Cara Mencari Angle untuk Penulisan Feature
HARI itu sedang kering berita. Redaktur kota dengan muram melihat daftar cerita untuk edisinya. Ternyata, masih ada kekurangan naskah. Ia mendatangi seorang reporter muda yang menarik perhatiannya.
“Anda punya waktu 90 menit sampai deadline nanti,” kata redaktur kepada reporter yang sial itu. “Pergi dan carilah feature untuk halaman depan, yang baik dan enteng.”
Reporter itu segera menggapai notesnya dan bergegas meninggalkan kantor. Hanya dalam lima menit, ia menemukan ide feature: dua lelaki sedang membersihkan jendela di gedung berlantai 21.
Ia menelepon kantor, dan meminta kedatangan seorang fotografer, lalu naik ke lantai 21 dan mewa wancarai kedua pembersih jendela itu.
Segi (angle) yang menarik dari cerita itu: Bagaimana rasanya bekerja bergantungan di gedung pencakar langit?
Dengan sedikit imajinasi, memang tidak terlalu sulit mencari berita feature. Bukalah mata ke berbagai hal menarik di sekitar Anda, dan Anda makin banyak menemukan bahan tulisan yang tidak ada habisnya.
Keuntungan besar bagi seorang reporter adalah bahwa ia “berhak” mengetahui berbagai hal yang selama ini ia ingin mengetahuinya. Kebanyakan reporter mula-mula malu, sebelum memegang notes.
Dengan buku catatan itu, reporter yang mula-mula pendiam bisa berani dan memuaskan rasa ingin tahunya. Peranan rasa ingin tahu untuk pembuatan feature yang baik sudah jelas.
Walau hanya secuil, rasa ingin tahu bisa menghasilkan feature yang bagus. Apalagi bila menyangkut manusia. Ada yang mengatakan bahwa orang selalu tertarik pada orang.
A. Cara Memilih Segi (Angle) yang Tepat
Setelah Anda menggenggam ide feature, tugas Anda berikutnya adalah menentukan dari segi atau sudut mana yang paling efektif untuk melakukan penulisan. Pendekatan ini disebut story angle (segi cerita).
Mungkin editor menugasi kita menyiapkan tulisan feature mengenai pekan raya. Setelah beberapa menit hadir di pekan raya, seorang reporter sadar bahwa tidak mungkin menulis begitu banyak kejadian, sehingga ia harus menemukan sudut atau segi, story angle, yang paling tajam untuk menangkap perasaan dan suasana menyeluruh tentang peristiwa itu.
Si reporter harus mengambil jalan tengah: satu segi yang terlalu luas tidak mungkin ditulis dengan baik. Tapi satu segi yang terlalu sempit bisa menyebabkan bahan yang menarik tidak tertampung.
Dalam meliput pekan raya itu, si reporter menguji beberapa kemungkinan angle untuk dipilih:
1. Kegiatan dan situasi apa saja yang ada: Apa saja yang bisa Anda pikirkan, buatlah daftar.
2. Dari kegiatan itu, mana yang paling menarik? Secara otomatis Anda akan memperpendek daftar Anda hingga mungkin sampai enam item saja.
3. Adakah “benang” yang sama yang menghubungkan kebanyakan atau semua kegiatan pokok itu? Apakah “benang” ini bisa menjadi sudut cerita Anda, hingga Anda bisa menyentuh setiap kegiatan penting?
Untuk jelasnya, kita lihat proses di bawah ini:
Anda reporter yang ditugasi menulis tentang pekan raya. Tiba di tempat keramaian itu, Anda segera mengumpulkan daftar kegiatan dari jadwal acara panitia maupun dari hasil pengamatan Anda sendiri.
a. Pada hari pembukaan terdapat beberapa kegiatan sejak 10.00 sampai 23.30. Kegiatan itu berupa pengguntingan pita, panjat pinang, pesta, perlombaan memanggang roti, kontes pertanian, akrobat, kontes ternak, perlombaan kerajinan, musik, sirkus, pacuan kuda, sirkus kedua, lawak, demonstrasi mobil maut, dan penutupan.
b. Pada 10.30, Anda mulai mendapatkan suatu “sentuhan” tentang persoalan paling menarik yang tidak terdaftar dalam acara: orang banyak yang datang sebagai pengunjung. Mereka mengerumuni segala tempat segera setelah pita pembukaan digunting.
