Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ini Lho Prinsip Dasar dalam Wawancara Jurnalistik


CERITA (berita, story news) yang baik berasal dari sebuah penggalian informasi yang terampil. Jadi, ketika kamu melakukan interview (wawancara), sebaiknya benar-benar fokus, dan memperhatikan jawaban si narasumber (sumber berita).

Banyak lho, jurnalis masa kini yang tidak fokus dengan pernyataan si narasumber atau sumber berita. Pertama, mungkin karena terlalu sibuk mencatat. Kedua, mungkin merasa tidak perlu karena sudah ada alat perekam di ponsel (voice recorder).

Gaes, kamu itu jurnalis, bukan pendengar orang curhat, apalagi sekadar tukang catat. Kegiatan jurnalistik (dalam hal ini reportase) penggalian informasi membutuhkan KECERDASAN-mu.

Wawancara BERKUALITAS itu bila kamu (sebagai jurnalis) mampu menemukan benang merah dari uraian panjang lebar seorang narasumber. Ciri lainnya, wawancara sendiri interaktif. Ada tanya jawab yang mengasyikan antara jurnalis dengan narasumber.

Jadi, bukan wawancara ala 'Joko Sembung Bawa Golok' ya.

Ada yang membagi wawancara dalam sejumlah hal. Pertama, dari sifat wawancara. Kedua, dari cara wawancaranya. Ketiga, dilihat dari tekniknya. Bahkan, ada yang menyebutnya, dilihat dari tujuannya.

Tapi, pada prinsipnya, wawancara secara jurnalistik adalah tanya jawab antara jurnalis dengan narasumber (sumber berita untuk menggali atau mengumpulkan informasi, keterangan, fakta, atau data sebuah peristiwa atau masalah.

Ketika seorang dalam kapasitasnya sebagai seorang jurnalis bertanya, maka otomatis orang atau siapa saja yang ditanya, sudah pasti tahu, kalau informasi yang diberikan itu, akan disebarluaskan agar diketahui orang banyak.

Cara Wawancara dalam Jurnalistik
1. Wawancara langsung : tatap muka (face to face) langsung dengan narasumber.
2. Wawancara tidak langsung : melalui telefon, chating, dan email (wawancara tertulis).

Sifat Wawancara dalam Jurnalistik
1. Insidental : ketika melihat seorang narasumber pada suatu kesempatan dan tanpa adanya rencana. Wawancara seperti ini dilakukan biasanya berhubungan dengan sebuah peristiwa penting yang harus dicari penegasan atau konfirmasi atas sebuah peristiwa.
2. Terencana : dilakukan dengan banyak persiapan. Umumnya didahului dengan adanya kesepakatan waktu dan tempat dengan narasumber.

Jenis Wawancara dalam Jurnalistik
1. Wawancara berita (news-peg interview), yaitu wawancara untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan interviewee tentang suatu masalah atau peristiwa.

2. Wawancara pribadi (personal interview), yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran narasumber. Dikenal pula sebagai wawancara biografi.

3. Wawancara eksklusif (exclusive interview), yaitu wawancara yang dilakukan secara khusus, tidak bersama perwakilan media media lain.

4. Wawancara sambil lalu (casual interview), yaitu wawancara “secara kebetulan”, tidak ada perjanjian dulu dengan narasumber, misalnya mewawacarai seorang pejabat sebelum, setelah, atau di tengah berlangsungnya sebuah acara.

5. Wawancara jalanan (man-in-the street interview), atau disebut pula “wawancara on the spot”, yaitu wawancara di tempat kejadian dengan berbagai narasumber, misalnya di lokasi kebakaran.

6. Wawancara “cegat pintu” (door stop interview), yaitu wawancara dengan cara “mencegat” narasumber di sebuah tempat.

Teknik Wawancara dalam Jurnalistik
Wawancara adalah skill atau kemampuan unik. Tidak ada standar yang sama. Setiap orang punya gaya wawancara tersendiri. Gaya wawancara Desy Anwar (CNN dulu RCTI), berbeda dengan Najwa Shihab (Narasi TV) atau dengan Andi F Noya (Kick Andy).

Kamu juga pasti punya gaya sendiri, jadi tidak perlu takut salah. Tinggal kamu punya kecenderungan seperti apa, maka kembangkan gaya positifmu itu secara lebih maksimal. Yang penting, mampu membangun interaksi dan tujuan wawancara itu tercapai.

Persiapan Wawancara Jurnalistik
1. Menentukan fokus wawancara
2. Menyiapkan daftar pertanyaan sebagai panduan
3. Memilih dan menentukan narasumber
4. Menghubungi narasumber dan membuat janji temu

Rambu-rambu Wawancara Jurnalistik
1. Datang tepat waktu jika sudah janjian
2. Tampil sopan, rapi, atau sesuaikan dengan suasana
3. Kenalkan diri (ID/Press Card)
4. Sampaikan maksud wawancara dan tujuannya
5. Awali dengan menanyakan biodata narasumber, terutama nama (nama lengkap dan nama panggilan jika ada). Bila perlu, minta narasumber menuliskan namanya sendiri agar tidak terjadi kesalahan.

6. Pertanyaan tidak bersifat “interogatif “ atau terkesan memojokkan.
7. Catat! Jangan terlalu mengandalkan recorder
8. Ajukan pertanyaan secara ringkas
9. Hindari pertanyaan “yes-no question”, pertanyaan yang hanya butuh jawaban “ya” dan “tidak”.

10. Gunakan “mengapa” (why), bukan “apakah” (do you/are you) Jawaban atas pertanyaan “Mengapa anda mundur?” tentu akan lebih panjang ketimbang pertanyaan “Apakah Anda mundur?”
11. Hindari pertanyaan ganda! Satu pertanyaan buat satu masalah.
12. Jadilah pendengar yang baik. Tugas jurnalis menggali informasi, bukan “menggurui” narasumber, merasa lebih pintar dari narasumber.

Setelah Wawancara (secara Jurnalistik)
Menuliskan lebih dulu draf atau transkrip wawancara sehingga lebih awal (dini) dalam mendapatkan informasi 'benang merah'-nya.

Jangan menunda nanti lupa segalanya. Sebuah transkrip wawancara membantu melakukan review terhadap hasil wawancara dan mempermudah menemukan informasi penting dan baru dari wawancara itu. (*)

Auto Europe Car Rental