Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Keselamatan dalam Kegiatan Pramuka Tetap Harus yang Utama

MENGACU pemberitaan kegiatan Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang berujung musibah, izinkan saya menulis sedikit tip penyelenggaraan kegiatan luar (mencari jejak, jurit malam, kompas siang, penyeberangan basah, dan lainnya), berdasarkan pengalaman saya.

Sebelumnya, atas nama pribadi, saya sampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga besar SMPN 1 Turi, segenap keluarga korban, dan semua pihak yang kehilangan. Sungguh, kita kehilangan anak-anak yang mungkin salah satu dari mereka akan jadi pemimpin.

Tentang kegiatan Pramuka yang sudah ada, jangan kalian salahkan Pramukanya. Kegiatan ini sangat baik dan positif ketimbang nongkrong-nongkrong yang tidak jelas. Hanya saja, pengelolaan kegiatan dan yang terpenting, Pembina Pramukanya, harus kapabel, mengerti tugas dan tanggung jawabnya.

Mbah kakung saya (kakek), dulunya, pembina Pramuka di Kabupaten Lumajang. Orang-orang tua di sana, insyaaAllah, masih kenal almarhum sebagai “jenderalnya Pramuka Lumajang”. Beliau wafat karena sakit akibat salah satunya, terlalu ngoyo dalam kegiatan tanpa memikirkan kesehatan.

Ibu saya juga anggota Pramuka, sampai dengan STM kelas 3. Iya, ibu saya lulusan STM jurusan mesin produksi. Cuma saya saja yang nyeleneh, Pramuka hanya sampai Penggalang. SMP dan SMA ikutnya Paskibra.

Sepanjang pengalaman saya, kegiatan ekskul apapun di SMP dan SMA (paskib, pramuka, PMR, pecinta alam, dan lainnya), pasti ada proses pelantikan anggota baru. Salah satunya, melaksanakan kegiatan luar. Kalau di proposal biasa dibilang untuk menumbuhkan sikap patriotisme dan esprit d corps.

Betul, apapun kegiatannya, tujuannya pasti positif. Nah, yang perlu diperhatikan oleh pembina dan para senior, adalah bagaimana proses penyelenggaraan kegiatannya. Siapa yang tanggung jawab, siapa yang mengawasi dan terpenting, kemungkinan terjadi “emergency case”.

Emergency ini bisa berupa :
– peserta sakit
– rute tidak memungkinkan krn hujan
– ada larangan dari warga setempat
– tidak disetujui sekolah/wali murid
– dan lainnya

Sebagai panitia harus punya plan cadangan untuk mengganti kegiatan yg tdk bisa terlaksana tadi. Saya ambil contoh, salah satu kegiatan yang beberapa kali saya ikuti, mulai dari peserta, panitia sampai dengan instruktur, meskipun saat ini masih “asisten intruktur”.

Anak Jakarta Timur (Jaktim), pasti kenal PPI-JT, apalagi kegiatan Siswatama Paskibra dan Gladian Central yang diselenggarakan oleh PPI-JT. Kedua kegiatan ini diselenggarakan berurutan. ST biasanya di Buperta Cibubur, sedangkan GC itu di luar kota.

Biasanya diselenggarakan di basis militer/Polri seperti Rindam atau sekolah-sekolah lain. Tentunya menyesuaikan dengan jadwal kegiatan institusi itu, supaya tidak berbenturan. Kegiatan seperti kelas, PBB, dan sebagainya, yang sifatnya klasikal dan di tempat kurang lebihnya pasti sama dan standar.

Saya akan membahas kegiatan luarnya saja. Kalau dulu saya kenal istilahnya mencari jejak, gladi tama atau gladi tangguh, jurit malam, yang intinya sama –> jalan jauh. Pertama kali, yang harus dicek adalah pemilihan rute beserta penempatan pos-posnya.

Kalau sekolah, ada pos MI, PBB, ketuhanan/renungan, geladi/sursung/perambatan. Pastikan rute aman dan disesuaikan dg tingkat kesulitannya. Anak SMP pasti beda dengan resimen mahasiswa (menwa), jangan disamakan!

