Melia Wijaya Promosikan Busana Wayang Kulit
SINERGI fashion dengan simbol seni budaya tradisional menjadi busana yang menarik dan eksotis. Desainer ternama asal Surabaya, Melia Wijaya melakukan eksperimen sekaligus promosi, fashion bertema Wayang Kulit.
Inspirasi corak wayang kulitnya diambil budaya di Surabaya. Melia tertarik mengambil tokoh wayang Pandawa, yakni Arjuna, Nakula, Sadewa dan bentuk gunungan. “Saya ambil siluet dari ikon wayang, lalu saya print dan bordir serta quilting agar tampak hidup,” paparnya.
Melia menggunakan jenis kain taffeta dan Thai silk. Kain taffeta adalah sejenis kain yang ditenun dari sutra atau serat sintesis yang halus. Kain jenis ini sering dianggap kain mewah karena cocok untuk gaun pesta dan pernikahan.
Serat benang taffeta jauh lebih kaku dibandingkan organdi. Sedangkan Thai silk adalah kain yang ringan, namun tebal dan pada busananya ini dipakai untuk celana. “Jenis kain ini juga lebih lembut dan warnanya tampak lebih menawan,” kata Melia.
Dengan jenis kain ini, Melia membuat cutting busana a line dress atau gaun yang melebar pada bagian bawah. Cutting ini bisa mengeksplorasi motif wayang dengan ukuran agak besar dan terlihat jelas saat dikenakan baik untuk gaun pendek dan panjang serta paduan celana.
Penggunaan jump suit juga layak, pemakai busana lebih enteng. Soal warna bisa gelap dan dasar, yakni merah, hitam dan cokelat. Desain busana ini ready to wear untuk perempuan 25 tahun ke atas, bias buat acara semiformal hingga ke pesta.
Untuk aksesori ada cumping, anting-anting dan gelang. Melia menggandeng Nahum Limantara yang membuatkannya dari bahan pelat kuningan. “Cumping ini berupa daun yang dipasang di atas telinga. Ini mirip kostum pertunjukkan wayang orang,” ujarnya.
Begitu pula anting-anting dan gelang. Warna kuning keemasan. Warna kuning keemasan memang sangat sesuai ketika berpadu dengan warna busana yang agak gelap. Pemakaian aksesoris menjadikan tampilan pemakai lebih eksotis dan menawan. (*)
Inspirasi corak wayang kulitnya diambil budaya di Surabaya. Melia tertarik mengambil tokoh wayang Pandawa, yakni Arjuna, Nakula, Sadewa dan bentuk gunungan. “Saya ambil siluet dari ikon wayang, lalu saya print dan bordir serta quilting agar tampak hidup,” paparnya.
Melia menggunakan jenis kain taffeta dan Thai silk. Kain taffeta adalah sejenis kain yang ditenun dari sutra atau serat sintesis yang halus. Kain jenis ini sering dianggap kain mewah karena cocok untuk gaun pesta dan pernikahan.
Serat benang taffeta jauh lebih kaku dibandingkan organdi. Sedangkan Thai silk adalah kain yang ringan, namun tebal dan pada busananya ini dipakai untuk celana. “Jenis kain ini juga lebih lembut dan warnanya tampak lebih menawan,” kata Melia.
Dengan jenis kain ini, Melia membuat cutting busana a line dress atau gaun yang melebar pada bagian bawah. Cutting ini bisa mengeksplorasi motif wayang dengan ukuran agak besar dan terlihat jelas saat dikenakan baik untuk gaun pendek dan panjang serta paduan celana.
Penggunaan jump suit juga layak, pemakai busana lebih enteng. Soal warna bisa gelap dan dasar, yakni merah, hitam dan cokelat. Desain busana ini ready to wear untuk perempuan 25 tahun ke atas, bias buat acara semiformal hingga ke pesta.
Untuk aksesori ada cumping, anting-anting dan gelang. Melia menggandeng Nahum Limantara yang membuatkannya dari bahan pelat kuningan. “Cumping ini berupa daun yang dipasang di atas telinga. Ini mirip kostum pertunjukkan wayang orang,” ujarnya.
Begitu pula anting-anting dan gelang. Warna kuning keemasan. Warna kuning keemasan memang sangat sesuai ketika berpadu dengan warna busana yang agak gelap. Pemakaian aksesoris menjadikan tampilan pemakai lebih eksotis dan menawan. (*)
