Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Inspirasi Menulis Intan Andaru dari Pengalaman dan Riset

DARI lomba menulis yang diadakan gurunya sewaktu sekolah dasar, Intan Andaru jatuh hati kepada seni sastra. Perempuan lulusan S1 Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini akhirnya menekuni dunia tulis menulis. Dia menggunakan media sosial Facebook sebagai wadah pembelajaran.

"Waktu SD guru Bahasa Indonesia saya mengajari cara mengarang tulisan lalu diperlombakan, sejak itu saya suka menulis," kata Inta, yang akhirnya berkenalan dengan banyak penulis lewat media sosial itu.

Mereka saling berbagi ilmu. Dari komunitas di Facebook pula, Intan tahu syarat menulsi agar bisa dimuat di koran. Dia belajar secara otodidak. Belakangan, Intan adalah penulis spesialis cerpen dan novel. Cerita-ceritanya diangkat dari pengalaman, kebudayaan, serta isu yang ada di setiap daerah.

Contohnya, cerpen buatannya yang berjudul 'Saat Waktu Berkejaran'. Karena profesinya sebagai seorang dokter, buku itu tercipta dari kisah-kisah pasien HIV dan AIDS yang ditanganinya. "Inspirasi cerpen itu muncul dari pengalaman saya saat bertemu mereka. Dari perbincangan itulah, cerpen 'Saat Waktu Berkejaran' tercipta," paparnya.

Gaya menulis perempuan ini tidak beda jauh dengan penulis idolanya, Okky Madasari ini. Karya novelnya '33 Senja di Halmahera', diangkat dari isu agama yang terjadi di Maluku Utara. Waktu itu, Intan bertugas sebagai dokter PPT dua tahun. Dia merekam kerusuhan antaragama di sana. Intan terinspirasi oleh Okky Madasari karena sering mengangkat isu sensitif.

Meski, novel buatannya berangkat dari isu-isu dan kebudayaan daerah hasil riset secara langsung, Intan membumbui romansa percintaan di dalam cerita novelnya. Hal itu dilakukan agar naskahnya tidak terlalu berat ketika dibaca. "Saya menyelesaikan karya novel maupun cerpen paling cepat 1 tahun," katanya.

Karya-karya tulisannya memang tidak isntan. Intan butuh riset, penelitian, kroscek, dan itu tidak mudah. Dia harus melakukan pendekatan dengan narasumber agar mereka bisa terbuka. Selain itu, tak jarang ketika menulis menemui kebuntuan. Bingung mau menulis apa.

Untuk menyiasatinya, Intan jalan-jalan ke pantai atau sekadar bercengkerama dengan kerabat supaya mendapat inspirasi. Yang terpenting jangan berhenti menulis dan terus bekerja keras," kata Intan yang karyanya tiga kali ditolak penerbit sehingga mencetaknya secara mandiri.

Kerja keras Intan membuahkan hasil. Kini, karyana sudah terpajang di Gramedia dan laris terjual. Dia juga terpilih menjadi peserta Program Residensi Penulis ASEAN-Jepang dan diundang ke acara ASEAN Literary Festival 2017 dan juara pertama di Festival UNSA Book Award 2013 berkat novel '33 Senja Di Halmahera; dan 'Saat Waktu Berkejaran'.


Hingga pertengahan Agustus 2018, Intan telah menerbitkan 5 karya novel dan cerpen. Dia menerima dana hibah untuk membuat karya sastra dari Seni Cipta Media Ekspresi. "Saya sedang melakukan riset projek karya novel tentang isu kesehatan dan kebudayaan wanita Suku Asmat dan menyelesaikan novel romansa tentang isu pembantaian dukun santet di Banyuwangi," tutur perempuan asli Banyuwangi ini. (*)
Auto Europe Car Rental