Qantas Group Berhasil Cetak Rekor Pendapatan di Tahun 2019
Misalnya, adanya peningkatan biaya bahan bakar sebesar AUD 614 juta akibat harga minyak yang semakin tinggi, serta adanya pengaruh dari nilai tukar mata uang asing terhadap pengeluaran selain bahan bakar sebesar AUD 154 juta. Hasil yang didapat juga terdampak pengeluaran non-tunai sebesar AUD 92 juta untuk pembayaran hak karyawan termasuk cuti, sesuai peraturan yang berlaku.
Peraturan pembukuan juga menyebutkan, biaya ini akan meningkat saat suku bunga turun. Seluruh bagian penting dari portofolio Group tetap mencatatkan laba yang kuat, menghasilkan aliran kas yang signifikan untuk investasi yang sedang berlangsung, begitu pula dengan pendapatan bagi pemegang saham.
CEO Qantas Group, Alan Joyce mengatakan, performa di tahun keuangan 2019 telah memperlihatkan kondisi positif di luar situasi pasar yang tidak menentu. Kondisi ini memperlihatkan kekuatan masing-masing unit bisnis, sekaligus kekuatan portofolio grup secara keseluruhan.
Bahkan dengan adanya hambatan seperti harga bahan bakar dan nilai tukar mata uang asing, Qantas tetap menjadi salah satu grup maskapai dengan performa terbaik di dunia. "Performa kami merupakan hasil dari strategi yang baik dan kemampuan untuk mewujudkannya,“ katanya.
Di dalam negeri, manajemen Qantas melihat, pendekatan dual brand Qantas dan Jetstar telah menguatkan posisi perusahaan di sektor penerbangan korporat, wisata premium, dan penerbangan bujet terbatas, sehingga dapat mencatatkan laba kuat.
Menurut Alan Joyce, Qantas International telah meningkatkan posisi kompetitifnya dengan mengembangkan armada, jaringan, dan kemitraan. "Kami telah mencatatkan keuntungan unik dengan adanya rute Perth-London, serta masih banyak nilai tambah lain dari aliansi dengan banyak pihak yang akan segera kami umumkan,“ lanjut Joyce. (*)