Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Partisipasi Zero Waste lewat Surabaya Eco School 2019


SAMPAH plastik menjadi masalah lingkungan hidup di seluruh dunia. Untuk membentuk karakter peduli lingkungan hidup kepada warga sekolah, Tunas Hijau bersama Pemkot Surabaya menyelenggarakan Surabaya Eco School 2019 pada Jumat (11/10/2019).

Saya dan Bu Sisca mengikuti workshop itu di SMPN 26 Surabaya. Banyak pengetahuan dan informasi baru mengenai sampah plastik dan zero waste di acara ini. Saya ingin membagikannya kepada teman-teman agar semakin peduli lingkungan hidup, terutama di sekolah kita tercinta.

Awalnya, saat ditemukan, plastik dianggap sebagai alternatif yang baik untuk mengurangi pemakaian paperbag. Waktu itu, banyak sekali pohon ditebang untuk membuat paperbag. Apalagi, paperbag hanya bisa dipakai 2-3 kali saja sedangkan kantong plastik bisa dipakai berulangali.

Kenyataannya, semakin lama, kantong plastik justru hanya dipakai sekali saja lalu dibuang. Padahal, kantong plastik sulit diuraikan. Alhasil, malah mencemari lingkungan.

Ini menjadi masalah besar di seluruh dunia. Pernah ditemukan pulau baru di Samudra Pasifik tetapi sesungguhnya itu sampah yang menggunung dan membentuk sebuah pulau. Namanya Great Pacific Garbage Patch.

Setelah ditelusuri, ternyata 99,9% adalah sampah plastik yang dibuang ke sungai dan mengalir ke laut, kemudian ke samudra, dan terus mengelilingi dunia jika tidak dipungut.

Orang masih dapat menyelamatkan bumi. Bagaimana caranya? Terapkan pola hidup zero waste atau bebas sampah. Ini konsep yang mengajak kita menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak.

Pola hidup zero waste ini menggunakan 3R (reduce, reuse, recycle). Misalnya, mengurangi pemakaian gelas plastik dan menggantinya dengan gelas kaca seperti diterapkan di kantin sekolah, menggunakan berulang-ulang kantong plastik, dan mendaur ulang sampah dan membuatnya menjadi produk tertentu.

Contohnya, mendaur ulang minyak jelantah dan dibuat menjadi sabun. Menurut saya, semua harus dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan kita sendiri, bisa di sekolah kita. Saya kadang melihat ada siswa malas membuang sampah ke tempat yang disediakan.

Justru pura-pura tidak sengaja menjatuhkannya. Banyak juga yang malas piket dan hanya langsung tanda tangan di buku piket saja. Saya yakin, hal-hal seperti ini pernah teman-teman temui.

Yuk, mulai sekarang, bersama-sama berusaha menerapkan pola hidup zero waste. Tidak harus kegiatan yang nge-wow, tetapi dari hal-hal kecil dulu, seperti membawa bekal sendiri, membawa botol minum sendiri, rajin piket, dan lainnya.

Kalau kita ingin sekolah kita bebas sampah plastik, maka butuh partisipasi dari warga sekolah, termasuk kita sebagai siswa-siswi SMP Katolik Santa Clara.

Mungkin menurut sebagian teman, ini kurang penting dan merasa jika hanya kalian sendiri yang melakukannya maka tetap tidak akan memberikan perubahan berarti.

Kita harus melakukan ini bersama-sama, tidak hanya satu atau dua orang saja yang melakukannya. Saya yakin, dengan usaha bersama-sama, pasti bisa membuat sekolah bebas sampah plastik suatu hari nanti. (Ivana Supala)

Auto Europe Car Rental