Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Surat Terbuka Butet Kertaredjasa kepada Presiden Jokowi


HARI ini saya masih sedih. Hari Kamis lalu ketika mendengar isu panas politik Indonesia, diam2 saya menangis. Tapi, meskipun sedih, saya merasa masih punya harapan. Saya masih percaya ada mukjizat. Ada keajaiban. Semesta akan membimbing untuk menemukan yang terbaik untuk menyelamatkan Indonesia.

Sebagaimana "surat keprihatinan" yang diposting mas Goenawan Mohamad kemarin, suasana hati saya pun kira2 seperti itu. Saya sedih bukan tentang siapa capres yang terpilih kelak. Bukan itu.

Tapi, jika keputusan MK Senin ini menyebabkan mas Gibran berpasangan dengan Pak Prabowo, bagi saya ini awal datangnya bencana moral. Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa. Rakyat punya kecerdasan "membaca" yang tersembunyi di balik semua itu. Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai 'role model' pemimpin yang baik, akan rontok. Sejak 1998 kami berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dijadikan contoh, jadi role-model, jadi barometer, jadi tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. Sekarang kami sudah memiliki, yaitu njenengan. Tinggal setahun lagi njenengan bekerja seperti kemarin2, kebanggaan itu akan abadi.

Saya tidak ingin mendikte njenengan. Apalagi menggurui. Tidak. Saya percaya njenengan punya pemikiran dan instink yang tajam, yang pada akhirnya bisa memberikan yang terbaik, memenuhi harapan kami yang bekerja di ranah kebudayaan. Dari tempat kami bekerja, saya hanya bisa mengingatkan selagi kesempatan itu masih ada.

Saya tidak berpartai, tidak punya power apa pun, kecuali dengan ikhlas membantu njenengan (dari jauh) demi kebaikan bersama. Bantuan yang hari ini bisa saya berikan ya itu tadi: ngelingke. Mengingatkan. Eling sangkan paraning dumadi. Selalu waspada bahwa "melik kuwi nggendong lali".

Pak Jokowi, demikian surat-pribadi saya (yang baru pertama kali). Semoga njenengan dilimpahi kesehatan jiwa-raga, ketajaman pikir dan keluasan imajinasi tak bertepi. Moga-moga mukjizat itu benar-benar terjadi. Semesta akan membimbing. Nuwun. (*)