belajar seharian. "Apalagi, sekolah sudah via online. Jadi, mesti dikombinasi sama kegiatan luar yang positif," ungkap penggagas Rollerblade Surabaya, Richardo Elvan alias Rico.
Olahraga ini dapat dipelajari secara cepat. Orangtua merasa senang karena anak memiliki aktivitas di luar ruangan. Menurut Rico, idealnya, anak usia empat ahun sudah siap belajar rollerblade.
Tapi semua kembali ke si anak. Kalau usia 3,5 tahun tapi sudah berani, tidak masalah. Hanya memang, olahraga ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Jika ceroboh, anak malah jatuh, bahkan bisa patah tulang.
"Sebaiknya kalau mau belajar, anak masuk akademi supaya tahu dasar-dasarnya. Di akademi, mereka akan diberikan teknik-teknik dalam bermain sepatu roda," papar Rico.
Kunci setiap kali latiha, cukup memegang lutut. Ini teknik paling dasar biar aman bagi anak yang baru mencoba bermain rollerblade.
"Ini harus diperhatikan kalau belajar. Saat bermain misalnya, kalau tidak imbang, pegang lutut saja. Jangan pegang benda atau temannya. Dengan pegang lutut, kuda-kuda jadi lebih kuat," terangnya.
Berbeda dengan berpegang pada benda yang malah membuat roda sepatu terus berputar dan akhirnya terjatuh. Selain itu, ada berbagai teknik dalam bermain sepatu roda. Misalnya, berdiri seimbang.
Caranya, dengan menggunakan media keset atau karpet yang ada teksturnya. Pertama-tama, berjalan di tempat sambil memegang lutut. Saat latihan dasar ini, anak sebaiknya diajarkan posisi jatuh yang benar.
Posisinya, diawali dengan menekuk lutut sambil tetap berpegang pada kedua lutut. Baru tangan menyentuh lantai. Setelah berlatih keseimbangan, baru anak belajar meluncur. Prinsipnya, posisi kaki sejajar saat berdiri.
Ketika maju, posisinya berubah menyerupai huruf 'V'. Menurut Rico, kalau kaki menyerupai huruf 'A', maka secara otomatis akan berhenti. Saat sedikit demi sedikit kaki membentuk 'A' sembari memegang lutut, akan perlahan mengerem.
"Berbelok juga ada tekniknya. Misalnya yang basic, kalau ingin belok kanan, tekan lutut bagian kanan sambil miringkan tubuh ke kanan. Begitu juga kalau ke kiri. Tetap dalam posisi berjongkok," ungkap Rico.
Sebaliknya untuk berhenti, dapat dilakukan dengan menekan kedua lutut di posisi yang sama atau salah satu kaki berada di belakang sehingga kaki membentuk huruf 'T'.
Menurut Rico, tekniknya ada macam-macam. Untuk belajar dasarnya, paling hanya butuh waktu sehari. Bagi pemula, Rico menyarankan memakai sepatu yang rodanya berdiameter 80 mm meter supaya lebih mudah.
“Umumnya, pakai yang rodanya empat. Kalau yang sudah pro, bisa menggunakan roda yang lebih besar. Semakin besar ukuran roda, maka semakin kencang putarannya," tambah Rico. (ayu)
Highlight
Rollerblade bisa dilakukan di mana saja.
Hindari media yang basah agar tidak tergelincir.
Bermain sepatu roda itu fun dan sehat serta dapat menorehkan prestasi nasional dan internasional.
Jadi Gaya Hidup sejak 60 Tahun Lalu
GAYA hidup sepatu roda ini masuk Indonesia sekitar tahun 1960-an. Anak muda di Jakarta, Bandung, dan Surabaya langsung menggandrunginya. Muncul kemudian Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Persosi) pada 1979.
Perkembangannya melesat ke seluruh kota-kota besar Indonesia. Bagaimana secara dunia? John Joseph Merlin menemukan sepatu roda pertama kali tahun 1760 di Belgia. Bentuknya mirip ice skate tapi ada roda yang berbaris layaknya blade.
Hanya kekuragannya, sulit dikendalikan dan tidak punya rem. Pada 1863, James Plimpton membuat sepatu roda dengan empat roda laiknya roda pada mobil. Ada sumbu untuk mengendalikan gerakan. Desain Plimpton masih digunakan hingga sekarang.
Pada 1942 berdiri organisasi sepatu roda internasional, yakni Federation De Roller Skating. Lalu, banyak kompetisi dan sempat dilombakan dalam Olimpiade Musim Panas 2012. (bbs)

Anak-anak Merindukan Permainan di Ruang Terbuka
Olahraga melatih keseimbangan ini menurut Markus sebagai perangsang perkembangan fisik anak sekaligus mengontrol gerakan-gerakan tubuhnya (motorik).