Setelah rute disepakati, jangan lupa membuat rute cadangan, setidaknya 2 rute, sehingga panitia punya 3 rute. Jika rute 1 tidak memungkinkan krn hujan atau hal lain, masih ada rute cadangan yg bisa digunakan. Dan pastikan, setiap pos ada pengamanan serta personel kesehatan.

Khusus untuk jurit malam, pastikan rutenya sangat aman untuk dilalui tanpa menggunakan penerangan atau senter. Dengan demikian, adanya senter akan lebih memberikan jaminan keamanan bagi peserta. Jangan menggunakan rute terjal dan berada di ketinggian. Kalau militer mah wajib.

Nah, ini bagian pentingnya. Pos gladi tangguh/perambatan/perembesan/penyusuran sungai/penyeberangan atau apapun namanya, yang biasa oleh panitia dibilang “kalau gak lewat pos ini gak afdol”. Pos ini paling riskan dan berisiko tinggi, apalagi jika panitia dan pembina tidak aware.

Pos ini tidak jauh dari aliran sungai, kubangan lumpur atau bahkan danau. Saya akan bahas satu per satu supaya lebih detil dan jelas.

1. Penyeberangan/penyusuran sungai
Kegiatan ini memang mengasyikan, tapi bisa berubah menjadi bencana mengerikan kalau panitia abai terhadap prosedur keselamatan. Untuk kegiatan sekolah, pastikan sungai tidak beraliran deras, dan maksimal ketinggian sepinggang anak.

Sebaiknya, tidak memilih sungai yang kedalamannya lebih dari pinggang! Kenapa? Jika pegangan siswa terlepas dari tali, siswa masih bisa berdiri dan berjalan ke tepi dengan aman. Untuk adik-adik mahasiswa biasanya lebih dalam tapi dilengkapi tali pengaman yang diikatkan ke tubuh.

Sungai yang akan dilalui juga harus disurvei, jauh hari sebelum pelaksanaan dan sehari sebelum kegiatan untuk memastikan aman. Pastikan tidak ada benda tajam di bawah sungai. Panitia harus menceburkan diri, memastikan keamanannya.

Kalau panitia yakin aman, insyaaAllah peserta juga tenang. Saat kegiatan, setidaknya harus ada 2 orang penyelamat, yang stand by, jika ada peserta yang terpeleset atau terjatuh dan masuk air. Dia harus bisa merespons dengan cepat setiap kejadian untuk meminimalkan kerugian.

2. Kubangan lumpur.
Mungkin karena tidak ada sungai. Jadilah pos ini diganti dengan kubangan lumpur, baik di sawah atau di tempat lain. Intinya ngotorin baju. Hal yg harus diperhatikan adalah, tempat yang licin dengan peserta, yang anyak berpotensi terpeleset dan menghantam peserta lain.

Hal ini berisiko mengakibatkan memar, bahkan sampai patah tulang jika tidak berhati-hati. Pastikan peserta tidak bertumpuk, masuk dengan perlahan dan hati-hati. Perhatikan juga kemungkinan adanya lintah/pacet yang bisa menempel pada tubuh peserta.


3. Danau.
Kegiatan yang ini mending dihindari saja, kalau buat siswa SMP/SMA. Namanya danau/waduk pasti dalam meskipun tenang. Kalaupun harus, pastikan peserta bisa berenang dan dilengkapi pelampung. Lha, yang cuma latihan survival tempur saja pakai pelampung.

Jadi, intinya dalam setiap pelaksanaan kegiatan luar, panitia wajib, memastikan keamanan rute, kelengkapan peralatan pengaman, personel pengaman, kesehatan dan tentunya pembina harus memantau jalannya kegiatan di lapangan, bukan menunggu di sekolah.

Kegiatan Pramuka itu baik dan sangat bermanfaat, namun keselamatan dalam kegiatan tetap harus yang utama.

Sumber : Specter @kamto_adi, 22 Februari 2020.
Auto Europe Car Rental