Cara Menulis Sebuah Lead dalam Berita
SEKALI reporter memilih lead dalam beritanya dan memilih pendekatan dasarnya, ia menghadapi problem memilih kombinasi kata-kata. Bagaimanapun imajinatif dan menariknya gagasannya untuk satu lead yang bagus, ia masih bisa tergelincir dalam merenggut perhatian pembaca, bila kombinasi kata-katanya payah.
Misalnya:
Setiap pagi, sekitar pukul 07.30, ketika matahari masih bersinar merah di Percut, sebuah kota pantai 22 kilometer dari Medan, Hotman Sinaga, 32 tahun, memulai pekerjaannya sebagai penyadap tuak. Ia kayuh sepedanya menuju kebun kelapa.... (TEMPO, 11 Juni 1994, “Ketika Minuman Keras Melekat Bersama Tradisi”).
Lead itu terlalu panjang, tapi untunglah, susunan kata-katanya bagus. Ide yang sama bisa ditulis lebih jelek oleh reporter yang kurang mampu:
Pagi-pagi, lebih kurang pukul 07.30. pagi, ketika matahari terlihat bersinar merah di Percut, yakni sebuah kota pantai yang terletak lebih kurang 22 kilometer dari Medan, seorang penyadap tuak bernama Hotman Sinaga, 32 tahun, mulai bekerja sebagai penyadap tuak.
Bandingkanlah kedua lead itu. Idenya sama. Hal yang dibicarakan juga sama. Tapi yang pertama lebih efektif dan ringkas, sedangkan pada yang kedua, banyak kata bisa dihilangkan tanpa mengubah gambaran yang ingin disampaikan.
Bila Anda menganalisa berbagai lead itu, pedoman berikut untuk penulisan lead akan menjadi jelas.
1. Tulislah secara Ringkas
Jangan mengobral kata-kata. Lead kedua dalam contoh cerita di atas, satu setengah kali panjangnya daripada yang pertama. Toh, lead kedua itu tidak memberikan informasi yang lebih banyak. Mengobral kata yang tidak perlu mengurangi keefektifan lead. Ibaratnya: kaldu yang kental bisa menjadi sup yang hambar bila terlalu banyak air.
2. Tulislah Alinea secara Ringkas
Kebanyakan penulis profesional berpedoman begini: Jangan lebih dari 4 (empat) baris (bukan kalimat) untuk sebuah lead. Alinea yang ringkas akan dengan sendirinya lebih mudah mengundang. Bila ditambah pemilihan kata dengan baik, akan lebih mudah dibaca.
3. Gunakan Kata-kata Aktif
Lead harus punya nyawa dan tenaga. Pembaca harus merasakan suatu gerakan ketika ia membaca. Penulis berita atau feature, menaruh perhatian istimewa kepada kata kerja, terutama yang ringkas dan hidup. Kata kerja adalah busi. Ia memberikan kekuatan sehingga lead Anda “bergerak”.
Hindari, sedapat mungkin, penggunaan terlalu banyak kata bentukan, terutama kata yang mengandung lebih dari lima suku kata. Berusahalah lebih banyak menggunakan kata dasar. “Kesuksesan”, misalnya, adalah “kata bentukan” yang salah kaprah.
Perhatikan kalimat ini: “Kunci kesuksesan pengusaha Mutiara Galingging adalah kerja keras dan tepat janji.”
Kalimat itu bisa dibuat seperti ini: “Kunci sukses pengusaha Mutiara Galingging...” dstnya.
Maknanya persis sama. Kata sifat bisa memberikan saham untuk mempercantik. Mempertegas kata sifat (Misalnya “ramping”, “ringsek”, “montok”, “mengkilat”) menambah vitalitas suatu kalimat.
4. Gaetlah Pembaca pada Beberapa Kata Pertama
Dalam contoh sebelumnya, reporter membuka ceritanya dengan lead yang fokusnya menajam: “Mata yang dingin...”. Perhatian pembaca segera ditarik. Ia mungkin akan membaca terus... terus, sampai ia masuk jauh ke dalam cerita.
Banyak ahli komunikasi yang mengatakan, bila Anda gagal menggaet pembaca pada kalimat pertama, Anda akan kehilangan pembaca itu. Ada beberapa contoh umum bagaimana kata-kata pertama gagal menggaet pembaca.
Misalnya ini:
“Beberapa minggu yang lalu .....” “Dalam rangka...”
Kata-kata itu memaksa pembaca untuk bersusah-payah sebelum mengetahui apa yang akan dikemukakan penulis. Bila saja topiknya tidak begitu mengundang keingintahuan pembaca, ia dengan sendirinya akan pindah ke cerita lain.
Atau kalimat pertama seperti ini:
“Seperti telah diketahui...”
“Sebagaimana lazimnya...”
“Seperti terjadi setiap hari...”
Kalimat-kalimat itu langsung memberi kesan kepada pembaca, Anda sama sekali tidak menyuguhkan cerita baru. Kalau begitu, buat apa dibaca?
Reporter harus bisa menarik pembaca dengan modal lead-nya. Meski ceritanya sendiri hebat, hanya sedikit pembaca yang mau mengarungi lead yang tidak menarik, yang membosankan, untuk masuk ke dalam cerita hasil kerja keras Anda.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Institut Tempo, 2007.