Suatu kerumunan orang sebenarnya punya kepribadian, dan Anda lihat kelompok itu punya kepribadian yang riang dan kekanak-kanakan karena begitu banyaknya anak-anak yang ikut orangtua mereka. Mereka mengerumuni tempat-tempat mengadu untung dan keterampilan. Ada yang dengan lahap menikmati berbagai makanan di kedai-kedai.
Tiba-tiba, angle cerita Anda mulai menemukan bentuknya. Setiap kejadian dimaksudkan untuk menampung penonton, menarik mereka. Dengan berpegangan pada hal ini, Anda mempertimbangkan langkah berikutnya:
Bagaimana saya akan memakai orang-orang ini sebagai “benang cerita”, bila mereka terdiri atas berbagai macam orang dan berbagai tanggapan?
Nah, itu dia! Setelah menemukan hal ini, Anda harus mencari seseorang yang punya pandangan yang sangat menarik, dan tunjukkanlah kegiatan-kegiatan pokok melalu mata orang itu. Melihat daftar acaranya, Anda memilih beberapa acara:
- Upacara pembukaan (mengambil sambutan pejabat)
- Panjat pinang
- Akrobat
- Perlombaan kerajinan
- Sirkus
- Demonstrasi mobil maut
Anda juga merencanakan mengunjungi sebanyak mungkin pameran untuk menambah suasana pada cerita Anda. Anda melihat sekelompok anak, bersama orangtua mereka. Anda lalu mengajukan pertanyaan kunci:
“Maaf, saya wartawan Tempo. Apakah putra Anda baru pertama kali ini menonton?”
Setelah enam kali selalu dijawab, “Bukan,” Anda menemukan anak ketujuh yang baru pertama kali melihat pekan raya. Dan kedua orangtua anak itu mengizinkan Anda mengikutinya.
Anda telah menemukan angle: pandangan anak yang baru pertama kali menonton pekan raya.
B. Menggaet Pembaca
Setelah menguntit anak itu di semua tempat di pekan raya, Anda kembali ke kantor dan menulis laporan. Anda tahu bahwa kata-kata pertama Anda akan menggaet pembaca atau kalau gagal, akan tidak menyentuh mereka.
C. Menarik Pembaca untuk Terus Membaca
Setelah menemukan lead yang kuat, Anda harus cermat mempertahankan agar minat mereka tetap tinggi. Tidaklah terlalu sulit untuk tetap berpegang pada fokus cerita.
Ikuti saja ke mana anak itu pergi, seperti halnya bila Anda harus mengawal wisatawan. Kemudian Anda tulis pengamatan Anda mengikuti anak itu, dengan teknik penulisan seperti yang diuraikan pada bagian-bagian terdahulu.
D. Ikhtisar
Anda lihat sendiri bahwa angle ini begitu kuat, sehingga kebanyakan pembaca akan “terdorong” mengikuti seluruh cerita, begitu ia merasa terpikat. Pemakaian kutipan dan anekdot akan membuat pembaca bagaikan ditaburi “mutiara” selama dalam perjalanan mengikuti cerita Anda.
Kunci penulisan feature adalah: sekali menemukan angle yang tepat, cerita biasanya akan berjalan dengan sendirinya. Untuk menambah bekal mencari angle, yang menjadi hambatan terbesar bagi wartawan, ada dua cara yang sering dipakai banyak reporter.
1. Pakailah imajinasi dan kekuatan pengamatan yang terlatih, untuk melihat hal-hal menarik yang luput dari perhatian orang lain.
2. Perhatikan orang yang mempunyai pandangan yang berbeda atau unik untuk mengamati suatu persoalan.
Untuk mengadakan pendekatan pertama, kita perlu berjam-jam berkeliling, baik berjalan kaki maupun naik mobil, dengan kejelian mengamati hal-hal sekecil apa pun.
Setelah beberapa jam, si reporter mungkin melihat seorang berkaki putus berjualan pensil sambil duduk di kursi rodanya di kaki lima jalanan yang ramai. Waktu itu dalam suasana Lebaran, dan orang berjualan di mana-mana.
Wartawan itu mungkin berhenti untuk mewawancarai orang yang kakinya diamputasi itu. Angle-nya jelas: apakah benar makin banyak yang acuh tak acuh kepada orang yang malang? Entah bagaimana jawabannya, yang jelas reporter itu telah menemukan feature-nya.
Pendekatan kedua mirip dengan pendekatan pertama. Si wartawan tinggal mencari seseorang yang bisa melihat suatu segi yang istimewa dari sebuah peristiwa yang sama, yang juga dilihat ribuan orang lain.
Sumber: Seandainya Saya Wartawan Tempo, Institut Tempo, 2007.

