Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Luhut Binsar Panjaitan Terpukul, sang Anak Tidak Mengenalinya ketika Pulang ke Rumah

SEORANG purnawirawan Perwira Tinggi pernah berkata kepada saya bahwa Luhut Binsar Panjaitan ( LBP) bukan hanya punya integritas tinggi sebagai pribadi tapi lebih dari itu dia seorang yang jenius. Cepat belajar dan cepat menguasai keadaan.

Ia adalah lulusan terbaik AKABRI angkatan tahun 70. Karenanya dia berhak mendapat penghargaan Adhi Makayasa. Konon katanya rating kelulusannya di AKABRI sampai kini belum ada yang mengalahkannya. Dia juga mengenyam latihan di pusat pusat pelatihan pasukan khusus terbaik dunia dengan rekor selalu terbaik.

Si penulis, Erizeli Bandaro mengungkapkan, dengan bekal itu dia ditugasi oleh TNI mendirikan sekaligus menjadi komandan pertama Detasemen 81 (sekarang Sat-81/Gultor) kesatuan baret merah Kopassus.

Hasilnya? Kopassus kini menjadi salah satu pasukan anti teror terbaik didunia. Ketika masih Pangkat Letnan dia ikut dalam operasi merebut Timor Timur dan kemudian berlanjut menjadi komandan tempur dalam beberapa operasi militer.

Disamping pendidikan militer dia juga berkesempatan melanjutkan ke Universitas sampai ke luar negeri untuk mengambil gelar Masters in Public Administration, pada George Washington University, Washington DC, AS. Juga berkesempatan kuliah di National Defense University, AS. Selalu lulus dengan terbaik.

Kematangan Sikap
Menjelang kejatuhan Soeharto tahun 1997, Luhut menjabat Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI-AD dan kemudian dari tahun 1997 sampai tahun 1999 menjabat Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat TNI AD).

Jadi praktis dia menjauh dari gonjang ganjing politik yang melibatkan TNI dalam pengamanan proses kejatuhan Soeharto. Ketika Habibie naik sebagai Presiden, entah mengapa perwira hebat yang jenius itu akhirnya dihentikan karirnya sebagai PATI untuk menjadi Dubes di Singapura.

Sebagai prajurit dia tidak bisa menolak perintah menduduki pos sebagai diplomat. Saat sebagai Dubes Singapore dia berani menerbitkan Passpor baru untuk PS yang sudah expired. Padahal ketika itu politik sentimen  anti keluarga eks Cendana sangat kuat.

Ketika Gus Dur naik sebagai presiden, dia masuk dalam kabinet Menteri perdagangan dan perindustrian. Tapi jabatannya hanya seumur kekuasaan Gus Dur sebagai presiden. Setelah 2001 karir di pemerihtahan berakhir. Luhut kembali ke masyarakat.

Cita citanya ingin jadi KASAD atau PANGAB kandas walau dia termasuk perwira terbaik. Mungkin karena sikap LBP yang dekat dengan ormas Islam tradisional dan tidak begitu saja mau diperintah kalau bertentangan dengan nuraninya.

Ada cerita ketika menjabat Komandan KOREM 081/Dhirotsaha Jaya di Madiun, Jawa Timur , dia dapat perintah langsung dari LB Moerdani agar menghadang langkah Gus Dur jadi ketua NU.

Maklum Gus Dur ketika era Soeharto bukan orang yang disukai, bahkan dianggap ancaman. Namun LBP menolak perintah itu dengan caranya. Akhirnya Gur Dur berhasil terpilih sebagai Ketua NU.

Luhut tidak merasa terancam karirnya karena itu. Bahkan selanjutnya hubungan Gus Dur dengan Luhut semakin dekat walau mereka berbeda agama. Dari Gus Dur dia dapat memahami kehidupan islam sesungguhnya.

Karier Bisnis
Koneksi bisnis Luhut sudah terjalin sejak dia masih sebagai Militer, Tugasnya yang pernah sebagat pejabat tinggi BAIS memang lebih banyak bergaul dengan kalangan konlomerat di era Soeharto.

