Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Riset Ungkap 62% Lansia Bisa Identifikasi Hoaks saat Pemilu 2024


LANSIA merupakan salah satu kelompok rentan terpapar hoaks di era digital, terlebih di saat Pemilu. Seringkali lansia dianggap rendah literasi digital, namun riset tahun ini dari Tular Nalar ini menunjukkan sebaliknya dengan temuan baru.

Hoaks paling sering ditemukan adalah mendiskreditkan lawan politik, klaim pencapaian, janji politik yang tidak realistis dan misinformasi mengenai hasil Pemilu. Meski demikian, lansia tidak tinggal diam.

Sebanyak 91% berinisiatif membandingkan informasi dari beberapa sumber, 84% mencari rujukan untuk verifikasi, 79% memperingatkan orang lain, dan 57% melaporkan hoaks yang mereka temui. Mereka sering mengandalkan Google sebagai platform untuk menemukan data pendukung dan bukti kebenaran informasi.

Selain itu, sebanyak 81% responden menganggap televisi sebagai sumber informasi Pemilu kredibel, sementara 79% mempercayai situs berita.

Dari sisi identifikasi hoaks, meskipun responden belum pernah mendapatkan pelatihan tentang hoaks, 62% mengaku menemukan hoaks terkait Pemilu dan mampu meresponnya sedangkan 25% kesulitan dalam mengidentifikasi hoaks, bahkan 17% tidak yakin apakah mereka pernah menemukannya.

Lansia perempuan (79%) lebih percaya diri dalam mengenali serta menangani hoaks dibandingkan lansia laki-laki (56%).

Isya Hanum, Government Affairs & Public Policy Manager, Google Indonesia, mengungkapkan, Google aktif memastikan platformnya tidak digunakan untuk menyebarkan misinformasi, serta membantu pemilih membuat keputusan tepat berdasarkan informasi yang benar.

Tahun 2023, Google.org, organisasi filantropi Google, memberikan $2,5 juta kepada MAFINDO untuk memperluas program Tular Nalar meningkatkan literasi digital dan kemampuan berpikir kritis di kalangan pemuda, lansia, dan pendidik Indonesia.

"Melalui penelitian ini, kami berharap dapat membuat lansia menjadi pengguna internet yang lebih cerdas dan teliti," katanya.

Program Tular Nalar menargetkan mengedukasi 1,6 juta masyarakat lewat 500 pelatihan Akademi Digital Lansia dan Sekolah Kebangsaan di 38 provinsi.

Pada dasarnya, lansia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tetapi kurang kesadaran untuk berhati-hati terhadap hal buruk yang bisa terjadi.

"Peserta lansia yang telah mengikuti rangkaian kegiatan kami mengungkap bahwa edukasi literasi digital sangat bermanfaat dalam mengenali ciri-ciri dan memperluas wawasan agar terhindar dari hoaks atau bahkan penipuan di platform digital,” ujar Santi Indra Astuti, Program Manager Tular Nalar.

Untuk ke depannya, ingin ada penelitian ini menjadi referensi bagi pembuat kebijakan dan masyarakat luas untuk menciptakan pemilihan umum yang lebih adil, berkualitas dan inklusif di Indonesia.

Penelitian Formatif Pemilih Lansia ini dilakukan oleh tim Love Frankie dan didukung oleh Google.org. Responden terdiri dari 361 pemilih lansia berusia 50-70 tahun dari berbagai wilayah serta beberapa kota di bagian tengah dan timur Indonesia awal tahun 2024. (*)