Beda Ritual Meninggal di Brazil dan Indonesia
MALAM ini, ketika ingin ke kamar mandi, tiba-tiba aku teringat ibu. Biasanya kalau aku ke kamar mandi malam hari, beliau terbangun dan minta diantarkan ke kamar mandi juga.
Tak terasa butiran air menetes di pelupuk mataku. Segera kuraih handphone dan menyibak postingan-postingan di Facebook, mengalihkan perhatian dan kegalauanku. Muncul sebuah foto profil milik seorang temanku, berkebangsaan Brazil.
Setelah aku love dan komen, dia membalas komenku dan mengirim pesan pribadi. Dia menanyakan kabar dan rencana pekerjaan baruku. Dua bulan yang lalu aku bercerita padanya jika aku sedang menyiapkan sebuah pekerjaan baru.
Kujawab jika pekerjaan itu belum berjalan dengan baik, karena bulan lalu aku sibuk merawat ibuku yang sakit dan sebentar lagi acara 40 hari wafatnya. Mungkin setelah itu baru bisa fokus lagi dengan pekerjaan baruku, lanjutku.
Obrolan kami pun berlanjut dengan diskusi tentang upacara kematian di negara kami masing-masing. Aku ceritakan bahwa sebagian Muslim di Indonesia memiliki tradisi upacara kematian mulai hari pertama hingga hari ketujuh, dilanjutkan hari ke-40,100, setahun, dua tahun, dan 1000 harinya.
Dia menceritakan di negaranya upacara kematian hanya sampai hari ke-3 dan dilanjut pada hari ke-7. Upacara kematian di sana berupa doa bersama di gereja (dia Kristen). Sama seperti di tempatku, upacara berupa doa bersama, tetapi dilakukan di rumah. Biasanya keluarga juga berdoa di makam.
Sedangkan di Brazil, berdoa di makam dilakukan setahun sekali pada tanggal 2 November. Ini dilakukan oleh pemeluk agama Kristen maupun Katholik. Tetapi pada dasarnya kapanpun keluarga ingin memgunjungi makam diperbolehkan.
Dia menceritakan bahwa di negaranya ada tradisi Mausoleum, yaitu semacam rumah kecil untuk keluarga, untuk menyimpan jenazah. Ini adanya hanya di kota kelahirannya, sedangkan di kota lain tidak ada (dulu dia pernah cerita tentang kota kelahirannya, tapi saya lupa nama kotanya). Ayahnya ditempatkan di Mausoleum ini.
Ini tautan tentang seperti apa bentuk mausoleum: https://includeart.com.br/2016/06/05/ensaio-fotografico-autoral-com-mobile-retratando-o-nordeste-gaucho/#jp-carousel-261.
Aku ceritakan bahwa sebagian daerah dan agama di Indonesia juga memiliki tradisi semacam itu, hanya mungkin namanya berbeda. Aku contohkan tradisi di Tanah Toraja dan aku kirimkan link-nya (aku ambil link secara acak) http://www.klikhotel.com/blog/tana-toraja-pesta-kematian-dan-wisata-kubur-batu/.
Dia takjub, karena bangunan Kuburan Batu di Tanah Toraja sangat besar. Obrolan yang mengasikkan ini berakhir dengan aku benar-benar kebelet buang air kecil, dan harus segera "setor" 😄. Jadi teringat kalau sebenarnya tadi mau ke kamar mandi. Tuhan Maha Asik selalu punya cara untuk menghiburku. Thank You 😘💕.
Note : meskipun dia second language-nya Bahasa Inggris, namun kami ngobrol dengan bahasa seadanya, salah grammar buat kami gak masalah. (Elde Frida)