Amatiran Vs Amatiran
NGGAK mudah ya untuk menentukan sampul majalah sekolah kita ini. Awalnya, kita mau bikin kartun, sesuai dengan tema yang kita bahas, yakni We Are The Awesome Teens!! Nova Surya, Monica Irisa yang jadi tukang gambar sudah berdiskusi panjang dengan Mom Desi. Ehhh, sudah jadi sketsanya, tapi ternyata, rencana berantakan.
Pagi itu, Della dipanggil Suster Bene. Saat masuk ruangan, di atas meja tergeletak dua baju. Satu untuk cewek satunya untuk cowok. “Oh, ini to, seragam baru Sanclar,” gumam Della. Benar juga. Dan, kedatangan Della itu untuk nyobain seragam itu. Tapi, badan Della terlalu besar.
Seragam baru? Warna putih, dengan paduan biru dongker, kotak-kotak untuk celana. Ya, itu seragam baru untuk anak-anak baru Sanclar di tahun ajaran baru 2009/2010. Nah, seragam baru ini, sudah ‘dipesan’ untuk dipajang di halaman sampul majalah Diantara edisi 2009.
Ya, sudah, akhirnya Tim Ekskul Jurnal memeras otak. Mencari siapa yang paling pantas untuk mengenakan seragam itu. Satu nama cowok sudah kepegang, tapi yang cewe, auuwww, banyak pilihan. Kebetulan, si cowok ini, dianggap jadi ikonnya Sanclar. Jadi, idola. Maklum, dia kan ketua OSIS kita. Pasti tau kan!!
Dengan berbagai cara, rayuan, hasutan dan kegombalan yang lain, akhirnya dapat juga para model amatiran. Mereka ini, yang akhirnya jadi peraga seragam Sanclar, dari seragam baru, lalu seragam rutin dan seragam saat kegiatan ekstrakurikuler. Lengkap sudah.
Ini belum selesai, baru setengah jalan. Tugas selanjutnya menunggu, yakni mencari waktu yang tepat, buat foto. Foto saja juga harus kompromi sana sini. Di dalam gedung dan di luar gedung, tempat terbuka. Semua kan harus dicoba, tujuannya satu, mencari gambar yang paling bagus.
Untunglah, ada papanya Winona yang ikut membantu. Makasih ya Om!!! Dan saatnyapun tiba. Mereka yang di cover majalah sekolah kali ini, bukan para model yang profesional. Mereka amatiran. Udah gitu belagu (heheheh, susah diatur).. yah... gitu deh.. namanya juga amatiran. Malahan nggak jarang, perlu adu mulut (maksudnya berdebat) dulu sama si fotografer and koreografernya, yang juga amatiran.
Inilah salah satu episode adu mulut itu (hehehehe).
Mega : Hen, senyumo tah..
Henry : Yopo? Ga isa senyum aku.. Contono… poo.
Mega : Gini lho.
Henry :Ga iso akh.. Wes tah kamu ae sing foto..
Mega : lho.. Gini lho Hen..Ih arek iki.
Henry : Hmmmm. (senyum bentar, balik lagi tutup mulut, dingin)
Mega : Aduh Hen.. Ayo ta.. yang ganteng.. Nanti kalo diliat sama penggemarmu kamu jelek, malu lho...
Hmm, itu satu dari sekian banyak celotehan kami. Menurut Mega yang diangkat sebagai pengarah gaya dadakan, foto mereka itu sebenernya lucu, tapi nggak ada yang pas kayak maunya Suster Bene. Jadi, kita harus take (ambil foto) berulang-ulang buat dapetin hasil yang bagus and sesuai.. Huft~ capek banget rasanya!!”
Nah, kalau yang ini, cuap-cuap para model di balik sie pengarah gaya.
Gladys : Duh Mi... Panas..Kok, nggak mari-mari se?? Udah gitu banyak banget peraturannya. Kaus kaki harus panjang.. baju harus masuk.. Duh.. ribet!!
Adit : Duh..Aku sungkan ma Glad ya tho.. Minah lho isa ne nyuruh aku megang pundake Glad.. Untung nggak marah..
Henry : We, kapan mari ne?? Aku pengen balik ke kelas lho.
Winona : Meg, wes ta??? Panas pex.
Elvina: Haduh xwt kq.. Masak aku disuruf foto dewean!! Kabeh'e punya pasangan..Ayo foto lagi..
Kejadiannya nggak cuma sampe di situ aja. Saat pengeditan fotonya, juga nggak kalah lucu. Setelah hasil foto diberikan kepada Suster Bene, Suster memilih empat foto untuk cover majalah. Ehh, dapat ‘bisikan’, itu foto-foto yang sudah dipilih, kaus kakinya harus dipanjangin, entah gimana caranya. Kalau perlu, kasih warna putih di kaki kek ato apa gitu. Heheheheheh.
Akhirnya, kita-kita minta tolong Ibu Nancy. Dia kan lebih canggih. Akhirnya, kita minta tolong Ibu Nancy untuk ngeditin foto sesuai permintaan. Saat udah jadi hasil editannya, eh banyak suka. Duh senangnya. (megasari as halim/revina putri santoso)
Thanks To : Suster Bene, Ibu Elis, Henry Contana, Aditya, Elvina, Winona, Gladys, Ibu Nancy, Papa Winona.