Ketika dia menjabat sebagai Dubes RI di Singapore, dia berhasil meyakinkan keluarga Salim untuk kembali berbisnis di Indonesia setelah masalah hutang diselesaikan di BPPN.

Setelah keluar dari kabinet Gus Dur, tahun 2001 Luhut bersama istrinya, Devi, mendirikan yayasan misi sosial bernama Yayasan Del. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara.

Luhut sadar yayasan butuh dana dan dia tidak mau mengemis dana dari orang. Jalan yang ditempuhnya adalah masuk kemedan bisnis. Tahun 2003 dia mendapat tugas dari Taufik Kiemas mencari solusi atas utang Kiani Kertas.

Karena itu dia mendekati Prabowo agar mendapatkan akses pendanaan dari Hashim. Tapi setelah Kiani diambil alih dari Bob Hasan, dia keluar dari jajaran direksi Kiani. Dan memutuskan tidak lagi bermitra dengan Prabowo.

Luhut mendekati sahabat lamanya yaitu Aburizal Bakrie yang sudah dikenalnya sejak masih bertugas di Timor Timur. Dari ical inilah dia dapat peluang untuk masuk bisnis batu bara. Ketika memulai bisnis batu bara sebelum tahun 2004 hartanya hanya Rp 7,2 miliar.

Menurut teman saya, walau Luhut bukan orang bisnis tapi strategi militer dia terapkan dengan baik dalam bisnis. Dia paham sekali akan pentingnya jalur logistik, SDM dan mitra strategis. Makanya dia memilih 3 (tiga) konsesi area tambang batubara seluas 7087 di Kalimantan Timur.

Area-area tambang yang berdekatan ini, yang dikelola oleh 3 (tiga) anak perusahaan, berada pada lokasi tambang yang dekat jaraknya dengan pelabuhan setempat. Pembangunan pertama pada aset greenfield dimulai dengan PT Indomining pada tahun 2007.

Nasib bagus berpihak kepada Luhut. Harga batubara melambung. Dia untung besar. Dari keuntungan ini dia membangun area tambang atasnama PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) pada tahun 2008. Harga batubara terus melambung dan dia ekspansi lagi dengan membangunan area tambang PT Trisensa Mineral Utama (TMU) pada 2011.

Dari pendapatan Bisnis tambang ini , Luhut melakukan gerakan cepat seperti Kopassus, dengan membentuk team khusus hebat lulusan luar negeri sebagai Kapten melakukan ekpansi bisnis ke sektor Pembangkit listrik, Perkebunan Sawit, Industri.

Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dia berhasil mendirikan 16 perusahaan. Tanggal 6 Juli 2012 Toba Bara mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker TOBA dan merilis sebesar 210.681.000 saham atau 10,5 % dari jumlah modal disetor, dengan perolehan dana sebesar Rp 400.293.900.000.

Luhut pernah tercatat sebagai pembayar pajak terbesar di Indonesia dan berdasarkan laporan kekayaannya tahun 2015 mencapai Rp 660 miliar. Tentu kini dia anggota kabinet terkaya di era Jokowi.

Politik Luhut
Ketika Ical mencalonkan diri sebagai Presiden, Luhut ditunjuk sebagai ketua tim Sukses Ical. Luhut kenal Ical bukan hanya setahun tapi puluhan tahun ketika dia masih perwira pertama. Ical juga banyak membantunya ketika awal berbisnis.

Namun ketika Ical bergabung dengan Prabowo, dia lompat ke Jokowi. Mungkin Luhut tahu persis karakter Prabowo dan dia punya pengalaman pahit bermitra dengan Prabowo.

Walau Ical marah besar dan jajaran Golkar juga marah, namun Luhut tetap mengikuti nuraninya berada di tim Jokowi. Apalagi Luhut sudah mengenal Jokowi sejak tahun 2009 dan bermitra dalam bisnis furnitur pada PT Rakabu Sejahtera, Solo.

Luhut tahu persis bahwa Jokowi orang yang jujur, cerdas, kreatif dan punya prinsip karakter yang kuat. Ketika Jokowi terpilih sebagai presiden, partai pendukungnya tidak menginginkan LBP masuk dalam kabinet. LBP tenang saja.