"Meski olahraga ini berdampak positif, protokol kesehatan tetap harus dilakukan seperti memakai masker dan menggunakan hand sanitizer," ujar Markus saat ditemui di Grand City Mall Surabaya, Minggu (27/9/2020).
Sebelum bermain tentu saja harus mempersiapkan alatnya. Yang paling utama, sepatu rodanya (rollerblade). Kalau masih pemula, ada baiknya memelajari dulu dasarnya dan memilih sepatu roda yang sesuai untuk para pemula.
Sepatu roda punya banyak variasi dan fitur keren. Markus mengatakan, jika masih pemula (dalam hal ini anak-anak), sebaiknya membeli yang sederhana saja sebagai sarana latihan.
Markus yang juga pemilik Rollerblade Surabaya City (RSC) Inline Academy ini memberikan panduan cara memilih sepatu roda atau rollerblade yang tepat untuk anak :
Pertama, pastikan memilih ukuran sepatu roda yang sesuai dengan ukuran kaki. Pemilihan ukuran menjadi poin penting agar sepatu roda tersebut aman dan nyaman digunakan.
Kedua, khusus untuk inline skate, pilihlah material yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan materialnya, ada dua jenis inline skate, yaitu soft boots (dari material lembut) dan hard boots (material keras seperti plastik). Carilah material yang terasa paling nyaman dan cocok dengan kebutuhan.
Ketiga, pilihlah pengunci sepatu roda yang terasa mudah. Ada dua jenis pengunci sepatu roda, yaitu buckle (lebih mudah dipasang dan dilepas kembali oleh anak-anak) dan tali sepatu (ukuran pas). Pilih yang paling mudah untuk digunakan.
Keempat, memilih sepatu yang menggunakan roda yang terbuat dari karet. Biasanya yang bagus benar-benar dari karet asli, sehingga lengket dan tidak licin. Hindari roda yang menggunakan bahan karet PVC karena risiko jatuh terpeleset karena licin.
Selain itu, pria yang sejak tahun 80-an menekuni dunia sepatu roda ini memberitahu cara membersihkan dan merawat sepatu roda atau rollerblade.
Pertama, menjaga agar tetap kering. Rutin mengelap boot sepatu roda di bagian dalam dan luar setelah selesai bermain, termasuk membiarkan sepatu mengering secara alami.
Kedua, hindari panas berlebih karena dapat membuat sepatu rusak atau bahkan merusak bahan kulit sepatu. Lebih baik dikeringkan dengan hair dryer cool air dan jangan langsung menjemurnya di bawah terik sinar matahari.
Ketiga, memeriksa bagian truck secara rutin serta selalu memastikan dalam keadaan kencang dan aman. Keempat, membersihkan roda dan toe-stop guna memastikan roda dapat berputar dengan baik.
"Kalau roda tidak berputar dengan baik, bisa jadi hal itu ada ada penumpukan kotoran di bagian roda. Perlu dilakukan pergantian roda pada sepatu. Jika hanya kotor, luangkan waktu untuk melepas dan membersihkan roda," tambah Markus. (zia)

Kalau Tidak Latihan Takut Kaki Kaku
BERMAIN sepatu roda atau rollerblade kini menjadi salah satu aktivitas rutinnya. Ya, Vanessa Aprilia Syah (13), siswi SMP Xin Zhong Surabaya ini rutin latihan seminggu 2-3 kali usai sekolah daring.
"Saya takut (kaki) kaku kalau tidak latihan secara rutin di akademi ini. Kalau itu sampai terjadi saya harus belajar dari awal lagi, mulai basic," kata Vanessa di Grand City Mall Surabaya, Minggu (27/9/2020).
Perempuan kelahiran Medan, 25 April 2007 ini, begitu mencintai olahraga sepatu roda ini sejak awal masuk SMP. Semula ikut Komunitas Gosk8 Arena tapi sekarang bergabung dengan RSC Inline Academy.
Di tempat itulah, Vanesa merasakan suasana kekeluargaan yang sangat erat. Di situ pula, cewek belia ini pernah mendapat Juara Satu Beginner Skate Cross serta menaklukkan kesulitan ketika harus memelajari trik baru seperti Back One Foot.
"Soalnya, trik itu harus dilakukan seimbang, sambil menoleh ke belakang, kaki ke belakang satu. Namun saya buat enjoy dan dicoba terus akhirnya bisa," ungkap peraih Juara 3 Youth Women Speed Slalom ini.
Vanessa berharap, lewat olahraga sepatu roda yang ditekuninya, dia mendapat kesempatan membawa nama klub hingga mengharumkan negara Indonesia di kancah international. (zia)
Bahkan, mengusir jenuh setelah belajar seharian. "Apalagi, sekolah sudah via online. Jadi, mesti dikombinasi sama kegiatan luar yang positif," ungkap penggagas Rollerblade Surabaya, Richardo Elvan alias Rico.
