Ini Jenis-jenis Berita dan Asal Muasalnya
BERITA keras (hard news/straight news) adalah berita hari ini. Itulah yang Anda lihat di halaman depan surat kabar atau di bagian atas sebuah situs berita, atau kalau di media broadcast, akan muncul dalam sebuah siaran berita 'breaking news'. Misalnya, perang, politik, bisnis, kriminal sering menjadi topik berita keras.
Pengumuman pengurangan subsidi BBM atau kenaikan BBM di sebuah negara, dapat saja memicu kemarangan sebagian warganya. Pemogokan pengemudi bus kota yang menyebabkan ribuan penumpang terlantar, adalah sebuah berita keras. Waktu kejadiannya tepat, kontroversial dan membawa dampak luas.
Warga membutuhkan informasi itu karena berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka. Sebaliknya, atlet berprestasi yang dibesarkan di sebuah panti asuhan, cocok sebagai berita lunak (soft news atau feature). Ini kisah kemanusiaan yang melibatkan orang terkenal dan tidak lazim.
Tapi tidak ada alasan mendesak untuk menerbitkan atau menyiarkan berita itu pada hari tertentu. Menurut definisi, berita itu merupakan berita feature. Padalah, banyak media cetak (surat kabar) dan situs berita menyediakan space atau ruang untuk kisah-kisah seperti itu.
Surat kabar tertentu, mungkin, punya seksi mingguan, untuk jenis feature tentang makanan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Topik, bukanlah satu-satunya yang membedakan antara berita keras dan lunak, sehingga kemasan atau cara menuliskannya berbeda.
Berita keras biasanya ditulis agar pembaca mendapatkan informasi terpenting sesegera mungkin. Penulis feature seringkali memulai dengan sebuah anekdot atau contoh, yang dirancang untuk menarik minat pembaca. Kisahnya mungkin lebih panjang supaya sampai ke puncak topik utamanya.
Beberapa berita mencampurkan kedua pendekatan ini. Berita yang tidak begitu peka waktu tapi fokus pada isu-isu penting sering disebut 'feature berita'. Kisah tentang perjuangan warga mengatasi Covid-19, misalnya, adalah feature berita tapi kisah tentang pengobatan alternatif baru bagi pasien Covid-19, akan menjadi berita keras.
Feature berita merupakan cara yang efektif untuk menjelajahi tren atau masalah sosial yang rumit, dengan menceritakan kisah pribadi mengenai orang-orang yang mengalami hal-hal itu.
Pertanyaan berikutnya yang berkaitan dengan itu: lantas, dari mana berita berasal? Asal muasal berita, wartawan menemukan di semua jenis tempat, tapi kebanyakan berita berasal dari salah satu ketiga hal mendasar di bawah ini.
1. Kejadian yang berlangsung alamiah seperti bencana alam dan kecelakaan
2. Kegiatan terencana seperti rapat dan konferensi pers
3. Upaya atau inisiatif dari si wartawan sendiri
Kejadian tidak terencana sering menjadi berita utama: kapal tenggelam, pesawat jatuh, tsunami, atau tanah longsor, sangat layak berita, bukan hanya pada saat kejadian, tapi sering berhari atau berminggu-minggu sesudahnya.
Luasnya liputan tergantng pada kedekatan dengan lokasi kejadian dan pada orang yang terlibat. Sebuah kecelakaan mobil yang fatal di Paris, mungkin tidak menjadi berita besar sampai kapanpun. Tapi, kecelakaan mobil tahun 1979 menjadi heboh di seluruh dunia, karena penumpang di mobil itu: Putri Diana.
Warga yang menyaksikan bencana alam sering menghubungi organisasi berita atau kantor redaksi media. Wartawan juga mengetahui kejadian dari para penanggap pertama: polisi, pemadam kebakaran, dan petugas penyelamat (Tim Resceu, SAR, Barnas dan sebagainya).
Di beberapa negara, organisasi berita bisa memantau komunikasi darurat antara para penanggap pertama dan mengirim wartawannya ke lokasi secepat mungkin, sehingga bisa menyaksikan kejadian itu secara langsung.
Di banyak ruang redaksi, sumber berita yang paling jelas adalah jadwal acara sehari-hari, yang mencakup rapat pemerintah, pembukaan bisnis, atau acara komunitas. Daftar kegiatan yang sering disebut 'buku harian' itu, tidak secara otomatis layak berita.
Tapi bisa menjadi titik awal yang bagi wartawan yang mencari berita. Wartawan yang secara teratur meliput jenis-jenis atau lembaga khusus, yang juga disebut wartawan 'beat' (ngepos di tempat tertentu), mengatakan, sering mendapatkan ide berita dari agenda rapat yang akan datang.
