Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Etika Jurnalis saat Menyajikan Berita secara Jurnalistik


JURNALIS punya cara tersendiri dalam menyajikan sebuah berita agar tetap mengikuti kaidah atau pakem jurnalistik ketika teknologi baru memungkinkan siapa saja yang punya komputer dapat menyebarkan informasi sama luasnya dengan organisasi berita yang besar.

Sebuah situs internet yang dirancang dengan baik, meski punya penulis terbaik dan sering update, situs itu tidak selalu merupakan sumber berita yang dapat diandalkan. Saat informasi sekarang bukan komoditas langka, peran jurnalis semakin penting, tidak seperti sebelumnya.

Tidak seperti penyebar propaganda atau gosip, jurnalis memilah-memilah informasi yang ada, dan menentukan seberapa banyak informasi berharga dan dapat diandalkan, sebelum menyampaikan kepada publik. Inilah cara etis jurnalis menyajikan berita secara jurnalistik.

Berita, entah keras atau feature, harus akurat. Jurnali, atau wartawan, atau reporter, bukan saja mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan untuk menyampaikan berita. Mereka harus memverifikasi informasi itu sebelum menggunakannya.

Jurnalis sebisa mungkin mengandalkan observasi dari tangan pertama dan banyak sumber lain guna memastikan, informasi yang diperoleh, dapat diandalkan.

Berbeda dengan ketika dalam kasus langka, jurnalis menyebut jatidiri sumber informasi. Tujuannya, agar khalayak dapat mengevaluasi kredibilitas informasinya.

Tapi, jurnalisme lebih dari sekadar penyebaran informasi berdasarkan fakta. Memang, propaganda juga dapat berbasis fakta, tapi tetap beda. Kenapa? Dalam propaganda, fakta-fakta itu disajikan sedemikian rupa untuk memengaruhi pendapat orang.

Para pejabat hubungan masyarkat menggunakan fakta, tapi mereka mungkin, hanya menceritakan satu sisi saja dari berita itu. Sebaliknya, jurnalis berusaha bersikap adil dan tuntas.

Jurnalis berusaha menceritakan kisah yang akurat dan otentik, sebuah berita yang menggambarkan realitas dan bukan persepsi mereka sendiri, atau persepsi orang lain tentang hal itu.

Perbedaan lain, antara jurnalisme dan bentuk informasi lain, adalah, jurnalis berupaya bebas dari pengaruh orang yang mereka liput.

Seorang profesional hubungan masyarakat yang dipekerjakan oleh sebuah organisasi, dan menulis tentang organisasi itu, cenderung tidak akan memasukkan informasi yang mungkin menyebabkan tampak buruk.

Nah, jurnalis berbeda 180 derajat. Mereka berusaha menyediakan gambaran yang lengkap, meski tidak sepenuhnya positif. Jurnalis tidak hanya sebagai pengantar informasi bagi sudut pandang mereka sendiri, atau yang disediakan oleh orang lain.

Jurnalis benar-benar melakukan pelaporan (reporting/reportase) sendiri. Mereka tidak mencampuradukkan fakta dengan opini atau desas-desus. Mereka membuat keputusan redaksional yang baik.

Kenapa? Tanggung jawab utama jurnalisme, seperti kata Bill Keller (redaktur pelaksana New York Times): menerapkan penilaian atas informasi.

Tidak seperti pemasok informasi, jurnalis memberikan kesetiaan utama mereka kepada masyarakat (pembaca, penonton, pendengar). Sebagaimana dinyatakan dalam kode etika Montreal Gazette di Kanada.

'Aset terbesar surat kabar adalah integritas. Penghormatan pada integritas ini diraih dengan susah payah dan mudah lepas". Untuk menjaga integritas ini, jurnalis bekerja keras menghindari konflik kepentingan, yang nyata maupun yang dirasakan. (*)

Auto Europe Car Rental