Olahraga ini dapat dipelajari secara cepat. Orangtua merasa senang karena anak memiliki aktivitas di luar ruangan. Menurut Rico, idealnya, anak usia empat ahun sudah siap belajar rollerblade.
Tapi semua kembali ke si anak. Kalau usia 3,5 tahun tapi sudah berani, tidak masalah. Hanya memang, olahraga ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Jika ceroboh, anak malah jatuh, bahkan bisa patah tulang.
"Sebaiknya kalau mau belajar, anak masuk akademi supaya tahu dasar-dasarnya. Di akademi, mereka akan diberikan teknik-teknik dalam bermain sepatu roda," papar Rico.
Kunci setiap kali latiha, cukup memegang lutut. Ini teknik paling dasar biar aman bagi anak yang baru mencoba bermain rollerblade.
"Ini harus diperhatikan kalau belajar. Saat bermain misalnya, kalau tidak imbang, pegang lutut saja. Jangan pegang benda atau temannya. Dengan pegang lutut, kuda-kuda jadi lebih kuat," terangnya.
Berbeda dengan berpegang pada benda yang malah membuat roda sepatu terus berputar dan akhirnya terjatuh. Selain itu, ada berbagai teknik dalam bermain sepatu roda. Misalnya, berdiri seimbang.
Caranya, dengan menggunakan media keset atau karpet yang ada teksturnya. Pertama-tama, berjalan di tempat sambil memegang lutut. Saat latihan dasar ini, anak sebaiknya diajarkan posisi jatuh yang benar.
Posisinya, diawali dengan menekuk lutut sambil tetap berpegang pada kedua lutut. Baru tangan menyentuh lantai. Setelah berlatih keseimbangan, baru anak belajar meluncur. Prinsipnya, posisi kaki sejajar saat berdiri.
Ketika maju, posisinya berubah menyerupai huruf 'V'. Menurut Rico, kalau kaki menyerupai huruf 'A', maka secara otomatis akan berhenti. Saat sedikit demi sedikit kaki membentuk 'A' sembari memegang lutut, akan perlahan mengerem.
"Berbelok juga ada tekniknya. Misalnya yang basic, kalau ingin belok kanan, tekan lutut bagian kanan sambil miringkan tubuh ke kanan. Begitu juga kalau ke kiri. Tetap dalam posisi berjongkok," ungkap Rico.
Sebaliknya untuk berhenti, dapat dilakukan dengan menekan kedua lutut di posisi yang sama atau salah satu kaki berada di belakang sehingga kaki membentuk huruf 'T'.
Menurut Rico, tekniknya ada macam-macam. Untuk belajar dasarnya, paling hanya butuh waktu sehari. Bagi pemula, Rico menyarankan memakai sepatu yang rodanya berdiameter 80 mm meter supaya lebih mudah.
“Umumnya, pakai yang rodanya empat. Kalau yang sudah pro, bisa menggunakan roda yang lebih besar. Semakin besar ukuran roda, maka semakin kencang putarannya," tambah Rico. (ayu)
Highlight
Rollerblade bisa dilakukan di mana saja.
Hindari media yang basah agar tidak tergelincir.
Bermain sepatu roda itu fun dan sehat serta dapat menorehkan prestasi nasional dan internasional.
Jadi Gaya Hidup sejak 60 Tahun Lalu
GAYA hidup sepatu roda ini masuk Indonesia sekitar tahun 1960-an. Anak muda di Jakarta, Bandung, dan Surabaya langsung menggandrunginya. Muncul kemudian Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Persosi) pada 1979.
Perkembangannya melesat ke seluruh kota-kota besar Indonesia. Bagaimana secara dunia? John Joseph Merlin menemukan sepatu roda pertama kali tahun 1760 di Belgia. Bentuknya mirip ice skate tapi ada roda yang berbaris layaknya blade.
Hanya kekuragannya, sulit dikendalikan dan tidak punya rem. Pada 1863, James Plimpton membuat sepatu roda dengan empat roda laiknya roda pada mobil. Ada sumbu untuk mengendalikan gerakan. Desain Plimpton masih digunakan hingga sekarang.
Pada 1942 berdiri organisasi sepatu roda internasional, yakni Federation De Roller Skating. Lalu, banyak kompetisi dan sempat dilombakan dalam Olimpiade Musim Panas 2012. (bbs)

Anak-anak Merindukan Permainan di Ruang Terbuka
PEMERHATI Olahraga Sepatu Roda atau Rollerblade, Markus Widjanarko mengatakan fenomena sepatu roda ini adalah bentuk kerinduan anak akan permainan di ruang terbuka.