Siaran pers juga bisa menjadi sumber berita, tapi lagi-lagi, hanya menjadi titik awal saja. Puluhan siaran pers berdatangan ke ruang redaksi atau masuk email kantor redaksi, faksimili, surat, atau video lewat satelit.
Pejabat dan instansi pemerintah banyak mengeluarkan siaran pers, tapi organisasi besar seperti perusahaan swasta dan kelompok nirlaba mengeluarkan siaran pers agar pihak media mengetahui kegiatan mereka.
Sebuah siaran pers mungkin mirip dengan berita tapi karena dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga dengan kepentingan khusus pada subjeknya, maka siaran persnya cenderung tidak menceritakan kisah yang lengkap.
Siaran pers secara fakta mungkin benar, tapi biasanya hanya berisi fakta yang menampilkan citra positif orang-orang atau organisasi yang disebutkan di dalam siaran pers.
Kalaupun sebuah siaran pers tampak layak berita, wartawan profesional harus memastikan keotentikannya, kemudian baru mulai mengajukan pertanyaan untuk menentukan berita yang sesungguhnya sebelum memutuskan, apakah layak dilaporkan atau diterbitkan.
Kejadian-kejadian terencana seperti demonstrasi mahasiswa, memang bisa menghasilkan berita, tapi wartawan harus waspada agar tidak dimanipulasi oleh para penggeraknya (bohir), yang ingin menceritakan berita itu, dari sisi mereka saja.
Politikus sudah makin lihai dalam merekayasa peristiwa atau 'kesempatan foto', atau 'kesempatan pidato usai diperiksa KPK' untuk menarik liputan. Bahkan, ketika mereka tidak punya nilai berita sama sekali. Itu tidak berarti, wartawan harus mengabaikan peristiwa demikian. Mereka hanya perlu melakukan liputan tambahan guna mendapatkan kisah yang lengkap.
Kebanyakan wartawan mengatakan, cerita terbaik mereka berasal dari upaya mereka sendiri. Kadang, saran tentang berita datang dari orang asing, yang mungkin berkunjung, menelepon, atau mengirim email ke ruang redaksi, dengan membawa keluhan atau keprihatinan.
Beberapa organisasi berita secara aktif mencari ide dari warga yang mereka layani dengan meninggalkan nomor telepon atau alamat email untuk menampung saran. Wartawan banyak menghabiskan waktu membina hubungan dengan orang-orang yang bisa memberi mereka informasi.
Wartawan sering menemukan berita hanya dengan berkeliling atau mendengarkan pembicaraan oran. Apa yang Anda dengar tentang laga Persebaya kontra PSIS, atau saat antre di bank, bisa menjadi berita. Tanyalah orang-orang yang Anda jumpai saat liputran, tentang kehidupan mereka dan tetangga mereka, mungkin Anda akan menemukan jalur menuju sebuah berita yang tidak ditemukan orang lain.
Cara lain untuk menemukan berita adalah dengan bertanya apa yang sudah terjadi sejak sebuah berita terakhir kali dimuat di koran atau ditayangkan di situs berita, radio atau televisi. Sebuah laporan lanjutan sering menuntun ke perkembangan mengejutkan, dan lebih layak ketimbang berita pertamanya.
Misalnya, sebuah kisah tentang kebakaran satu hari setelah kejadian, bisa menunjukkan berapa jumlah orang yang tewasdan besarnya kerugian harta benda. Laporan lanjutan beberapa minggu kemudian, mungkin menemukan adanya kegagalan dalam sistem komunikasi radio. Kegagalan itu membuat para petugas pemadam kebakaran tidak mampu merespons dengan cepat untuk menyelamatkan jiwa warga.
Dokumen, data dan arsip publik dapat menuntun ke berita besar. Wartawan bisa melihat tren atau menemukan penyimpangan. Misalnya, kelebihan bayar dalam proyek tertentu di pemda. Tugas seperti ini memerlukan lebih banyak upaya tapi hasilnya hampir selalu sepadan dengan jerih payahnya.
Jauh lebih mudah jika data tersedia secara elektronik. Wartawan tinggal memasukkan ke komputer dan mencari informasi yang paling penting dari sekumpulan data statistik. Misalnya, daftar orang yang mendapat hibah anggaran pemda: istri sendiri, ormas, komunitas fiktif, dan lainnya.
Contoh lain, penerima tiket tilang, berdasarkan nama dan dan bukan tanggal kejadian. Begitulah cara wartawati televisi, Nancy Amons mengetahui, seorang pengemudi di kotanya sudah berhasil mengumpulkan selusin tilang dalam tiga tahun terakhir.
Pengemudi itu bahkan menyebabkan tewasnya seorang pengemudi lain tanpa pernah kehilangan SIM-nya. (Kalau di negeri ini, kan, menabrak orang sampai tewas, tetap bisa punya SIM). Ketika Nancy melakukan penyelidikan, para pejabat kota mengaku, mereka bekerja kurang baik. (*)