Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Nenek Binah Asal Tulungagung yang Sudah Meninggal tapi Masih Jadi Bahan Berita Viral

KOORDINATOR Tenaga Kesejahteraan Sosial Tingkat Kecamatan (TKSK) Kabupaten Tulungagung, Mohammad Imron Wahyudi merasa gerah dengan berita Nenek Binah. Nenek renta ini dikabarkan telantar di gubuk bambu berukuran 2x4 meter di Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.

Dia sering tidak punya beras dan bertahan hidup, hanya dengan merebus air untuk mengganjal perutnya yang lapar. Kabar tentang Nenek Binah ini terus direproduksi, seakan ingin menggambarkan penderitaannya yang diabaikan pemerintah.

Padahal, kenyataannya, Nenek Binah sudah meninggal dunia sejak 2019. “Jadi, berita itu hoaks. Mbah Binah sudah meninggal sejak 2019,” terang Imron. Kenyataannya, hingga sekarang masih ada informasi itu masih di luar situs arus utama.

Berita ini pertama kali muncul tahun 2017 setelah diunggah warganet. Saat itu, pemerintah sudah bergerak dengan memberikan bantuan padanya. “Beliau semasa hidupnya sudah mendapat bantuan. Jadi, sangat salah jika dikabarkan telantar karena tidak dibantu,” sambung Imron.

Terakhir, berita Nenek Binah diunggah pada 11 Desember 2020 dan sempat menjadi viral. Imron mempertanyakan, karena Desa Kalibatur telah mengeluarkan surat kematiannya tahun 2019 bernomor 472.11/21.409/11/2019.
 
Kini, berita itu kembali viral, mempertanyakan tindakan pemerintah karena ada warganya menderita, tinggal di bilik bambu beralaskan tikar plastik tanpa bantal. “Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal 2019 lalu diviralkan sekarang,” keluh Imron.

Pada Januari 2017, Kementerian Sosial melalui TKSK Kabupaten Tulungagung memberikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Nenek Binah. Selain itu, TKSK  memberikan bantuan pangan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Imron menegaskan, dirinya terlibat langsung saat pemberian bantuan itu. “Berita ini harus diluruskan, pemerintah tidak pernah berpangku tangan kepada warga yang membutuhkan bantuan, termasuk pada Nenek Binah,” tandas Imron. (*)