Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Menyoal Science Fictian antara Amerika vs China

SEBAGAI penggemar science fiction, saya melalui masa-masa sekolah dengan science fiction terutama berasal dari pengarang Amerika. Misalnya, bisa dibilang saya sudah membaca seluruh novel Michael Chrichton, kecuali yang ditulis dengan nama lain.

Tentunya sebelumnya kenalan dengn tulisan-tulisan Isaac Asimov, lupa-lupa ingat sih, karena banyak sekali cerpen-cerpennya. Juga Andre Weil yang sekarang terkenal dgn The Martian. Sebenarnya ada bbrp fantasi yang bisa kita masukkan sbg kategori science fiction, seperti Alice's Adventure in the Wonderland.

Alasan kenapa Alice's in the Wonderland saya sebut scifi adalah, pengarangnya Lewis Carroll sebenarnya seorang berbakat dlm bidang matematika. Walaupun fiksi itu sepertinya fantasi, mengandung banyak sekali konsep-konsep matematik yang menarik.

Sudah beberapa waktu saya tahu di China muncul genre scifi yang mendapat tanggapan luas dari pembaca di sana. Tapi saya belum pernah mencoba membacanya sampai akhir-akhir ini. Novel scifi pengarang China yang pertama saya baca adalah Three Body Problem, dari Liu Cixin.

 LIU CIXIN, pemenang Hugo Award beberapa kali, dan penulis Three-Body Problem dan The Wandering Earth.
Kenapa saya tidak membaca scifi dari China lebih dulu? Jujur saja karena prejudice, yang juga banyak dianut oleh pembaca di luar China. Kita anggap China itu memang bagus dalam novel-novel sastra, atau novel sejarah, tetapi bukan science fiction.

Lama sekali sy anggap scifi China itu cuma copy idea saja. Three-Body Problem dan sekuelnya membuat pandangan saya berubah. Ternyata ide-ide dari China itu fresh, berbeda dengan yang dari Amerika, tetapi ga kalah menarik.

Nah, di sini saya akan share sedikit soal tanggapan saya tentang beda keduanya yang menurut persepsi saya saat ini. Pertama, scifi Amrik dekade2 terakhir ini lebih berbau komersial. Pengarangnya dengan pinter memainkan thriller dan alur cerita.

Pada dasarnya waktu mereka menulis, saya rasa mereka sudah memikirkan bahwa nanti akan dijadikan film. Coba baca novel-novel Chrichton, terlihat jelas plotnya itu untuk film.

CHEN QIUFAN, dia seorang manager di Baidu (Googlenya China), org tiochiu dr Shantou. Karya-karyanya banyak yang menyangkut masalah pikiran/psikiatry, banyak memberikan gambaran dystopia masyarakat masa depan.
Scifi China lebih pada ide yang mau disampaikan, bukan untuk film. terkadang malah thrillernya kurang. Karena itulah misalnya cerita The Wandering Earth yang sekarang jadi film terkenal itu, harus dirombak habis-habisan untuk dijadikan film, karena karangan awalnya tidak begitu cocok untuk film.

Scifi China juga terpengaruh style literature Chinese secara umum. Novel-novel Chinese tingkat kejujurannya tinggi, adegan-adegan dipaparkan apa adanya. Karena itu ada yang berpendapat bahwa literature Chinese itu dark. Sebenarnya bukan dark, ttpi penulisnya jujur apa adanya, tidak berpretensi.

Sedangkan scifi Amrik, sepert gaya Amrik itu memang lebih positif. Banyak happy ending, setidaknya ada ending yang menyelesaikan masalah. Novel China suka endingnya dibiarkan menggantung, dan banyak sekali yang endingnya tidak happy.

Scifi Amrik, sering ada seorang hero yang hebat, mengiring pembaca sampai ke klimaks, dan menyelesaikan masalah. Scifi China, tidak jelas siapa heronya, dan kalo ada, sering juga dibikin nasibnya apes.

XIA JIA, lulusan fisika atmosfir, tapi kemudian malah doktoral dalam bidang scifi. Berbeda dengan Liu Cixin yang menulis HARD Scifi (artinya penuh dengan konsep sains), Xia Jia lebih ke soft atau setengah hard. Saya masih perlu waktu untuk memahami apa sih yang dia mau sampaikan.

Misalnya, trilogi Three-Body Problem, ada beberapa tokoh, dan eh awalnya jadi hero, tapi ntar bisa jadi tokoh yang nyebelin. Seperti hero yang dipaksa jadi hero, lalu sebel kenapa dipaksa-paks bikin ulah sendiri.

Nah, ciri khas scifi China itu, sebagian ada yang habis dibaca, kita merasa seperti melihat lukisan surrealis, kayak lukisan Dali. Mrk bikin cerita laiknya membuat lukisan. Membaca Folding Beijing membuat saya membayangkan lukisan-lukisan surrealis. Penulisnya menceritakan kota yang bisa dilipat-lipat.

Membaca scifi Amrik efeknya adalah thrilling, mendebarkan jantung. Tetapi endingnya sering kita sudah bisa terka, idenya tidak banyak berkirsar apa yang sudah kita pikirkan, tentang gimana cara scie-tech memecahkan masalah.

Membaca scifi China, hasilnya sering tidak terduga. Misalnya The Wandering Earth, dari dulu juga scifi kalo mau kiamat di bumi, manusia cepat-cepat mengungsi dari bumi. Eh, yang versi China, buminya yang dibawa sekalian pergi. Ini tidak terduga oleh kita yang membaca.

Contoh lagi  With Her Eyes, ttg astronot wanita yang menitipkan "mata" ke seorang yang sedang ingin jalan-jalan. Kita menduga dia tugas di luar angkasa, lalu homesick, perlu jalan-jalan secara virtual. Pada akhirnya baru ketahuan dia bukan astronot, tetapi stratonaut, pesawatnya ke pusat bumi.

HAO JINGFANG, latar belakang juga dr fisika, Tsinghua Univ (ternyata banyak penulis scifi China dari universitas top seperti Beijing University, Tsinghua). Dia yang mengarang Folding Beijing, yang mendapat penghargaan Hugo Award.
Yang dimaksud pusat bumi bukan seperti cerita Jules Verne perjalanan ke pusat bumi, yang sebenarnya cuma masuk ke lubang gunung masih di kerak bumi, tetapi benar-benar si astronot terjebak di pusat bumi dikelilingi oleh logam cair besi campur nikel.

Bagi yang terbiasa dengan scifi Amrik yang mendebarkan, scifi China itu membawa alur lain, cara lain dalam bercerita. Cuma memang, scifi China ditulis untuk warga China, yang mengerti budaya China. Jadi banyak metafor yang harusnya dijelaskan dulu pada pembaca dari budaya lain yang belum mengerti.


Sesudah membaca rangkaian scifi China, menurut saya banyak ide baru yang belum pernah terpikirkan oleh penulis-penulis di luar China. Dan itu bagus sekali untuk dibuat jadi film.  Penulis China tidak lagi berkutat sekitar ide klise spt binatang raksasa di bawah bumi, kingkong, hiu raksasa.

Pokoknya kalo yang menulis scifi dengan ide klise seperti binatang raksasa, lebih baik jangan disentuh. Itu berarti penulis sudah mentok idenya. Scifi sehrsnya benar-benar revolusioner, menantang cara pikir umumnya, tapi tetap berbasis science, bukan sekadar fantasi.

Sumber : Daemoen (@Mentimoen), 8 Maret 2019.
Auto Europe Car Rental