Kisah Sederhana dari Kursi Bandara
KISAH sederhana. Kemarin, di sebuah bandara, aku nyaris kehabisan baterai karena menunggu terlalu lama. Tengok kiri kanan, ketemu tempat stop kontak.
Dari jauh bolak balik aku intip, begitu kosong, langsung menuju kursi terdekat. Sekitar 2 meter, kedengaran suara, " ayo cepat lari.... Ada yang mau pakai ..."
Tepat saat saya tiba di kursi kosong, tiba-tiba ada tas diturunkan. Sambil melihat adik cantik itu, saya jelaskan kalau saya butuh mengisi daya hape.
Dengan entengnya dia menjawab, "saya juga... Kan tas saya duluan di sini." Di belakang teman-temannya tertawa bangga.
Saya tahu adik cantik ini berlari agar bisa menyalip saya dan melemparkannya tasnya agar bisa dianggap tiba duluan.
Lalu saya melihat teman-temannya, dan melihat si cantik lagi, mukanya terlihat bangga pakai banget.
Saya tahu kalau si cantik ini tadinya duduk di kursi kosong itu, berdampingan dengan seorang gadis lain. Dan dia tidak melakukan pengisian daya, alias hanya duduk manis saja. Karena saya sudah mengamati dari jauh.
Malas berdebat, saya tinggalkan mereka. Terdengar pujian dari teman-temannya soal betapa hebatnya dia bisa menyalip jalan orang.
Setelah bergerak sekitar 5 meter, sambil mencari tempat lain untuk mengisi daya, saya melihat kembali ke arah tadi. Dan ternyata benar.
Si cantik hanya duduk bercerita dengan temannya disana tanpa melakukan aktivitas mengisi daya.
Mungkin kita juga seperti itu, ada kebanggaan saat "mengalahkan" orang lain.
Namun apakah kebanggaan itu emang pantas buat di banggakan saat mungkin merugikan orang lain?
Di sisi lain, saat menemukan tempat pengisian daya yang lain, saya permisi kepada ibu yang duduk di sana.
Tanpa basa basi, si ibu langsung hendak berpindah tempat, padahal saat itu dia juga sedang mengisi daya hapenya.
Segera saya jelaskan kalau dia tidak perlu berpindah tempat, hanya saya minta permisi karena dia harus bergeser sedikit agar saya bisa memasang adaptor saya di stop kontak kosong yang berada di belakang si ibu.
Si ibu mengizinkan, saya langsung mengisi daya lalu duduk di dekat sana, si ibu kembali menonton tik tok. No drama.
Hanya sesimpel itu. Saling menghargai dan saling menghormati kepentingan bersama itu selalu ada.
Hanya bagaimana kita menerapkan pada diri kita sendiri. Jangan karena kebanggaan lalu lupa kalau itu tempat umum dan setiap orang punya hak yang sama atas fasilitas umum.
Peduli sesama bukan berarti harus mengorbankan diri. Peduli sesama berarti menghargai orang lain dan diri sendiri.
Oleh: Olyvia Kemal