Olahraga melatih keseimbangan ini menurut Markus sebagai perangsang perkembangan fisik anak sekaligus mengontrol gerakan-gerakan tubuhnya (motorik).
"Meski olahraga ini berdampak positif, protokol kesehatan tetap harus dilakukan seperti memakai masker dan menggunakan hand sanitizer," ujar Markus saat ditemui di Grand City Mall Surabaya, Minggu (27/9/2020).
Sebelum bermain tentu saja harus mempersiapkan alatnya. Yang paling utama, sepatu rodanya (rollerblade). Kalau masih pemula, ada baiknya memelajari dulu dasarnya dan memilih sepatu roda yang sesuai untuk para pemula.
Sepatu roda punya banyak variasi dan fitur keren. Markus mengatakan, jika masih pemula (dalam hal ini anak-anak), sebaiknya membeli yang sederhana saja sebagai sarana latihan.
Markus yang juga pemilik Rollerblade Surabaya City (RSC) Inline Academy ini memberikan panduan cara memilih sepatu roda atau rollerblade yang tepat untuk anak :
Pertama, pastikan memilih ukuran sepatu roda yang sesuai dengan ukuran kaki. Pemilihan ukuran menjadi poin penting agar sepatu roda tersebut aman dan nyaman digunakan.
Kedua, khusus untuk inline skate, pilihlah material yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan materialnya, ada dua jenis inline skate, yaitu soft boots (dari material lembut) dan hard boots (material keras seperti plastik). Carilah material yang terasa paling nyaman dan cocok dengan kebutuhan.
Ketiga, pilihlah pengunci sepatu roda yang terasa mudah. Ada dua jenis pengunci sepatu roda, yaitu buckle (lebih mudah dipasang dan dilepas kembali oleh anak-anak) dan tali sepatu (ukuran pas). Pilih yang paling mudah untuk digunakan.
Keempat, memilih sepatu yang menggunakan roda yang terbuat dari karet. Biasanya yang bagus benar-benar dari karet asli, sehingga lengket dan tidak licin. Hindari roda yang menggunakan bahan karet PVC karena risiko jatuh terpeleset karena licin.
Selain itu, pria yang sejak tahun 80-an menekuni dunia sepatu roda ini memberitahu cara membersihkan dan merawat sepatu roda atau rollerblade.
Pertama, menjaga agar tetap kering. Rutin mengelap boot sepatu roda di bagian dalam dan luar setelah selesai bermain, termasuk membiarkan sepatu mengering secara alami.
Kedua, hindari panas berlebih karena dapat membuat sepatu rusak atau bahkan merusak bahan kulit sepatu. Lebih baik dikeringkan dengan hair dryer cool air dan jangan langsung menjemurnya di bawah terik sinar matahari.
Ketiga, memeriksa bagian truck secara rutin serta selalu memastikan dalam keadaan kencang dan aman. Keempat, membersihkan roda dan toe-stop guna memastikan roda dapat berputar dengan baik.
"Kalau roda tidak berputar dengan baik, bisa jadi hal itu ada ada penumpukan kotoran di bagian roda. Perlu dilakukan pergantian roda pada sepatu. Jika hanya kotor, luangkan waktu untuk melepas dan membersihkan roda," tambah Markus. (zia)

Kalau Tidak Latihan Takut Kaki Kaku
BERMAIN sepatu roda atau rollerblade kini menjadi salah satu aktivitas rutinnya. Ya, Vanessa Aprilia Syah (13), siswi SMP Xin Zhong Surabaya ini rutin latihan seminggu 2-3 kali usai sekolah daring.
"Saya takut (kaki) kaku kalau tidak latihan secara rutin di akademi ini. Kalau itu sampai terjadi saya harus belajar dari awal lagi, mulai basic," kata Vanessa di Grand City Mall Surabaya, Minggu (27/9/2020).
Perempuan kelahiran Medan, 25 April 2007 ini, begitu mencintai olahraga sepatu roda ini sejak awal masuk SMP. Semula ikut Komunitas Gosk8 Arena tapi sekarang bergabung dengan RSC Inline Academy.
Di tempat itulah, Vanesa merasakan suasana kekeluargaan yang sangat erat. Di situ pula, cewek belia ini pernah mendapat Juara Satu Beginner Skate Cross serta menaklukkan kesulitan ketika harus memelajari trik baru seperti Back One Foot.
"Soalnya, trik itu harus dilakukan seimbang, sambil menoleh ke belakang, kaki ke belakang satu. Namun saya buat enjoy dan dicoba terus akhirnya bisa," ungkap peraih Juara 3 Youth Women Speed Slalom ini.
Vanessa berharap, lewat olahraga sepatu roda yang ditekuninya, dia mendapat kesempatan membawa nama klub hingga mengharumkan negara Indonesia di kancah international. (zia)