Esti Kholik Desainer Andal Batik Bandeng Lele yang Khas Lamongan
Perempuan ini lulus dari sekolah kesehatan dan sempat bekerja di luar negeri, kini menjadi desainer batik khas Lamongan, batik Bandeng Lele. Dia menjadi desainer andal batik Bandeng Lele.
Esti Kholik, warga Jalan Kusuma Bangsa Gang Beringin Lamongan, menjalaninya sebagai takdir Tuhan setelah dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan menjadi TKW di luar negeri. "Sebelum terjun dalam dunia batik khas Lamongan, saya pernah menjadi TKW," katanya.
Sebelum menjadi desainer batik khas Lamongan, Esti menjadi penjahit pakaian biasa. Pulang dari merantau menjadi perawat di sebuah rumah sakit di luar negeri, dia sempat kebingungan apakah akan meneruskan profesi awalnya sebagai perawat atau tidak.
Kalau melanjutkan profesi awal ternyata sudah ketinggalan jauh, apalagi saat itu Esti sudah berkeluarga. Sempat bimbang, kemudian mencoba belajar menjahit kepada ibunya yang saat itu memang sebagai penjahit. "Belajar menjahit dan praktik secara tekun hingga hampir 15 tahun," katanya.
Dari berbagai pengalaman menjahit, kerap menemui kain yang kadang tidak sesuai antara pola jahitan dengan motif batiknya. Hal itu membuatnya terinspirasi mencoba membatik.
Esti sempat meminta izin kepada istri Bupati Lamongan, Ibu Makhdumah Fadeli dan Wabup Lamongan, Kartika Hidayati agar diperkenankan membuat desain batik khas Lamongan. Izin turun, dia mendesain batik khas Lamongan, batik Bandeng Lele.
Buah tangannya, tanpa diduga telah dikenakan Gubernur Jatim, Soekarwo saat puncak peringatan Hari Koperasi, beberapa waktu yang lalu. Memang desain batik karya Esti, memiliki beberapa kekhasan jika dibandingkan dengan batik motif yang sama karya desainer lainnya.
Salah satunya, bentuk atau motif khas Lamongan berupa gambar ikan Bandeng dan ikan Lele dan bukan gambar abstrak tentang Bandeng Lele. "Yang paling khas adalah adanya motif seperti gambar 3D sehingga terlihat nyata," ungkapnya.
Motif Bandeng Lele identik Lamongan agar bisa naik kelas. Ciri lain yang melekat pada desain batik Esti adalah tidak adanya motif yang sama untuk dua batik atau lebih.Dalam mendesain batik, Esti dibantu suaminya, Nur Kholik.
Keduanya sengaja menciptakan konsep batik terbatas, yaitu desain batik sarimbit atau berpasangan. Tidak diproduksi secara massal. Jadi, dapat dimaklumi, karena karyanya eksklusif, batik karya Esti dibanderol paling mahal Rp 1,5 juta. "Semua tergantung motifnya, " kata Esti yang kini didampingi enam orang karyawan.
Batik karya Esti sudah banyak dipakai oleh sejumlah pejabat di daerah dan luar daerah. Para pelanggan Esti, biasanya adalah para pejabat yang dulu atau sekarang masih berada di Lamongan yang akhirnya memasarkan produk Esti dari mulut ke mulut. (hm)