Naskah Ini Sudah Tayang di Majalah DIAN TARA SMPK Santa Clara Edisi 5 Tahun 2009
Pagi itu, Della dipanggil Suster Bene. Saat masuk ruangan, di atas meja tergeletak dua baju. Satu untuk cewek satunya untuk cowok. “Oh, ini to, seragam baru Sanclar,” gumam Della. Benar juga. Dan, kedatangan Della itu untuk nyobain seragam itu. Tapi, badan Della terlalu besar.
Seragam baru? Warna putih, dengan paduan biru dongker, kotak-kotak untuk celana. Ya, itu seragam baru untuk anak-anak baru Sanclar di tahun ajaran baru 2009/2010. Nah, seragam baru ini, sudah ‘dipesan’ untuk dipajang di halaman sampul majalah Diantara edisi 2009.
Ya, sudah, akhirnya Tim Ekskul Jurnal memeras otak. Mencari siapa yang paling pantas untuk mengenakan seragam itu. Satu nama cowok sudah kepegang, tapi yang cewe, auuwww, banyak pilihan. Kebetulan, si cowok ini, dianggap jadi ikonnya Sanclar. Jadi, idola. Maklum, dia kan ketua OSIS kita. Pasti tau kan!!
Dengan berbagai cara, rayuan, hasutan dan kegombalan yang lain, akhirnya dapat juga para model amatiran. Mereka ini, yang akhirnya jadi peraga seragam Sanclar, dari seragam baru, lalu seragam rutin dan seragam saat kegiatan ekstrakurikuler. Lengkap sudah.
Ini belum selesai, baru setengah jalan. Tugas selanjutnya menunggu, yakni mencari waktu yang tepat, buat foto. Foto saja juga harus kompromi sana sini. Di dalam gedung dan di luar gedung, tempat terbuka. Semua kan harus dicoba, tujuannya satu, mencari gambar yang paling bagus.
Untunglah, ada papanya Winona yang ikut membantu. Makasih ya Om!!! Dan saatnyapun tiba. Mereka yang di cover majalah sekolah kali ini, bukan para model yang profesional. Mereka amatiran. Udah gitu belagu (heheheh, susah diatur).. yah... gitu deh.. namanya juga amatiran. Malahan nggak jarang, perlu adu mulut (maksudnya berdebat) dulu sama si fotografer and koreografernya, yang juga amatiran.
Inilah salah satu episode adu mulut itu (hehehehe).
Mega : Hen, senyumo tah..
Henry : Yopo? Ga isa senyum aku.. Contono… poo.
Mega : Gini lho.
Henry :Ga iso akh.. Wes tah kamu ae sing foto..
Mega : lho.. Gini lho Hen..Ih arek iki.
Henry : Hmmmm. (senyum bentar, balik lagi tutup mulut, dingin)
Mega : Aduh Hen.. Ayo ta.. yang ganteng.. Nanti kalo diliat sama penggemarmu kamu jelek, malu lho...
Hmm, itu satu dari sekian banyak celotehan kami. Menurut Mega yang diangkat sebagai pengarah gaya dadakan, foto mereka itu sebenernya lucu, tapi nggak ada yang pas kayak maunya Suster Bene. Jadi, kita harus take (ambil foto) berulang-ulang buat dapetin hasil yang bagus and sesuai.. Huft~ capek banget rasanya!!”
Nah, kalau yang ini, cuap-cuap para model di balik sie pengarah gaya.
Gladys : Duh Mi... Panas..Kok, nggak mari-mari se?? Udah gitu banyak banget peraturannya. Kaus kaki harus panjang.. baju harus masuk.. Duh.. ribet!!
Adit : Duh..Aku sungkan ma Glad ya tho.. Minah lho isa ne nyuruh aku megang pundake Glad.. Untung nggak marah..
Henry : We, kapan mari ne?? Aku pengen balik ke kelas lho.
Winona : Meg, wes ta??? Panas pex.
Elvina: Haduh xwt kq.. Masak aku disuruf foto dewean!! Kabeh'e punya pasangan..Ayo foto lagi..
Kejadiannya nggak cuma sampe di situ aja. Saat pengeditan fotonya, juga nggak kalah lucu. Setelah hasil foto diberikan kepada Suster Bene, Suster memilih empat foto untuk cover majalah. Ehh, dapat ‘bisikan’, itu foto-foto yang sudah dipilih, kaus kakinya harus dipanjangin, entah gimana caranya. Kalau perlu, kasih warna putih di kaki kek ato apa gitu. Heheheheheh.
Akhirnya, kita-kita minta tolong Ibu Nancy. Dia kan lebih canggih. Akhirnya, kita minta tolong Ibu Nancy untuk ngeditin foto sesuai permintaan. Saat udah jadi hasil editannya, eh banyak suka. Duh senangnya. (megasari as halim/revina putri santoso)
Thanks To : Suster Bene, Ibu Elis, Henry Contana, Aditya, Elvina, Winona, Gladys, Ibu Nancy, Papa Winona.
Naskah Ini Sudah Tayang di Majalah DIAN TARA SMPK Santa Clara Edisi 5 Tahun 2009

