Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kebangkitan Esports dan Upaya Mewujudkan Personalisasi Sebuah Industri Perjalanan Wisata

DENGAN meningkatnya antusiasme terhadap esports dan banyaknya penyelenggaraan turnamen esports, perusahaan penyelenggara perjalanan bisa jadi melewatkan sebuah peluang bisnis besar serta kesempatan langka menawarkan personalisasi yang unik.

Mari menengok Asian Games terakhir 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, Indonesia. Esports menjadi bagian dari perhelatan itu untuk pertama kali dalam sejarah – meski hanya sebagai cabang olahraga yang berada pada tahap “dipromosikan” dan belum diperlombakan secara resmi.

Indonesia menjadi salah satu dari delapan negara yang bertarung di cabang olahraga baru itu. Berdasarkan laporan online, kebanyakan (sekitar 80%) penonton turnamen esports itu adalah warga negara asing. Mereka rela melakukan perjalanan jarak jauh dan mengeluarkan biaya mulai dari Rp 220.000 hingga Rp 1.200.000 hanya untuk tiket masuk  turnamen esports itu.

Mari perhatikan Southeast Asian Games yang baru saja diselenggarakan di Filipina pada Desember 2019, di mana status esports ditingkatkan menjadi cabang olahraga yang diperlombakan secara resmi dan penggemar yang meluberi tempat pertandingan.

Sekarang layangkan pandangan kita dengan penuh harap ke tahun 2020, saat Indonesia akan menjadi tuan rumah turnamen Piala Presiden Esports 2020, Mobile Legends World Championship 2020, dan tentunya masih banyak lagi turnamen esports lainnya di masa depan.

Kelihatannya tidak ada satu pun pihak yang tidak menyadari manfaat komersial dari peluang esports bernilai jutaan dolar ini, kecuali industri perjalanan wisata.

Peningkaan pesat esports menjadikannya topik perbincangan dan berita di seluruh dunia. Lomba-lomba esports berskala internasional disiarkan ke seluruh penjuru dunia oleh stasiun televisi sekaliber ESPN dan NBC, serta membuat tiket masuk ke beberapa arena paling terkenal di dunia, seperti Madison Square Gardens, habis terjual.

Arena khusus esports banyak bermunculan di berbagai kota di seluruh dunia. Marvel Entertainment dan Disney telah menandatangani berbagai perjanjian komersial menarik terkait esports. Intel juga telah bermitra dengan Tokyo 2020 untuk menggelar dua turnamen besar yang akan berlangsung pada waktu yang sama dengan penyelenggaraan Olimpiade 2020.

Pemerintah Indonesia mulai memerhatikan esports. Pelaksana Tugas Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Yuni Poerwanti mengatakan, Indonesia dapat menjadi “macan dunia” dalam arena esports.

Beberapa perusahaan Indonesia juga terlihat berusaha mengikuti tren ini, seperti Garuda yang meluncurkan sebuah karakter in-game dan Salim Group yang mendirikan sebuah perusahaan patungan di bidang esports.

Meski analisis Travelport mengidentifikasi peningkatan jumlah booking di akhir pekan oleh pelaku perjalanan wisata perseorangan ke Seoul dan Busan untuk menyaksikan League of Legends World Championship 2018, yang dapat dibilang merupakan salah satu turnamen terbesar di dunia, sangat sedikit bisnis perjalanan wisata yang secara proaktif menargetkan para wisatawan ini.

Seberapa besar peluang bisnis yang ditawarkan kompetisi video game? Walau alasan perusahaan-perusahaan penyedia layanan perjalanan wisata tidak memanfaatkan peluang dari wisatawan esports tidak diketahui secara pasti, jelas ada peluang yang signifikan di sini.

Para pengamat industri memprediksi bahwa jumlah gamer PC dan mobile di Asia Tenggara akan mencapai 400 juta pada 2021 dan menghasilkan pendapatan sebesar US$4,4 juta. Kita juga mengetahui bahwa Indonesia, dan juga Thailand, adalah pasar gaming terbesar di wilayah ini.

Contohnya, jumlah gamer di Indonesia mencapai sekitar 44 juta orang dan terus meningkat setiap hari. Namun riset pasar menunjukkan bahwa 42 persen dari penonton esports bukanlah pemain aktif dari game yang mereka tonton. Artinya, jumlah penonton esports jauh lebih besar dari jumlah pemainnya.

Dengan peningkatan penetrasi internet serta populasi kelas menengah Indonesia, angka-angka ini akan terus meningkat. Yang perlu dilakukan oleh industri perjalanan wisata di Indonesia adalah, agar penonton online streaming pertandingan esports mau melakukan perjalanan wisata.

Mereka bersedia dan mau menghadiri pertandingan esports. Caranya menghadirkan apa yang diperlukan pengetahuan yang mendorong para penggiat dan penonton pasif esports mau menghadiri kompetisi cabang olahraga tersebut, dan dari mana mereka berasal, dengan kata lain, personalisasi.

Untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, perusahaan-perusahaan penyedia layanan perjalanan wisata dapat belajar banyak dari bagaimana industri video game menjadi teladan dalam hal personalisasi di dunia melalui karakter game yang dapat disesuaikan menurut selera atau pun fitur-fitur yang dapat dibeli di dalam sebuah game.

Ketika digabungkan dengan data dari 14 miliar hasil pencarian belanja bulanan yang diproses oleh sistem Travelport, informasi ini kemungkinan akan sangat berguna terutama bagi agen perjalanan wisata online yang meskipun memiliki banyak data juga menemukan kesulitan dalam menciptakan pengalaman perjalanan wisata yang disesuaikan.

Menurut Digital Transformation Report di tahun 2018 oleh Skift dan Adobe, hanya 36% dari eksekutif perusahaan penyedia layanan perjalanan wisata yang menganggap bahwa usaha personalisasi mereka pantas mendapatkan nilai empat atau lima dalam skala satu sampai lima.

Riset kami (travelport) diharapkan dapat mengubah hal tersebut lewat penyediaan hasil riset dari pengeluaran perjalanan wisata tahunan senilai lebih dari US$89 juta bagi usaha mitra-mitra kami, dan membantu mereka mengubah hasil riset ini menjadi dasar keputusan investasi strategis.



Dalam kasus esports, usaha kami meliputi membangun rencana pelibatan yang sesuai dengan seberapa besar minat para penggemar untuk menonton sebuah acara esports secara langsung, yang dapat berlangsung selama 7-30 hari, tergantung kemungkinan menang sebuah tim dan hasil dari babak kualifikasi dan knock­-out.

Pendekatan ini penting apabila kita ingin menciptakan pengalaman perjalanan wisata yang unik dan tak terlupakan, dan akan semakin penting seiring transisi menuju dunia customer-centric yang penuh dengan berbagai alasan baru untuk melakukan perjalanan wisata. (*)

Sumber : Direktur Regional Wilayah Operator APAC Travelport Gary Harford dan Direktur Galileo Indonesia Raymond Setokusumo.
Auto Europe Car Rental