Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jangan Langsung Teguk Es saat Panas Menyerang

KETIKA hawa panas menyerang sebaiknya tidak langsung minum minuman dingin seperti es.  Minum seteguk demi seteguk, jangan langsung menggelontornya ke tenggorokan.
 
Saat ini, Indonesia, Malaysia dan beberapa negara lain. saat ini sedang mengalami gelombang panas.  Apa tips yang harus dilakukan dan dihindari.
Harap perhatikan hal hal berikut ini.

1. Seorang teman dokter datang ke saya mengatakan, cuaca sangat panas.  
Di siang hari, bisa mencapai 40C. Katanya, pada 40 derajat, jangan Anda langsung minum air es!

Pembuluh darah mikro bisa meledak. Seorang temannya, dari terkena terik matahari masuk ke rumah, mencuci kaki dengan air dingin. Pandangan mata jadi kabur, dia pun pingsan.

2. Suhu di beberapa tempat telah mncapai 38C atau lebih. Dalam kondisi ini, jaga suhu tubuh agar lebih tinggi. Bahaya ini tak hanya dari minum air es/dingin. Bahaya ini dapat terjadi bahkan sekadar mencuci tangan/muka/ kaki.

Anda tidak boleh menyiram/menyeka bagian tubuh yang panas terkena sengatan terik, dengan air dingin. Anda membutuhkan sekitar 30 menit untuk membuat tubuh menjadi dingin sesuai suhu dalam ruangan. Minumlah air hangat suam, 34-36 Celcius.

3. Seorang dokter di rumah sakit, memeriksa seorang pria yang sangat sehat. Tiga tahun kemudian, dokter itu bertemu pria itu lagi, dalam kondisi stroke. Pria itu bercerita:

"Beberapa waktu lalu, hari amat panas. Setelah kembali ke rumah, agar cepat dingin, saya segera mandi air dingin. Lalu, saya tidak dapat menggerakkan rahang dengan benar. Segera saya panggil ambulans untuk membawaku ke rumah sakit.."

Ingat, terutama di hari yang panas, hindari air dingin karena akan menyebabkan kontraksi pembuluh darah yang cepat. Yang di rumah ada anak kecil, harus memberi tahu pembantu dan seisi rumah tentang hal ini.

Akhir-akhir ini cuaca panas di atas normal. Walau mungkin kita rasa nyaman bila minum dingin.., namun, itu sangat berbahaya! Hindari meneguk langsung minuman. Minumlah sedikit-demi sedikit, dengan perlahan.

BMKG menegaskan, kalau cuaca gerah yang belakangan kerap dirasakan tidak berkaitan dengan fenomena peningkatan kelembaban global.  Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto mengatakan, cuaca gerah yang belakangan ini berbeda dengan gelombang panas meski indikatornya sama.

Panas gerah yang terjadi belakangan masih terkait dengan peristiwa pertengahan April lalu akibat peralihan ke musim kemarau. Peralihan ke musim kemarau ini mengakibatkan suhu udara yang tinggi, kelembaban udara yang rendah karena  langit cerah dan kurangnya awan. Sebab, pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan Bumi.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan menjelaskan, peningkatan kelembaban global itu kebanyakan terjadi di kawasan lintang tinggi yang mengalami empat musim, dimana saat musim panas, suhu biasanya bahkan melebihi daerah tropis. Ini yang sejauh ini dikenal sebagai heat wave.

BMKG menanggapi studi dari Observatorium Bumi Lamont-Doherty Universitas Colombia. Studi itu menyebut serangan panas dan kelembaban ekstrem telah terjadi sejumlah wilayah di dunia.

Dalam studi yang dimuat dalam jurnal Science Advances itu mengidentifikasi ribuan serangan panas dan kelembaban ekstrem yang sebelumnya jarang atau belum pernah terjadi di Asia, Afrika, Australia, AS, Amerika Selatan dan Amerika Utara, termasuk di wilayah Pantai Teluk AS. (*)

Auto Europe Car Rental