Setelah itu Jokowi mengangkatnya sebagai kepala staf kepresidenan. Terbukti dia membantu banyak tugas Jokowi dalam melakukan reformasi Migas dan pangan. Hasilnya luar biasa. Dan elite politik PDIP bisa menerima bila akhirnya LBP masuk dalam kabinet sebagai Menko Polhukam.

Kesimpulan
Kalau ada isu negatif tentang LBP maka itu tidak beralasan., Apalagi menuduh LBP sebagai otak masuknya TKA asal China ke Indonesia. Mata duitan. Dia udah kaya sebelum jadi Menteri. Tidak seperti Said Didu dan lainnya pengangguran banyak acara.

LBP punya karakter yang kuat dengan mengutamakan nuraninya. Jangankan sama china, sama rekan bisnis saja dia bisa tegas untuk keluar bermitra kalau bertentangan dengan nuraninya. Bahkan dalam tugas sebagai militer dia tetap mengikuti nuraninya untuk tidak mengikuti perintah atasannya menjegal Gus Dur.

Sebagai prajurit yang dididik berpuluh tahun dalam disiplin bela negara, sikap nasionalisme LBP tidak perlu diragukan. Mau bukti? Ketika menjabat sebagai Menkopolhukam dia berhasil mencabut hak pengatur lalulintas udara oleh Singapura dan diserahkan kepada TNI AU.

Luhut  mencabut konsesi kapal perang singapore melakukan latihan militer di perairan Indonesia kecuali latihan bersama dengan TNI. Padahal itu sudah berlangsung sejak era Soeharto. Dari dulu China punya Nine-dashed line yang di claim sebagai wilayahnya menjorok hingga perairan Natuna.

Perundingan LBP dengan China, berhasil mengeluarkan Indonesia dari nine dashed line itu sehingga Indonesia tidak masuk dalam sengketa laut china selatan dengan China.


Luhut Menjawab melalui akun Facebooknya : saya menghabiskan lebih dari 30 tahun masa hidup saya sebagai seorang prajurit, tanpa pernah merasa ada keraguan ketika terjun ke daerah operasi.

Sebagai seorang prajurit Kopassus atau yang dulu disebut RPKAD pun saya terbiasa menghadapi banyak pertempuran jarak dekat, dengan situasi yang sangat mencekam.

Semua itu saya ingat waktu saya masih bujangan dan bahkan setelah saya menikah. Pada saat itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa seorang prajurit RPKAD itu bisa mati terkena peluru.

Sampai suatu ketika saya terjun di Timor Timur bersama anak buah saya, keesokan harinya saya ketahui ternyata anak buah saya ada yang mati.

Tapi itu semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar.

Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit. Tapi saya baru disadarkan saat kehilangan prajurit saya di daerah operasi, pada tahun 1975. Ternyata manusia memang terdiri dari darah daging dan tulang, juga emosi.

Namun ketika saya pensiun sebagai tentara, begitu banyak perspektif hidup yang berubah. Terutama “utang” yang saya miliki kepada istri dan anak-anak. Selama puluhan tahun, ketika harus menjalani tugas operasi ke daerah lain, tak terhitung berapa kali saya harus meninggalkan mereka.

Ada satu momen yang saya ingat sampai saat ini, yaitu suatu waktu anak saya Uli yang waktu itu berumur 3 tahun menangis ketika melihat saya pulang ke rumah.

Sayangnya dia bukan menangis karena lama menahan rindu ke ayahnya, tapi karena dia takut ada orang asing muncul di kamarnya. Dia tidak mengenali saya. Sebagai seorang ayah, hal itu sangat membuat saya terpukul.

Pada momen itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, bahwa setiap berangkat menjalankan tugas negara, saya harus memastikan diri saya dan prajurit lainnya bisa pulang dengan selamat.

Artinya, semua misi harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, sehingga kami bisa pulang untuk menebus utang waktu kami dengan keluarga.

Selesai bertugas sebagai tentara dan diberikan amanah untuk mengabdi dengan menjadi pejabat publik, semangat pantang menyerah itu tidak pernah luntur.

