Lanjutkan Tradisi Juara Tiga Tahun Sanclar Konsisten Tiga Besar
SETELAH menjadi juara dance competition di Junio JRBL 2013 Surabaya Series, SMP Santa Clara Surabaya kembali memboyong gelar di journalist competition. Bertempat di Semangggi Room Graha Pena lantai 5, kemarin (7/11/2013) sederet nama pemenang journalist competition diumumkan.
Dua siswa Sanclar, sebutan SMP Santa Clara Surabaya, Agatha Carolina dan Catherine Kasih, menyabet tiga gelar sekaligus, yaitu best writer, best spirit, dan tentu saja first place.
Jurnalis Sanclar berhasil mempertahankan prestasinya selama tiga tahun terakhir. Mereka selalu berhasil finis di tiga besar journalist competition. Ekspresi terkejut terlihat jelas ketika nama mereka dipanggil sebagai best spirit team. Mereka tak menyangka bisa memperoleh gelar tersebut.
Tidak cukup di situ, nama tim Sanclar kembali disebut MC saat mengumumkan peraih first place dan best writer. Artinya, tiga gelar sekaligus mereka bawa pulang. "Waktu nunggu pengumuman sih agak deg-degan. Ya ada perasaan pesimistis. Tapi, di pikiran kami berdua yakin kami bisa," ujar Agatha.
Agatha menulis tentang sosok pelatih SMP Petra 4 Sidoarjo yang mampu membawa tim basketnya menang di Junio JRBL 2013. Sebelum menulis judul tersebut, Agatha harus bersusah payah mencari informasi dan histori melalui internet.
"Ceritanya, aku lagi nyelidiki tentang Petra 4 dan aku menemukan ada yang menarik dari pelatihnya yang masih muda itu. Dan kenapa aku nggak pakai tulisan pertandingan, itu karena aku tahu pasti sudah banyak anak yang menulis tentang hal itu," ujarnya.
Sementara itu kategori best photographer diberikan kepada Eunike Devina Tadjab dari SMP YPPI 2 Surabaya. Eunike berhasil mengabadikan momen yang cukup menarik.
Foto dan naskah yang dinilai terbaik oleh juri memang telah melalui proses seleksi yang ketat. Sebab, seluruh naskah dan foto ternyata mampu mengejutkan para juri. Becky Subechi, fotografer senior Jawa Pos selaku juri foto, berpendapat bahwa hasil foto para jurnalis cilik itu terbilang luar biasa. "Beberapa di antaranya malah di luar ekspektasi saya. Jauh lebih bagus dari yang saya kira," ujarnya.
Selain foto, naskah menjadi poin penilaian yang menentukan. Standar atikel yang baik sebenarnya sudah mampu dipenuhi oleh jurnalis-jurnalis cilik ini. "Anak-anak ini sudah mampu membuat naskah yang baik. Hanya, kan tidak hanya yang baik dan benar yang kita nilai, tetapi juga yang memiliki angle menarik." (abr/c11/agf)
Dua siswa Sanclar, sebutan SMP Santa Clara Surabaya, Agatha Carolina dan Catherine Kasih, menyabet tiga gelar sekaligus, yaitu best writer, best spirit, dan tentu saja first place.
Jurnalis Sanclar berhasil mempertahankan prestasinya selama tiga tahun terakhir. Mereka selalu berhasil finis di tiga besar journalist competition. Ekspresi terkejut terlihat jelas ketika nama mereka dipanggil sebagai best spirit team. Mereka tak menyangka bisa memperoleh gelar tersebut.
Tidak cukup di situ, nama tim Sanclar kembali disebut MC saat mengumumkan peraih first place dan best writer. Artinya, tiga gelar sekaligus mereka bawa pulang. "Waktu nunggu pengumuman sih agak deg-degan. Ya ada perasaan pesimistis. Tapi, di pikiran kami berdua yakin kami bisa," ujar Agatha.
Agatha menulis tentang sosok pelatih SMP Petra 4 Sidoarjo yang mampu membawa tim basketnya menang di Junio JRBL 2013. Sebelum menulis judul tersebut, Agatha harus bersusah payah mencari informasi dan histori melalui internet.
"Ceritanya, aku lagi nyelidiki tentang Petra 4 dan aku menemukan ada yang menarik dari pelatihnya yang masih muda itu. Dan kenapa aku nggak pakai tulisan pertandingan, itu karena aku tahu pasti sudah banyak anak yang menulis tentang hal itu," ujarnya.
Sementara itu kategori best photographer diberikan kepada Eunike Devina Tadjab dari SMP YPPI 2 Surabaya. Eunike berhasil mengabadikan momen yang cukup menarik.
Foto dan naskah yang dinilai terbaik oleh juri memang telah melalui proses seleksi yang ketat. Sebab, seluruh naskah dan foto ternyata mampu mengejutkan para juri. Becky Subechi, fotografer senior Jawa Pos selaku juri foto, berpendapat bahwa hasil foto para jurnalis cilik itu terbilang luar biasa. "Beberapa di antaranya malah di luar ekspektasi saya. Jauh lebih bagus dari yang saya kira," ujarnya.
Selain foto, naskah menjadi poin penilaian yang menentukan. Standar atikel yang baik sebenarnya sudah mampu dipenuhi oleh jurnalis-jurnalis cilik ini. "Anak-anak ini sudah mampu membuat naskah yang baik. Hanya, kan tidak hanya yang baik dan benar yang kita nilai, tetapi juga yang memiliki angle menarik." (abr/c11/agf)