Saya selalu meyakini bahwa apa yang terbaik untuk masyarakat Indonesia maka harus diwujudkan, dengan berbagai macam risiko dan konsekuensinya. Sapta Marga mengajarkan saya untuk terus membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

Saya terbiasa untuk tidak mudah memasukkan semua kritik ke dalam hati karena saya senang mendapat masukan juga kritik yang membangun dari siapa saja.

Saya selalu mempersilakan siapapun yang ingin menyampaikan kritik untuk datang dan duduk bersama mencari solusi permasalahan bangsa. Bukan dengan melempar ucapan yang menimbulkan kegaduhan tanpa fokus pada inti permasalahan.

Belakangan, saya melihat dinamika yang terjadi sudah sangat melampaui batas ini. Saya tidak habis pikir, mengapa di tengah suasana pandemi seperti saat ini, ujaran kebencian dan fitnah terus dipelihara di tengah-tengah kita?

Mengapa kita masih diliputi dengan sentimen sektarian di saat seluruh anak bangsa harusnya bersatu melawan musuh bersama yaitu virus corona, yang mengancam kesehatan serta keselamatan seluruh masyarakat Indonesia?

Mengapa kita malah terus-terusan mencari perbedaan, tanpa sedikitpun berpikir persatuan? Momen seperti ini membuat saya rindu kepada almarhum Gus Dur yang semangat positifnya selalu menginspirasi setiap langkah saya menjalani hidup sebagai pejabat negara.

Dari Gus Dur pula saya belajar, bahwa perbedaan dan kritik pasti ada dan tidak bisa dihilangkan, karena perbedaan itu lahir bersama kita. Wejangan Gus Dur inilah yang membuat saya selalu berprinsip bahwa persaudaraan antar anak bangsa harus kita kedepankan.

Bangsa Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi pandemi. Semua pihak sedang bergerak bersama mencari solusi untuk mempercepat penanganan Covid-19 untuk memastikan keselamatan dan kesehatan semua warga negara Indonesia.

Bagi saya, ini adalah misi, dan tetap, sebuah misi harus dituntaskan dengan baik. Namun saya sungguh menyayangkan tindakan dan ucapan beberapa pihak yang tega menjadikan situasi seperti ini untuk memperkeruh keadaan.

Serangan-serangan itu tak berdasar dan malah mengarah ke personal atau pribadi orang lain. Bukan lagi kritik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan mencari solusi bagi keselamatan negeri tercinta kita.

Saya tidak pernah punya keinginan untuk membungkam kritik, karena bagi saya kritik adalah motivasi terbesar sebagai pejabat negara dalam merumuskan kebijakan yang bermanfaat. Bukan hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga generasi anak dan cucu kita di kemudian hari.

Tapi saya juga ingin bangsa ini menjadi bangsa yang terdidik, yang terbiasa untuk saling kritik dan mendebat dengan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dengan tuduhan tak berdasar yang menyerang pribadi orang lain.

Sebuah tuduhan kepada pribadi seseorang tentu juga akan mengenai sisi paling privat dari orang itu. Ini pula yang kemudian dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat saya.

Mereka merasa yang hari ini terjadi sudah kelewat batas dan bukan contoh yang baik bagi pendidikan moral dan pendewasaan generasi penerus bangsa yang besar ini, terutama dalam hal berdemokrasi dan menyampaikan pendapat.

Maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk setidaknya membuat masyarakat Indonesia, juga anak-cucu saya, bisa belajar dan paham bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya.

Saya meyakini bahwa tidak ada kebebasan yang absolut, semua yang diucapkan harus mampu dipertanggung jawabkan. Saya juga ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar mampu bertanggung jawab atas apapun laku dan ucap kita.

Ya, karena sesederhana ucapan dan laku itu punya dampak bukan hanya kepada kita, tetapi juga lingkungan sekitar dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Jika kita berani mengucapkan dan melakukan suatu hal, mengapa kita tidak punya keberanian yang sama untuk mempertanggung jawabkannya? (LBP : 9 April 2020)
Auto Europe Car Rental